Sukses

Harga Minyak Dunia Naik Usai Libya Setop Produksi

Dikutip dari CNBC, Rabu (10/1/2024), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,47, atau 1,93%, menjadi USD 77,59 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada hari Selasa setelah merosot di sesi sebelumnya karena pasar mempertimbangkan ketegangan Timur Tengah terhadap kekhawatiran permintaan dan meningkatnya pasokan minyak dari OPEC.

Dikutip dari CNBC, Rabu (10/1/2024), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,47, atau 1,93%, menjadi USD 77,59 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik USD 1,47, atau 2,08%, menjadi USD 72,24 per barel.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan penghentian pasokan yang sedang berlangsung di Libya memberikan dukungan terhadap harga pada hari Selasa, kata para analis.

“Di sisi pasokan, ada beberapa faktor bullish dari penutupan ladang minyak terbesar di Libya, yang telah mempengaruhi sekitar 0,3 juta barel per hari produksi minyak,” kata Suvro Sarkar, pimpinan tim sektor energi di DBS Bank.

Update Kondisi Laut Merah

Beberapa perusahaan pelayaran besar masih menghindari Laut Merah. Hapag-Lloyd Jerman akan terus mengalihkan kapal di sekitar Tanjung Harapan setelah serangan maritim oleh militan Houthi Yaman, katanya pada hari Selasa.

Mengenai perang Gaza, militer Israel mengatakan perjuangannya melawan Hamas akan terus berlanjut hingga tahun 2024, sehingga mengkhawatirkan pasar bahwa konflik tersebut dapat berkembang menjadi krisis regional yang dapat mengganggu pasokan minyak Timur Tengah.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada para pemimpin Israel bahwa masih ada peluang untuk mendapatkan penerimaan dari negara-negara tetangga Arab mereka jika mereka menciptakan jalan menuju negara Palestina yang layak.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menanti Pasokan Minyak AS

Patokan minyak pulih dari penurunan masing-masing 3% dan 4% pada hari Senin, menyusul pemotongan tajam harga jual resmi (OSP) yang dilakukan oleh eksportir utama Arab Saudi.

“Pertanyaannya adalah apakah tindakan Saudi mengurangi OSP ke level terendah dalam 27 bulan juga merupakan tanda potensi peningkatan pasokan minyak yang menyiratkan perselisihan serius dalam OPEC+,” kata analis PVM, Tamas Varga.

Pasar sedang menunggu data persediaan AS dari kelompok industri American Petroleum Institute yang akan dirilis pada hari Selasa, sementara data inflasi inti pada hari Kamis dapat memberikan petunjuk baru mengenai perjuangan melawan inflasi.

Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman pada hari Senin mengatakan dia sekarang melihat kebijakan moneter AS “cukup membatasi” dan mengisyaratkan kesediaannya untuk mendukung penurunan suku bunga seiring dengan meredanya inflasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.