Sukses

Seberapa Penting Jaringan Gas Bumi? Menteri ESDM: Biar Enggak Perlu Gotong Gas Melon lagi

Jaringan gas bumi nantinya akan melewati sejumlah kota atau daerah dari satu titik ke titik lainnya. Selanjutnya, akan disambung dengan jaringan gas (jargas) ke rumah tangga di daerah tersebut untuk dimanfaatkan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan pentingnya peran jaringan pipa penyaluran gas bumi. Salah satunya mengurangi konsumsi masyarakat atas penggunaan LPG 3 kilogram (kg) alias gas melon.

Arifin menyebut, jaringan gas bumi  ini nantinya akan melewati sejumlah kota atau daerah dari satu titik ke titik lainnya. Selanjutnya, akan disambung dengan jaringan gas (jargas) ke rumah tangga di daerah tersebut untuk dimanfaatkan.

"Apa pentingnya transmisi gas ini? Kita mengupayakan dibangunnya transmisi interkoneksi antar pulau ini agar kota-kota besar paling enggak yang terlintas atau kota kecil bisa terlintasi oleh sambungan pipanya," kata Arifin dalam Konferensi Pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/1/2024).

Pada konteks kemudahan masyarakat ini, Arifin membidik adanya kemudahan bagi masyarakat untuk menggunakan gas bumi di rumah tangga. Harapannya, masyarakat tak lagi bergantung pada LPG bersubsidi 3 kg.

"Kita juga akan mempermudah masyarakat untuk bisa mendapatkan energi di rumah, tidak lagi harus gotong-gotong (gas) melon 3 kilo, jadi cukup buka keran, nyala lah itu," terangnya.

"Ini lah yang memang harus kita upayakan, tentu saja dengan adanya infrastruktur ini walaupun sekarang sudah ada, tapi kita harus mendorong jaringan gas itu untuk masuk ke konsumen rumah tangga," imbuh Arifin.

 

2 dari 4 halaman

Hemat Devisa

Lebih lanjut, Arifin memandang manfaat lainnya adalah adanya penghematan devisa. Menurutnya, langkah serupa juga telah dilakukan oleh banyak negara di dunia.

"Jaringan ini sangat kita perlukan, karena di banyak negara, banyak memanfaatkan gas alam untuk sumber-sumber kebutuhan energi rumah tangga, kemudian juga hotel rekreasi," kata dia.

Tersambungnya jargas ini bisa berpeluang untuk menekan jumlah impor LPG. Setidaknya, saat ini Indonesia kerap mengimpor LPG sebanyak 5-6 juta ton per tahun.

"Nah itu kita juga harus upayakan itu. Kenapa harus kita lakukan? karena kita harus menghemat devisa, ya, impor LPG kita sudah kurang lebih 5-6 juta ton per tahun, sedangkan kita ini akan mengantisipasi tambahan pasokan gas dalam negeri," urainya.

 

3 dari 4 halaman

Minta Pembangunan Transmisi Gas Dikebut

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta pembangunan jaringan transmisi gas bumi untuk dipercepat. Tujuannya mengakomodasi sejumlah potensi produksi jumbo dari lapangan gas yang ditemukan.

Beberapa potensi produksi jumbo gas bumi diantaranya da temuan atas eksplorasi di dua blok di Andaman yang secara akumulasi bisa mencapai produksi 11 TCF. Kemudian, ada pula temuan jumbo di Geng North dengan besaran 5 TCF plus kondensat.

"Kita juga harus masih membangun infrastruktur kita untuk bisa mengakomodasi tambahan pasokan gas-gas dari hasil produksi baru yang bisa dioptimalkan," ujar Arifin dalam Konferensi Pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/1/2024).

Dia mencontohkan, misalnya pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem) yang ditarget rampung pada awal 2025, tahun depan. Selanjutnya, pemerintah juga menggenjot pembangunan transmisi gas Dumai-Sei Mangkei sebagai sarana penyaluran peningkatan produksi di Blok Andaman.

"Jadi proyek transmisi gas Cirebon-Semarang itu harus selesai di awal tahun 2025, kita juga mulai pembangunan transmisi koneksi Dumai-Sei Mangkei untuk antisipasi tambahan produksi dari Blok Andaman," tuturnya.

 

4 dari 4 halaman

Disesuaikan Dengan Produksi Gas Jumbo

Dia menyadari, pembangunan pipa transmisi ini membutuhkan waktu beberapa tahun. Hanya saja, dia meminta proyek itu bisa disesuaikan dengan proyeksi produksi dari beberapa lapangan gas jumbo yang ditemukan.

"Jadi memang pembangunannya ini akan memakan waktu berapa tahun sama ini ini harus disesuaikan untuk bisa menampung tambahan gas yang dari Andaman sehingga kita bisa mengamankan pasokan suplai untuk di dalam negeri ya kita bisa mewujudkan ketahanan energi di dalam negeri," paparnya.

"Demikian juga saat ini di Jawa Timur beberapa blok gas belum bisa optimalkan produksinya disebabkan belum bisa tersalurkannya gas ke tempat lain begitu kita harus bangun," imbuh Arifin Tasrif.