Sukses

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Optimisme konsumen ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2023 sebesar 123,8, lebih tinggi dibandingkan 123,6 pada bulan sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa optimisme atau keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Desember 2023 meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya. Hal ini berdasarkan Survei Konsumen yang dijalankan oleh BI.

Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, keyakinan atau optimisme konsumen ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2023 sebesar 123,8, lebih tinggi dibandingkan 123,6 pada bulan sebelumnya.

Meningkatnya keyakinan konsumen pada Desember 2023 didorong oleh menguatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE). IKE tercatat meningkat terutama pada Indeks Pembelian Barang Tahan Lama. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan tetap kuat ditopang oleh Indeks Ekspektasi Penghasilan.

Pada Desember 2023, keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan optimisme tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp 1-2 juta. Berdasarkan usia, keyakinan konsumen pada Desember 2023 juga terpantau optimis utamanya pada kelompok usia 20-30 tahun.

Secara spasial, IKK meningkat di sebagian kota yang disurvei, terbesar di Kota Manado, diikuti Makassar dan Medan. Sementara itu, sebagian kota lainnya mencatat penurunan IKK, terdalam di Kota Bandar Lampung, diikuti Padang dan Mataram.

Sedangkan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan terpantau tetap optimis. Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Desember 2023 yang berada dalam zona optimis sebesar 133,9, stabil dibandingkan dengan November 2023.

Tetap kuatnya IEK Desember 2023 didorong oleh ekspektasi terhadap penghasilan yang tercatat sebesar 139,7 padaDesember 2023, meningkat dari 138,0 pada November 2023.

Sementara ekspektasi terhadap kegiatan usaha dan ketersediaan lapangan kerja juga tercatat dalam zona optimis sebesar 132,2dan 129,9, sedikit lebih rendah dari 133,2 dan 131,4 pada November 2023.

Secara spasial, sebagian kota mencatat peningkatan IEK, terbesar di Kota Manado, disusul Makassar, dan Bandung. Sementara itu, sebagian kota lainnya mencatat penurunan IEK, terendah di Kota Bandar Lampung, disusul Padang, dan Banten.

2 dari 3 halaman

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6% di Desember 2023

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI di kisaran 6% pada bulan Desember 2023.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 20 dan 21 Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6%, Suku Bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 5,25% dan Suku Bunga Lending Facility sebesar 6,75%,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Desember 2023, Kamis (21/12/2023).

Perry Warjiyo memastikan, keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6% ini tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro stabilitas, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah preventif dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5%+-1% pada tahun 2024.

“Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro growth, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” sambungnya.

 

3 dari 3 halaman

Kebijakan Makroprudensial

Perry Warjiyo lebih lanjut menyampaikan, kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

“Akselerasi digitelisasi sistem pembayaran juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi sih dan memperluas inklusi ekonomi keuangan digital, termasuk digitalisasi transaksi keuangan pemerintah pusat dan daerah,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Gubernur BI juga mengumumkan bahwa terhitung mulai 21 Desember 2023 Bank Indonesia menggunakan nama BI-Rate sebagai suku bunga kebijakan menggantikan BI 7 Day Reverse Repo Rate untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter.

Perry Warjiyo menjelaskan, penggantian nama ini tidak mengubah makna dan tujuan BI Rate sebagai kebijakan moneter BI, serta operasionalnya tetap mengacu pada transaksi Reverse Repo Bank Indonesia tenor 7 hari.