Sukses

Ekonom Ramal Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Berlanjut di Desember 2023

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Perkembangan Ekspor dan Impor, hingga neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2023, hari ini Senin (15/1/2024).

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Perkembangan Ekspor dan Impor, hingga neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2023, hari ini Senin (15/1/2024).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan surplus neraca perdagangan akan berlanjut di bulan Desember 2023, meskipun dengan nilai yang menurun.

"Neraca perdagangan diperkirakan surplus USD 2,00 miliar, turun dari surplus USD2,41 miliar pada bulan November 2023. Dengan demikian,neraca perdagangan sepanjang tahun 2023 diperkirakan berkisar USD35,63 miliar, lebih rendah dari surplus perdagangan tahun 2022 sebesar USD54,46 miliar," kata Josua Pardede kepada Liputan6.com.

Disisi lain, menurutnya meskipun harga komoditas relatif stabil di bulan Desember 2023, terutama komoditas ekspor utama seperti batu bara dan CPO, PMI manufaktur mitra dagang utama Indonesia menunjukkan penurunan, mengindikasikan perlambatan permintaan global.

Josua juga memperkirakan ekspor bulan Desember 2023 mengalami kontraksi -7,61 persen yoy, dibandingkan dengan -8,56 persen yoy pada bulan sebelumnya. Oleh karena itu, kinerja ekspor untuk sepanjang tahun 2023 diperkirakan -11,48 persen yoy, dibandingakan laju pertumbuhan ekspor tahun 2022 yang tercatat 26,05 persen yoy.

Kendati ada kenaikan harga batubara di bulan Desember 2023, karena peningkatan permintaan musiman selama musim dingin dan harga CPO yang relatif stabil yang dipengaruhi oleh dampak El Nino di sisi pasokan, permintaan global cenderung melemah. Lantaran PMI manufaktur di AS dan China terus melemah di bulan Desember 2023, keduanya mencatatkan indeks di bawah 50.

Sementara itu, kinerja impor diperkirakan akan tumbuh sekitar 0,74 persen yoy, melambat dari 3,29 persen yoy pada bulan November 2023. Secara keseluruhan pada tahun 2023, impor diperkirakan akan menurun lebih rendah daripada ekspor, dengan mengalami kontraksi sebesar -6,35 persen dibandingkan dengan pertumbuhan 21,03 persen yang terjadi pada tahun 2022.

"Kontraksi laju impor yang lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi ekspor dipengaruhi oleh permintaan domestik yang terus menguat terindikasi dari PMI Manufaktur Indonesia meningkat dari 51,7 pada November 2023 menjadi 52,2 pada Desember 2023," ujarnya.

 

2 dari 4 halaman

PMI Manufaktur

Ia menjelaskan, peningkatan PMI Manufaktur pada bulan Desember tersebut merupkan yang tertinggi sejak September 2023, dengan pertumbuhan produksi mencapai puncak dalam empat bulan dan pesanan baru mengalami kenaikan paling signifikan sejak September 2023.

Pada tahun 2023, ia memproyeksikan transaksi berjalan mengalami defisit kecil sekitar -0,14 persen dari PDB dibandingkan dengan surplus PDB sebesar 0,98 persen pada tahun 2022.

"Untuk tahun 2024, transaksi berjalan diperkirakan akan mengalami defisit -0,70 persen terhadap PDB. Pelebaran defisit transaksi berjalan dipengaruhi oleh ekspektasi perlambatan ekonomi global terutama mitra dagang utama Indonesia seperti AS dan Tiongkok," jelasnya.

Meskipun demikian, pelebaran defisit masih <1 persen terhadap PDB mengingat upaya pemerintah yang mendorong percepatan hilirisasi, yang diharapkan dapat membatasi risiko penurunan surplus perdagangan di tengah permintaan global yang sedang berlangsung dan penurunan harga komoditas, serta harga minyak dunia yang lebih rendah dari yang diantisipasi sebelumnya.

3 dari 4 halaman

Waspada, Begini Gambaran Kondisi Ekonomi Global di 2024

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut di tahun 2024 ekonomi global tidak akan semakin mudah.

Hal itu ditandai dengan sejumlah risiko dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi tahun depan. Menurutnya, risiko-risiko tersebut merupakan efek lanjutan dari risiko yang telah terjadi di tahun 2023.

"Kami menyadari bersama bahwa sepanjang tahun 2023 dinamika global menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi domestik. Ke depan, tantangan tidak bertambah mudah. Sejumlah risiko masih kita hadapi," kata Airlangga dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia "Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional Di Tengah Dinamika Global" di Hotel St. Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Adapun risikonya diantaranya volatilitas harga komoditas yang masih tinggi yang dipengaruhi oleh tensi geopolitik yang hingga kini belum mereda, bahkan volatilitas harga komoditas tersebut diprediksi bisa terus meningkat.

Resiko selanjutnya, yakni tingkat pengetatan kebijakan moneter di negara maju yang berdampak terhadap aliran modal asing di negara-negara berkembang (emerging country).

 

4 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok

Tak kalah pentingnya, yakni pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang dibawah perkiraan dinilai dapat mengganggu rantai pasok global. Selain itu, risiko terganggunya ketahanan pangan dan energi akibat perubahan iklim dapat memperngaruhi pertumbuhan ekonomi di dunia, sehingga semakin tak mudah.

Alhasil, dengan berbagai tantangan tersebut, kata Airlangga prospek ekonomi global akan lebih menantang.

Dalam jangka pendek Airlangga optimis, tahun 2023 ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen dan tahun 2024 tumbuh 5,2 persen di tengah berbagai downside risks yang dihadapi.

Â