Sukses

Perang Dagang China-AS Berlanjut, Pasir Kuarsa hingga Nikel Diprediksi Tetap Cuan

Tensi geopolitil global terus memanas dan diprediksi berimbas pada kegiatan ekonomi. Salah satunya akan semakin menguatnya tensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta Tensi geopolitil global terus memanas dan diprediksi berimbas pada kegiatan ekonomi. Salah satunya akan semakin menguatnya tensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

Analis menilai, perang dagang yang terjadi bakal nenyorot tech war atau aksi saling kunci soal microchip dan rare earth, yang imbasnya berupa keberlanjutan penurunan performa ekonomi China.

"Artinya, surplus dagang dengan China berpotensi menurun, karena penurunan permintaan dari negeri Tirai Bambu tersebut," ujar Analis dari Himpunan Penambang Pasir Kuarsa Indonesia (HIPKI), Ronny P Sasmita dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Senin (15/1/2024).

Berlanjutnya perang dagang ini, kata Ronny, komoditas tambang diprediksi masih akan meraup keuntungan. Misalnya, pasir silika atau pasir kuarsa dan nikel.

"Komoditas global seperti Silica Sand atau Pasir Kuarsa dan Nikel berpeluang akan semakin membaik, karena renewable energy adalah salah satu senjata China untuk melawan dominasi global Amerika," ungkapnya.

Pada konteks China, Ronny memandang, energi terbarukan berkaitan dengan dua hal, pertama memangkas ketergantungan China pada impor migas yang sangat besar, sekitar 60 persen dari kebutuhan domestinya. Kedua, melawan dominasi kendaraan berbasis internal combustion engine, yang selama ini dikuasai oleh negara-negara AS dan aliansinya.

"Sebagaimana diketahui, kendaraan listrik adalah salah satu pintu masuk China untuk leading, karena China memang tak mampu menyaingi dominasi kendaraan berbasis internal combustion engine besutan Jepang, Eropa, Korea, dan US, yang semuanya bisa dikategorikan satu kubu. Keberhasilan BYP menyalip Tesla sejak tahun lalu adalah sebuah simbol kemenangan China yang luar biasa," bebernya.

 

2 dari 3 halaman

China Kurangi Energi Kotor

Atas langkah tersebut, Ronny mengatakan ada upaya China untuk kedepannya mengurangi sumber-sumber energi kotor, yakni batu bara dan migas. Selanjutnya, meningkatkan peran sumber energi terbarukan.

"Terutama solar panel dan wind turbine, yang akan membuat prospek harga pasir kwarsa semakin baik di satu sisi dan memperbesar potensi investasi langsung China untuk sumber energi terbarukan di Indonesia di sisi lain," kata dia.

"Baik berupa investasi baru untuk Solar Panel maupun baterai kendaraan listrik, walaupun permintaan secara umum dari China akan berpotensi turun," imbuhnya.

 

3 dari 3 halaman

AS Turut Ambil Peran

Di sisi lain, Amerika juga tak ingin ketinggalan dari China soal energi terbarukan dan electric vehicle. Investasi besar-besaran dalam bidang energy terbarukan telah diambil Joe Biden sejak awal kepemimpinannya.

Termasuk investasi besar-besaran di bidang energi surya (solar panel) dan mendorong pemain kendaraan konvensional, seperti ford dan GM, untuk ikut menggelorakan produksi kendaraan listrik.

"Jadi sekalipun potensi perang dagang akan terus berlanjut dan memanas, tapi soal transisi energi, China dan US berada dalam isu yang sama," ungkap Ronny.

"Artinya apa? Artinya prospek permintaan dan harga pasir kwarsa berserta nikel untuk lima tahun ke depan masih tetap bagus dan menjanjikan," pungkasnya.

Â