Liputan6.com, Jakarta - Gautam Adani kembali menjadi orang terkaya di Asia berdasarkan indeks Bloomberg Billionaires.
Mengutip dari CNBC, Jumat (5/1/2024), pendiri dan chairman Grup Adani, Gautam Adani mendapatkan kembali posisi puncak sebagai orang terkaya di Asia setelah menggeser chairman Reliance Industries Mukesh Ambani. Sebelumnua Mukesh Ambani berada di posisi puncak setelah Hindenburg Research menuding grup Adani memanipulasi saham dan melakukan rekayasa laporan keuangan selama beberapa dekade.
Baca Juga
Laporan itu mengikis kepercayaan investor dan menurunkan kapitalisasi pasar saham perusahaan grup Adani. Kemenangan Adani terjadi hanya beberapa hari setelah Mahkamah Agung India mengumumkan tidak diperlukan penyelidikan lebih lanjut selain pengawasan yang sedang berlangsung oleh regulator pasar Securities and Exchange Board of India (SEBI) yang saat ini menyelidiki konglomerat tersebut menyusul tuduhan yang dibuat Hindenburg Research pada Januari lalu.
Advertisement
Dikutip dari CNN, Adani menyambut baik keputusan tersebut. Ia menuturkan, kebenaran telah menang dan kontribusinya terhadap pertumbuhan India akan terus berlanjut. Saham Adani Enterprises telah melonjak hampir 7 persen pada pekan ini.
Grup Adani memiliki 10 perusahaan publik termasuk Adani Port yang melonjak 2,8 persen pada perdagangan Jumat pekan ini di Asia. Saham perusahaan tersebut perlahan-lahan naik lebih tinggi sejak bencana Hindenburg, demikian dikutip dari CNBC.
Pada Jumat, 5 Januari 2024, kekayaan bersih Adani mencapai USD 97,6 miliar atau sekitar Rp 1.516,34 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.536). Berkat kekayaan tersebut membawa Gautam Adani menjadi orang terkaya ke-12 di dunia. Sedangkan Ambani mencatat kekayaan USD 97 miliar dan berada di posisi ke-13, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Â
Kekayaan Adani Melonjak Rp 206,7 Triliun
Kekayaan Adani melonjak sebesar USD 13,3 miliar atau sekitar Rp 206,70 triliun sejak awal tahun. Sedangkan kekayaan Ambani meningkat sebesar USD 665 juta atau sekitar Rp 10,33 triliun pada 2024.
Dikutip dari CNN, dianggap sekutu dekat Perdana Menteri India Narendra Modi, Adani kadang disamakan dengan tokoh bisnis John D.Rockefeller dan Cornelius Vanderbilt yang membangun bisnis monopoli besar-besaran pada 1800-an selama zaman emas Amerika Serikat.
Adani memulai karier di perdagangan berlian, sebelum mendirikan bisnis perdagangan komoditas pada 1988 yang kemudian berkembang menjadi Adani Enterprises. Ia kini memiliki perusahaan di sektor utama mulai dari Pelabuhan dan listrik, media hingga energi bersih.
Sebelum dimulainya kisah Hindenburg, pasar tanpa henti mendukung Adani, bertaruh pada kemampuannya untuk mengembangkan bisnis di sektor yang diprioritaskan Modi untuk dikembangkan.
Advertisement
Harta Miliarder India Gautam Adani Lenyap Rp 736 Triliun dalam 6 Bulan pada 2023
Sebelumya, Bloomberg melaporkan salah satu miliarder India sekaligus Ketua Adani Group Gautam Adani telah kehilangan lebih dari Rs 4 triliun atau sekitar Rp 736 triliun dalam enam bulan terakhir 2023, dari Januari hingga Juni.
Pada 27 Januari lalu, harta Adani bahkan sempat lenyap USD 20,8 miliar atau sekitar Rp 315 triliun dalam satu hari. Itu merupakan kerugian satu hari terbesar yang pernah dicatat oleh miliarder mana pun.
Dilansir dari Business Today, Selasa (11/7/2023), kerugian tersebut dikaitkan dengan laporan oleh Hindenburg Research, sebuah perusahaan short-seller AS, yang menuduh kelompok Adani melakukan penipuan akuntansi dan manipulasi saham.
Hindenburg Research menuduh grup Adani menggelembungkan keuntungannya dan menggunakan perusahaan cangkang untuk menyembunyikan utangnya. Kemudian kelompok Adani membantah tuduhan tersebut, mereka menyebutnya "salah dan memfitnah".
Sesuai laporan, individu terkaya di dunia melihat keuntungan besar pada paruh pertama 2023. Sebanyak 500 orang terkaya di Bloomberg Billionaires Index secara total menambahkan USD 852 miliar kekayaan selama periode ini.
Miliarder dalam indeks melihat peningkatan harian harta rata-rata USD 14 juta, menjadikan ini setengah tahun paling menguntungkan untuk kelompok istimewa ini sejak paruh kedua 2020, ketika ekonomi global pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Â
Â
Â
Elon Musk
Sementara Elon Musk adalah peraih teratas, kekayaan bersihnya bertambah USD 96,6 miliar dari Januari hingga Juni 2023. Harta yang dimiliki Musk sebagian besar terkait dengan kinerja Tesla, perusahaan mobil listrik yang ia dirikan. Harga saham Tesla naik lebih dari dua kali lipat dalam setahun terakhir.
Ada pula Mark Zuckerberg, CEO Meta Platforms Inc., memperoleh USD 58,9 miliar pada paruh pertama 2023. Ini adalah keuntungan terbesar kedua bagi setiap individu di Bloomberg Billionaires Index.
Kekayaan Zuckerberg sebagian besar terkait dengan kinerja Meta, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Harga saham Meta juga terlihat naik di masa lalu.
Keuntungan bagi individu terkaya di dunia datang pada saat ekonomi global menghadapi sejumlah tantangan, termasuk kenaikan inflasi dan perang di Ukraina. Namun, para miliarder di Bloomberg Billionaires Index sebagian besar telah terlindungi dari tantangan ini, berkat kinerja investasi mereka yang kuat.
Â
Advertisement