Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia tergelincir pada perdagangan hari Senin karena pelaku pasar waspada akan risiko gangguan pasokan dampak konflik di Timur Tengah. Harga minyak dunia turun menyusul serangan pasukan AS dan Inggris untuk menghentikan milisi Houthi di Yaman menyerang kapal kapal kargo di Laut Merah.
Mengutip CNBC, Selasa (16/1/2024), harga minyak mentah berjangka Brent turun 31 sen atau 0,4% menjadi USD 77,98 per barel pada 01.24 GMT setelah ditutup naik 1,1% pada perdagangan Jumat kemarin.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level USD 72,36 per barel, turun 32 sen atau 0,4% menyusul kenaikan 1% di sesi sebelumnya.
Advertisement
kedua harga acuan minyak dunia ini melonjak lebih dari 2% pada minggu lalu dan menyentuh level intraday tertinggi tahun ini setelah pasukan AS dan Inggris melancarkan lusinan serangan udara terhadap pasukan Houthi sebagai pembalasan atas serangan berbulan-bulan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Milisi Houthi yang menapat dukungan dari Iran ini melakukan serangan ke kapal-kapal di laut merah sebagai respons atas perang yang terjadi di Gaza antara Israel dan Hamas.
Pada hari Minggu, milisi Houthi mengancam akan memberikan respon yang kuat dan efektif setelah AS kembali melancarkan serangan, sehingga meningkatkan ketegangan. AS kemudian mengatakan pihaknya menembak jatuh sebuah rudal yang ditembakkan ke salah satu kapalnya dari wilayah militan Houthi di Yaman.
Produksi Tak Terpengaruh
Presiden Joe Biden mengatakan Amerika Serikat telah mengirimkan pesan pribadi ke Iran mengenai serangan Houthi.
Beberapa pemilik kapal tanker menghindari Laut Merah dan beberapa kapal tanker mengubah arah pada hari Jumat setelah serangan tersebut, meskipun para pedagang masih mewaspadai tanggapan dan dampak Iran terhadap pengiriman di Selat Hormuz, titik penyempitan minyak paling penting di dunia.
“Karena konflik Timur Tengah saat ini tidak mempengaruhi produksi minyak, premi risiko geopolitik yang diperhitungkan dalam harga minyak kini tampak sederhana berdasarkan volatilitas opsi yang tersirat,” kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
“Meskipun tidak mungkin terwujud, kami memperkirakan harga minyak akan naik 20% pada bulan pertama gangguan Selat Hormuz, dan mungkin akan meningkat dua kali lipat jika gangguan berkepanjangan.” tambah dia.
Advertisement
Protes Libya dan Cuaca Dingin AS
Di Libya, masyarakat yang memprotes dugaan korupsi mengancam akan menutup dua fasilitas minyak dan gas lagi setelah menutup ladang Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari pada 7 Januari.
Di AS, perusahaan-perusahaan listrik dan gas alam pada hari Jumat bersiap menghadapi cuaca dingin ekstrem selama liburan akhir pekan Hari Martin Luther King yang diperkirakan akan menyebabkan rekor permintaan gas sekaligus mengurangi pasokan dengan membekukan sumur.