Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menekankan pentingnya kemitraan dengan petani padi. Selain mendorong pertumbuhan produktivitas, kemitraan juga membantu meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca Juga
Bayu menjelaskan peningkatan cadangan pangan dalam negeri membutuhkan kontribusi semua pihak, termasuk swasta. Untuk itu perlu adanya program yang membantu petani dalam mengakses sarana dan prasarana produksi pertanian serta pendampingan dalam penerapan praktik pertanian yang baik (good agriculture pratices).
Advertisement
"Perlu ada program yang efektif untuk membantu petani sebagai pelaku utama dalam produksi pangan," tutur Bayu di sela kunjungannya ke pabrik WPI dikutip Kamis (11/1/2024).
Dalam kunjungan tersebut, Bayu Krisnamurthi dan rombongan dari Bulog melakukan diskusi mengenai perberasan dan berkeliling meninjau fasilitas milik WPI.
Rice Business Head WPI Saronto menjelaskan, pihaknya telah melaksanakan Farmer Engagement Program (FEP). Selama 2021-2023, program itu telah direalisasikan di atas lahan seluas 12.592 hektare (ha). Hingga awal Januari tahun ini sudah ada 8.706 ha lahan yang tercatat dalam program tersebut.
“Penambahan luasan lahan pada awal tahun ini sangat diperlukan karena petani mengejar awal musim tanam,"kata dia.
Bantuan Bagi Petani
Dalam FEP, petani mendapatkan bantuan agri input, yaitu pupuk, pestisida, benih unggul, asuransi pertanian dan pendampingan. Program tersebut dapat berjalan dengan baik juga karena dukungan dari pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan agri input dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). WPI juga bekerjasama dengan sejumlah bank untuk memberikan kredit usaha rakyat (KUR).
Dalam menjalankan bisnisnya, WPI memiliki tiga tujuan utama. Pertama, membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan membeli gabah dengan harga yang baik dan wajar. Kedua, membantu pemerintah dalam ketahanan pangan. Ketiga, membantu pemerintah mengendalikan inflasi akibat dampak kenaikan harga beras. “Kami berupaya mengikuti arahan pemerintah untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan di dalam negeri,” ujar Saronto.
Jokowi Mulai Waspada, Perubahan Iklim Bisa Ganggu Panen Raya
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kementerian dan lembaga untuk mewaspadai dampak perubahan iklim dalam beberapa waktu terakhir yang bisa menghambat produksi dari musim tanam dan panen raya di awal tahun.
“Waspada terhadap perubahan iklim yang kemungkinan bisa mengganggu musim tanam dan panen raya yang telah direncanakan sehingga hitung-hitungan mengenai kondisi aman, cadangan strategis pangan betul-betul dikalkulasi,” kata Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (9/1/2023).Jokowi menekankan kepada jajaran kementerian dan lembaga mengenai pentingnya perencanaan penanaman tanaman pangan, dan kalkulasi data hasil produksi agar dapat memastikan ketersediaan bahan pangan di awal tahun ini.
Presiden Jokowi meminta agar stok dan ketersediaan pangan di awal tahun ini betul-betul terjaga. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kata dia, harus mengawasi stok dan harga pangan di wilayah masing-masing dan mengantisipasi jika terjadi gejolak yang tidak diinginkan.
“Jangan sampai terjadi kelangkaan dan kenaikan harga, sehingga sekali lagi ini perlu betul-betul dipantau di setiap kabupaten, di setiap provinsi agar stok yang ada bisa kita jaga dan harganya terjangkau masyarakat,” kata dia.
Advertisement
BBM dan Gas
Presiden juga meminta komoditas energi seperti bahan bakar minyak (BBM) dan gas agar selalu tersedia di setiap daerah. Ia mengingatkan jangan sampai terjadi kelangkaan komoditas energi yang bisa memicu kesulitan di tengah masyarakat dan mengerek inflasi.
“Jangan sampai 1, 2, atau 3 atau lebih kabupaten terjadi kelangkaan gas karena masalah distribusi yang terganggu misalnya harus dipantau dan dilihat secara detail,” kata dia.
Menurut data Badan Urusan Logistik (Bulog), stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Gudang Bulog di awal tahun ini sebanyak 1,6 juta ton beras.
Presiden Jokowi juga sebelumnya mendorong dimulainya musim tanam pada Desember 2023 di lahan sawah seluas 1,4 juta hektare secara nasional, kemudian Januari 2024 di lahan 1,7 juta hektare, dan Februari 1,4 juta hektare. Proses musim tanam itu untuk meningkatkan produksi beras pada Maret-April 2024 atau musim panen raya awal tahun.