Sukses

Tesla Bakal Setop Produksi di Eropa Imbas Serangan di Laut Merah

Tesla akan hentikan produksi di pabrik besarnya di dekat Berlin selama dua minggu mulai 29 Januari 2024 karena serangan Houthi terhadap kapal kontainer di Laut Merah.

Liputan6.com, Jakarta - Tesla bakal hentikan sebagian besar produksi di satu-satunya pabrik di Eropa karena masalah rantai pasokan yang disebabkan serangan di Laut Merah.

Dikutip dari CNN, Sabtu (13/1/2024), Tesla akan hentikan produksi di pabrik besarnya di dekat Berlin selama dua minggu mulai 29 Januari 2024 karena serangan terhadap kapal kontainer di sepanjang jalur perdagangan penting telah menunda pengiriman komponen, demikian dari laporan RTL, afiliasi CNN pada Jumat, 12 Januari 2024.

Tesla belum menanggapi permintaan komentar CNN.

Adapun pabrik Grunheide mampu produksi 375.000 mobil per tahun untuk pelanggan di seluruh Eropa. RTL menyebutkan, Tesla berencana melanjutkan produksi sepenuhnya pada 12 Februari 2024.

Dalam beberapa pekan terakhir, militan Houthi yang berbasis di Yaman telah meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal yang melakukan perjalanan melalui Laut Merah. Serangan itu sebagai balas dendam atas perang Israel melawan Hamas di Gaza.

Akibatnya, enam dari 10 perusahaan pelayaran terbesar di dunia yakni Maersk, MSC, Hapag-Llyod, CMA CGM, ZIM dan ONE sebagian besar atau seluruhnya menghindari Laut Merah. Perusahaan pelayaran terpaksa mengubah rute banyak kapal di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan yang mengakibatkan penundaan hingga tiga minggu.

Juru Bicara Asosiasi Produsen Mobil Eropa pada awal pekan ini mengatakan, rute yang lebih panjang menimbulkan biaya yang lebih tinggi dan penundaan pengiriman sekitar dua minggu.

Volvo 

Sementara itu, kepada Reuters, juru bicara Volvo menuturkan, pihaknya akan hentikan produksi pabriknya di Belgia pekan depan selama tiga hari karena penundaan yang disebabkan oleh situasi keamanan di Laut Merah.

 

 

 

2 dari 5 halaman

Meningkatkan Kekhawatiran

Namun, belum semua produsen mobil terkena dampaknya. Menurut Reuters, Volkswagen, produsen mobil terbesar di Jerman mengatakan, divisi mobil penumpangnya tidak mengantisipasi pembatasan produksi yang signifikan karena situasi di Laut Merah.

Keputusan Tesla akan memperkuat kekhawatiran penutupan rute Laut Merah yang berkepanjangan yang hubungkan dengan Terusan Suez yang penting akan merugikan ekonomi global. Hal itu menganggu rantai pasokan dan menaikkan harga barang.

Jika Houthi mengalihkan serangan ke kapal tanker minyak dan kapal curah yang mengangkut bahan mentah antara lain biji-bijian, kayu dampak ekonominya lebih buruk.

Ikea, Crocs, dan peritel pakaian asal Inggris Next semuanya telah memperingatkan penundaan pengirimannya.

Terusan Suez menyumbang 10-15 persen perdagangan dunia, termasuk ekspor minyak, dan 30 persen volume pengiriman peti kemas global.

Serangan tersebut juga telah menaikkan biaya pengangkutan. Biaya pengangkutan peti kemas meningkat dua kali lipat dibandingkan biaya pada awal Desember, menurut Drewry World Container Index.

 

 

3 dari 5 halaman

Harga Minyak Melonjak

Di sisi lain, pasukan Amerika Serikat dan Inggris menyerang terhadap lebih dari 60 sasaran Houthi di Yaman. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menuturkan, serangan balasan itu sebagai tanggapan langsung terhadap ancaman terhadap kebebasan navigasi di salah satu jalur perairan paling penting di dunia.

Harga Brent, harga minyak patokan global naik 3,6 persen hingga mencapai USD 80 per barel pada Jumat, 12 Januari 2024 pukul 07.09 pagi. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI), harga minyak patokan AS telah meningkat 3,8 persen hingga diperdagangkan mendekati USD 75 per barel.

Serangan terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran meningkatkan konflik regional yang dapat menggagalkan pasokan minyak dari Timur Tengah.

“Peluang menyeret banyak negara produsen minyak ke dalam konflik jelas lebih tinggi hari ini dibandingkan kemarin,” ujar Vice President of Energy Futures Mizuho Securities, Robert Yawger.

 

4 dari 5 halaman

Perusahaan Tanker Tangguhkan Pelayaran ke Laut Merah

Sebelumnya diberitakan, beberapa perusahaan kapal tanker besar dunia pada Jumat, 12 Januari 2024 menghentikan lalu lintas menuju Laut Merah setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap militan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman.

Hafnia, Torm dan Stena Bulk mengkonfirmasi menghentikan lalu lintas menuju gerbang perdagangan penting tersebut. Hal ini sebagai tanggapan atas nasihat dari pasukan maritim gabungan, koalisi multinasional yang dipimpin Amerika Serikat. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (13/1/2024).

Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan salah satu operator kapal tanker terbesar di dunia untuk produk minyak bumi seperti bensin, menurut situs perusahaan. Stena Bulk juga mengangkut minyak mentah.

“Mempertimbangkan perkembangan ini dan sejalan dengan rekomendasi para ahli, kami telah memutuskan untuk segera menghentikan semua kapal yang menuju atau berada di sekitar wilayah yang terkena dampak,” ujar juru bicara Hafnia Sheena, Williamson-Holt kepada CNBC.

Koalisi multinasional menyarankan kapal-kapal untuk hindari transit di Selat Bab el-Mandeb selama beberapa hari, berdasarkan pernyataan dari Asosiasi Internasional Pemilik Kapal Tanker Independen.

 

5 dari 5 halaman

Situasi Dinamis

“Situasinya dinamis dan kapal-kapal harus mempertimbangkan untuk bertahan di luar area tersebut sementara periode pengamatan situasi dilakukan hingga siang hari pada Sabtu, 13 Januari,” kata asosiasi kapal tanker tersebut.

Adapun selat Bab el-Mandeb menghubungkan Teluk Aden dengan Laut Merah. Sekitar 7 juta barel minyak mentah dan produknya transit di Laut Merah, menurut perusahaan analisis perdagangan Kpler.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka melonjak lebih dari 4 persen menjadi USD 75,25, sementara harga minyak Brent sentuh USD 80,75 pada awal sesi perdagangan.

Pada penutupan perdagangan, penguatan harga minyak jadi terbatas. Harga minyak mentah Amerika Serikat diperdagangkan di kisaran USD 72,89 per barel. Harga minyak Brent diperdagangkan di posisi USD 78,53.

“Pasar akan menunggu untuk melihat apakah kita melihat hal ini menyebar ke jalur signifikan terutama melalui laut untuk produk minyak seperti Selat Hormuz,” ujar Helima Croft dari RBC Capital Markets kepada CNBC.

 

Video Terkini