Liputan6.com, Jakarta - Beberapa perusahaan kapal tanker besar dunia pada Jumat, 12 Januari 2024 menghentikan lalu lintas menuju Laut Merah setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap militan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman.
Hafnia, Torm dan Stena Bulk mengkonfirmasi menghentikan lalu lintas menuju gerbang perdagangan penting tersebut. Hal ini sebagai tanggapan atas nasihat dari pasukan maritim gabungan, koalisi multinasional yang dipimpin Amerika Serikat. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (13/1/2024).
Baca Juga
Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan salah satu operator kapal tanker terbesar di dunia untuk produk minyak bumi seperti bensin, menurut situs perusahaan. Stena Bulk juga mengangkut minyak mentah.
Advertisement
“Mempertimbangkan perkembangan ini dan sejalan dengan rekomendasi para ahli, kami telah memutuskan untuk segera menghentikan semua kapal yang menuju atau berada di sekitar wilayah yang terkena dampak,” ujar juru bicara Hafnia Sheena, Williamson-Holt kepada CNBC.
Koalisi multinasional menyarankan kapal-kapal untuk hindari transit di Selat Bab el-Mandeb selama beberapa hari, berdasarkan pernyataan dari Asosiasi Internasional Pemilik Kapal Tanker Independen.
“Situasinya dinamis dan kapal-kapal harus mempertimbangkan untuk bertahan di luar area tersebut sementara periode pengamatan situasi dilakukan hingga siang hari pada Sabtu, 13 Januari,” kata asosiasi kapal tanker tersebut.
Adapun selat Bab el-Mandeb menghubungkan Teluk Aden dengan Laut Merah. Sekitar 7 juta barel minyak mentah dan produknya transit di Laut Merah, menurut perusahaan analisis perdagangan Kpler.
Harga minyak West Texas Intermediate (Wti) berjangka melonjak lebih dari 4 persen menjadi USD 75,25, sementara harga minyak Brent sentuh USD 80,75 pada awal sesi perdagangan.
Pada penutupan perdagangan, penguatan harga minyak jadi terbatas. Harga minyak mentah Amerika Serikat diperdagangkan di kisaran USD 72,89 per barel. Harga minyak Brent diperdagangkan di posisi USD 78,53.
“Pasar akan menunggu untuk melihat apakah kita melihat hal ini menyebar ke jalur signifikan terutama melalui laut untuk produk minyak seperti Selat Hormuz,” ujar Helima Croft dari RBC Capital Markets kepada CNBC.
Harga Minyak Bakal Berpengaruh?
Menurut Kpler, sekitar 18 juta barel minyak mentah dan produknya transit di Selat Hormuz setiap hari.
Presiden Rapidan Energy Robert McNally menuturkan, titik konflik utama sebenarnya adalah Lebanon. Israel mengancam akan mengusir Hizbullah, sekutu Iran, kembali dari wilayah perbatasan.”Hizbullah adalah sayap kanan strategis Iran, dan Teheran harus meresponsnya,” ujar McNally.
“Titik pengaruhnya adalah minyak, khususnya harga bensin pada musim pemilu,” ujar McNally tentang Iran.
Risikonya Teheran akan merespons serangan besar Israel terhadap Hizbullah dengan menyerang kapal minyak di Selat Hormuz. “Atau dengan menargetkan infrastruktur minyak di Teluk Arab,” ujar McNally.
Goldman Sachs mengatakan, harga minyak dapat naik dua kali lipat jika ada gangguan yang berkepanjangan di Selat Hormuz, meski bank investasi memandang skenario tersebut tidak mungkin terjadi.
Advertisement
Houthi Berjanji Akan Membalas
Pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan terhadap Houthi yang bersekutu dengan Iran setelah militan itu berulang kali menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah.
“Serangan ini merupakan respons langsung terhadap serangan Houthi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kapal maritim internasional di Laut Merah, termasuk pemakaian rudal balistik antikapal untuk pertama kalinya dalam sejarah,” ujar Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam sebuah pernyataan.
Angkatan udara Amerika Serikat melancarkan lebih dari 60 serangan di 16 lokasi Houthi memakai lebih dari 100 amunisi, menurut Komando Pusat Amerika Serikat.
