Sukses

Prabowo Ungkap Alasan Anak Muda Ogah Jadi Petani: Bapaknya Enggak Untung

Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto mengungkap alasan sedikitnya anak muda memilih menjadi petani. Padahal, regenerasi petani dipandang perlu untuk menjaga produktivitas sektor pertanian.

Liputan6.com, Jakarta Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto mengungkap alasan sedikitnya anak muda memilih menjadi petani. Padahal, regenerasi petani dipandang perlu untuk menjaga produktivitas sektor pertanian.

Prabowo mengatakan, tak adanya regenerasi tadi membuat jumlah petani terus berkurang. Ternyata, kata dia, ada alasan dibalik anak muda menolak menjadi petani.

 

"Kenapa berkurang petani, karena anak muda melihat bapaknya nggak untung, hidupnya susah, nilai tukarnya nggak cocok," kata Prabowo dalam Dialog Capres Bersama Kadin Indonesia, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Dia mengungkap pada kondisi saat ini, banyak anak dari petani kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan. Alasannya, kata Prabowo, karena banyak hal terlalu disandarkan pada mekanisme perdagangan bebas.

"Dan bahwa alam ini, neoliberal ini membuat anak petani sulit sekolah bagus. Karena semua dianggap harus free market. Free market bener, tapi basic, hak rakyat tidak boleh diperdagangkan," tuturnya.

Pupuk Bersubsidi

Menteri Pertahanan ini turut berkaca pada pemerintahan Orde Baru ketika mengarahkan Perum Bulog sebagai pengendali pasar. Menurutnya, ini sebuat peninggalan Presiden Soeharto yang patut dicontoh. Dia pun menyinggung terkait penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani dan tidak untuk perdagangkan.

"Makanya pengelolaan yang sudah baik di zaman pak Harto kenapa dibongkar? Yang bener Bulog melakukan operasi pengendalian. Kalau harga untuk petani kurang baik bisa dikendalikan, tapi konsumen di kota juga dijaga," paparnya.

"Jadi keberpihakan pengelolaan pupuk harus ke petani, jangan pupuk banyak perantaranya dan jangan dibiarkan diperdagangkan, itu pupuk subsidi untuk rakyat," tegas Prabowo.

 

2 dari 3 halaman

Andalkan Food Estate

Sebelumnya, Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto masih berpegang pada potensi dari lumbung pangan nasional atau food estate untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Dia turut membandingkan dengan proses impor beras dari luar negeri.

Prabowo mengatakan, rencana food estate sudah diinisiasi sejak tahun 1970 oleh bos Pertamina saat itu, Ibnu Sutowo. Dia menilai ini jaid satu-satunya jalan untuk menjaga ketahanan pangan Tanah Air.

"Salah satu strategi yang paling utama adalah food estate, lumbung padi yang sudah digagas oleh pak Ibnu Sutowo dari tahun 70, jadi sudah hampir 50 tahun yang lalu, dan ini satu-satunya jalan," kata Prabowo dalam Dialog Capres Bersama Kadin Indonesia: Menuju Indonesia Emas 2045, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Menteri Pertahanan ini juga mengungkit soal impor beras dari Vietnam untuk pemenuhan konsumsi di Indonesia. Dia memandang hal ini merupakan tafsiran dari paham neoliberal.

 

3 dari 3 halaman

Tak Bergantung Impor

Namun, proses impor beras ini dipandang hanya bergantung pada kemampuan negara lain. Sehingga dikhawatirkan tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional jika produksi dalam negeri tidak digenjot.

"Karena paham orang neolib, 'ndak usah, untuk apa beli beras dari petani Indonesia, beli aja dari petani Vietnam, lebih murah'. Padahal kalau dia tutup (ekspor beras), dia tidak mau jual, kita makan apa," tegasnya.

Dengan demikian, Prabowo memandang kalau food estate bisa menjadi jalan keluar dari permasalahan pangan nasional. Pada saat yang sama, turut memperhatikan juga kemakmuran dari petani.

"Saya sudah bicara bertahun-tahun ada rekam digital, rekam cetak saya semua, dari berapa tahun kita harus punya food estate yang besar, tapi kita harus bantu semua petani kita, kita harus bikin petani makmur, jadi anaknya petani mau jadi petani seperti di Jerman di mana-mana," urai Prabowo Subianto.

Video Terkini