Sukses

Pertumbuhan DPK November 2023 Melambat, Ini Gara-garanya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per November 2023 terjadi perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Pada periode tersebut DPK hanya tumbuh 3,04 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.216 triliun, padahal bulan Oktober mampu tumbuh 3,43 persen yoy.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per November 2023 terjadi perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Pada periode tersebut DPK hanya tumbuh 3,04 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.216 triliun, padahal bulan Oktober mampu tumbuh 3,43 persen yoy.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan, beberapa hal yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan DPK diantaranya yaitu pertumbuhan DPK yang tinggi pada masa pandemi, yang mengakibatkan high base effect pada pertumbuhan DPK setelahnya.

Kemudian penggunaan dana internal untuk operasional dan ekspansi perusahaan, konsumsi masyarakat yang kembali meningkat dengan berakhirnya status pandemi, serta dampak semakin banyaknya alternatif instrumen penempatan dana selain DPK.

"Dampak banyaknya alternatif instrumen penempatan dana selain DPK," kata Dian Ediana Rae dalam RDK Bulanan November 2023 secara virtual, Selasa (9/1/2024).

Namun, disisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai dengan rasio rasio likuiditas jauh di atas level kebutuhan pengawasan.

AL/NCD dan AL/DPK masing-masing naik menjadi sebesar 115,73 persen dan 26,04 persen atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Lebih lanjut, Dian melaporkan, bahwa penyaluran kredit dari industri perbankan pada November 2023 tumbuh sebesar 9,74 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 6.966 triliun.

"Dari sisi kinerja intermediasi pada bulan November 2023 secara year on year kredit meningkat sebesar 9,74 persen," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

OJK Ramal Fed Pangkas Bunga 75 Basis Poin Sepanjang 2024

Industri keuangan seluruh dunia tengah menanti rencana penurunan suku bunga Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed). Banyak prediksi penurunannya akan dilakukan bertahap mulai Maret nanti.   

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar juga ikut meramal penurunan bunga Fed. Mahendra melihat sepanjang tahun ini Fed akan menurunkan bunga hingga 75 basis poin.

"Bank sentral Amerika mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga acuan kebijakan sebesar 75 basis poin di tahun 2024," kata Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Desember 2023 di Jakarta, Selasa (9/1/2024).

Langkah Fed menurunkan suku bunga acuan akan memberikan dampak positif bagi emerging market, seperti Indonesia. Emerging market merupakan istilah untuk mengklasifikasikan suatu negara yang sedang bertransisi menjadi negara maju.

Mengingat, kebijakan pemangkasan suku bunga acuan AS oleh Fed akan mendorong kembali aliran modal asing masuk ke negara-negara emerging market. Sehingga, akan memperkuat pasar keuangan global termasuk Indonesia.

"Ekspektasi penurunan suku bunga di Amerika Serikat akan mendorong kembalinya aliran dana masuk ke emerging market," tegas Mahendra.

Meski demikian, terdapat sejumlah ancaman yang masih akan mengintai laju perekonomian global di tahun 2024 ini. Antara lain ketegangan geopolitik antara Israel dan Palestina yang terus berlanjut hingga memasuki awal tahun ini.

"Pasar juga mencermati perkembangan geopolitik ke depan seperti eskalasi ketegangan di Laut Merah imbas dari konflik Palestina - Israel," pungkas Mahendra.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

The Fed Beri Sinyal Bakal Pangkas Suku Bunga pada 2024

Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut dalam pertemuan yang berakhir pada Rabu, 13 Desember 2023.

Di sisi lain, the Fed bersiap memangkas suku bunga pada 2024 dan seterusnya. Dengan berkurangnya inflasi dan ekonomi yang bertahan, pengambil kebijakan di the Federal Open Market Committee (FOMC) dengan suara bulan memutuskan pertahankan bunga acuan 5,25 persen-5,5 persen. Demikian mengutip dari laman CNBC, Kamis (14/12/2023).

Seiring keputusan tetap mempertahankan suku bunga, anggota komite prediksi setidaknya tiga kali penurunan suku bunga pada 2024, dengan asumsi kenaikan 25 basis poin. Jumlah itu kurang dari harga pasar, tetapi lebih agresif dari apa yang diindikasikan oleh pejabat sebelumnya.

Pasar telah antisipasi secara luas keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga itu yang dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga sebanyak 11 kali, mendorong suku bunga the Fed ke level tertinggi lebih dari 22 tahun.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.