Kelompok Houthi telah bersumpah untuk membalas serangan udara AS dan Inggris. Houthi telah melancarkan 27 serangan terhadap jalur pelayaran di perairan itu sejak 19 November, menurut Komando Pusat AS. Para militant mengatakan, serangan itu merupakan respons terhadap kampanye militer Israel di Gaza.
Sebagian besar serangan itu terjadi pada kapal kontainer. Menurut Kpler, lalu lintas kapal tanker di Laut Merah stabil sepanjang Desember, rata-rata 230 kapal setiap dibandingkan 239 pada November.
Sebaliknya, lalu lintas kapal kontainer turun 31 persen pada Desember dibandingkan bulan sebelumnya.
Dampak Krisis Laut Merah
Sementara itu, biaya pelayaran di Amerika Serikat melonjak karena serangan di Laut Merah menganggu perdagangan global meningkatkan kekhawatiran inflasi akan meningkat lagi jika gangguan ini terus berlanjut.
Dikutip dari CNBC, pengalihan kapal kontainter dari Terusan Suez di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan memiliki efek “penularan global” pada tarif angkutan, berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh S&P Global Market Intelligence pekan ini.
Perdagangan antara Asia dan Eropa menghadapi dampak terbesar karena Terusan Suez yang menjadi pintu gerbang penting antara dua wilayah itu.
Menurut S&P Global Commodity Insights, harga peti kemas berukuran 40 kaki dari Asia Utara ke Eropa telah melonjak lebih dari 600 persen menjadi USD 6.000 sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada Oktober.
Namun, krisis Laut Merah ini mempunyai dampak signifikan dan biaya pengiriman antara Asia dan Amerika Serikat juga meningkat.
Tarif pengiriman dari Asia Utara ke Pantai Timur AS telah melonjak 137 persen menjadi USD 5.100 untuk container berukuran 40 kaki mulai awal Oktober, menurut S&P Global.
Advertisement
Bakal Tingkatkan Inflasi
Tarif dari Asia Utara hingga Pantai Barat AS telah melonjak 131 persen menjadi USD 3.700 pada periode yang sama. JPMorgan menuturkan, kepada kliennya pada Selasa, 9 Januari 2024 kalau perjuangan melawan inflasi dapat terhenti dalam beberapa bulan mendatang jika biaya pengiriman mendorong harga barang lebih tinggi.
“Peningkatan baru dalam biaya pengiriman global sebenarnya dapat menambah inflasi harga konsumen selama beberapa bulan ke depan. Jika kenaikan ini pada akhirnya menyebabkan harga barang akhir menjadi lebih tinggi,” tulis analis JPMorgan kepada kliennya.
“Hasil seperti itu akan memperkuat harapan kami akan kemajuan dalam penurunan inflasi CPI inti global yang terhenti tahun ini,” analis menambahkan.
Hal ini dapat menghilangkan ekspektasi pasar kalau the Federal Reserve (the Fed) akan mulai memangkas suku bunga pada Maret.
JPMorgan yakin bank sentral tidak akan mulai memangkas hingga pertengahan tahun karena inflasi inti akan tetap stabil pada paruh pertama 2024.
Kepada wartawan pekan lalu di Gedung Putih, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat John Kirby menuturkan, dampak gangguan ekonomi di Laut Merah bergantung pada berapa lama ancaman tersebut berlangsung.
“Tetapi jangan salah, ini adalah jalur perairan internasional yang penting dan dapat berdampak pada perekonomian global,” ujar Kirby.
Head of Supply Chain Research S&P Global Market Intelligence, Chris Rogers menuturkan, harga konsumen berubah secara perlahan dan akan memakan waktu berbulan-bulan bagi mereka untuk merespons kenaikan biaya transportasi.
Sementara itu, Direktur Moody’s Analytics, Mark Hopkins menuturkan, dalam kebanyakan kasus, biaya transportasi menyumbang sekitar 4 persen-5 persen dari harga suatu barang.
“Bahkan jika Anda melipatgandakan biaya transportasi, kita tidak membicarakn sesuatu yang akan benar-benar terlihat pada beberapa barang ini,” ujar Hopkins.
Ia menambahkan, hal ini tidak akan mengubah prospek inflasi Amerika Serikat secara terukur dan tidak akan berdampak secara terukur pada pengambilan keputusan the Federal Reserve.