Sukses

Pindah dari Bappebti, Produk Derivatif Ini Bakal Diawasi OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan keterangan soal perpindahan pengaturan dan pengawasan beberapa produk derivatif dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke OJK.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan keterangan soal perpindahan pengaturan dan pengawasan beberapa produk derivatif dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke OJK. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menegaskan, produk yang dipindahkan dari Bappebti ke OJK adalah kontrak keuangan derivatif dengan underlying efek, baik syariah dan konvensional. Diantaranya adalah kontrak derivatif indeks saham dan juga kontrak derivatif saham tunggal asing.

“Saat ini tim OJK sedang melakukan identifikasi dan pemetaan baik pelaku, produk maupun infrastrukturnya. Sementara itu peralihan produk derivatif keuangan dari Bappebti ke OJK juga masih menunggu ditetapkannya peraturan pemerintah tentang peralihan tugas pengaturan dan  pengawasan aset keuangan digital termasuk aset kripto serta derivatif keuangan yang akan diatur mekanisme peralihan produk derivatif keuangan dari Bappebti ke OJK,” kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK, Selasa (9/1/2024). 

Terkait infrastruktur produk derivatif, saat ini pasar modal Indonesia sudah punya perdagangan derivatif berupa efek kontrak opsi saham, dan lain sebagainya melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai Self Regulatory Organization (SRO) yang diawasi OJK. 

“Namun, OJK terus kaji dan pemetaan terkait infrastruktur produk derivatif ke depannya,” tandasnya.    

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awas, Ini Ancaman Kinerja Sektor Keuangan 2024

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan sektor keuangan secara umum di tahun 2024 akan tetap terjaga. Namun, OJK tetap waspada lantaran banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sektor keuangan di tahun ini.

"Proyeksi sektor keuangan secara umum di tahun 2024. Terlihat jelas bahwa tekanan di pasar keuangan pada akhir 2023 mereda, namun kami tetap mewaspasai beberapa faktor risiko yang saat ini tetap kita hadapi dan berpotensi akan berlanjut di tahun ini," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dalam Konferensi Pers RDKB Desember 2023, secara virtual, Selasa (9/1/2024).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sektor keuangan di tahun 2024, diantaranya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, meskipun ada proyeksi tahun ini Fed akan menurunkan bunga hingga 75 basis poin.

"Kondisi suku bunga yang masih dilevel tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi bahkan diperkirakan akan turun di 2024 ini," ujarnya.

Faktor lainnya, yakni perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Mahendra menyebut, seluruh proyeksi dari lembaga multilateral maupun berbagi badan dan analis nampaknya menunjukkan bahwa pertumbuhan di 2024 ini akan lebih rendah dibandingkan 2023, terutama karena pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara Eropa yang melambat.

Berikutnya, risiko eskalasi geopololitik yang berpotensi menekan kinerja perekonomian global lebih lanjut dan juga meningkatkan volatilitas pasar keuangan.

Lalu diberbagai asesmen, OJK melihat bahwa ditahun 2024 ini secara bersamaan negara-negara yang merepresentasikan lebih besar 50 persen dari populasi dunia akan menyelenggarakan Pemilu yang juga akan memengaruhi stabilitas dan kepastian geopolitik. Diantaranya negara yang akan menyelenggarakan Pemilu, yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, India, dan Indonesia.

Kendati demikian, OJK tetap optimis bahwa kinerja sektor keuangan di dalam negeri bisa terus tangguh dan terjaga di level positif.

"Optimis bahwa sektor jasa keuangan dapat menghadapinya, karena kondisi sektor jasa keuangan sampai pada akhir tahun 2023 dan kami prakirakan akan terus dapat berlanjut di tahun 2024 ini terjaga stabil yang didukung oleh permodalan yang solid," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Ekonomi Global pada 2024 Bakal Lebih Buruk Dibanding Tahun Lalu

Sejumlah lembaga dan institusi keuangan internasional memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia di 2024 akan lebih berat dibanding dengan 2023. Hal yang sama juga diungkap oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2024 lebih rendah tahun lalu.

"Seluruh proyeksi dari lembaga multilateral maupun berbagai badan dan analis nampaknya menunjukkan bahwa pertumbuhan di tahun 2024 ini akan lebih rendah daripada tahun 2023," kata Mahendra, Selasa (9/1/2024).

Proyeksi rendahnya pertumbuhan ekonomi global pada 2024 dipicu oleh belum pulihnya perekonomian di China hingga Eropa. Diketahui, negeri Tirai Bambu tersebut merupakan salah satu raksasa ekonomi dunia yang memiliki pengaruh besar.

Faktor lainnya yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2024 adalah ketegangan geopolitik. Salah satunya konflik antara Israel dan Palestina yang masih terus berlanjut hingga memasuki awal tahun ini.

"Risiko dari ekskalasi geopolitik berpotensi menekan kinerja perekonomian global lebih lanjut," ucap Mahendra.Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2024 lebih rendah dibandingkan 2023 akibat kegiatan pemilu di berbagai negara yang berisiko terhadap stabilitas perekonomian. OJK mencatat, aktivitas pemilu secara bersamaan akan berdampak terhadap 50 persen populasi penduduk dunia.

"Kita lihat juga bahwa di tahun 2024, secara bersamaan di negara-negara yang merepresentasikan lebih besar dari 50 persen populasi dunia akan menyelenggarakan pemilihan umum, termasuk Amerika Serikat yang besar dan akan mempengaruhi juga stabilitas dan ketidakpastian geopolitik dunia," pungkas Mahendra.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini