Sukses

Situasi Global Makin Tak Pasti, Indonesia Dorong Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular

Pemerintah RI menetapkan Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) sebagau salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia dalam Rencana Pembanguan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah RI menetapkan Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) sebagau salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia dalam Rencana Pembanguan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Dalam kunjungan kerja ke Jenewa, Swiss, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa membahas strategi peningkatan KSST. Sekaligus peran Indonesia sebagai Co-Chairman Global Partnership for Effective Development Co-operation (GPEDC), platform antarnegara untuk memperkuat multilateralisme pembangunan melalui kebijakan strategis seperti KSST.

Dalam pidato bertema Mengangkat Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular Menuju Perubahan Transformatif, Suharso menekankan pentingnya Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular untuk mengatasi ketidakpastian global.

"Meningkatnya terputusnya (hubungan) antar negara-negara besar, menandai penyimpangan dari pola tradisional integrasi ekonomi global. Ketika berbagai negara terkena dampak negatif dari tren pemisahan ini, negara-negara selatan harus bahu-membahu, memastikan bahwa potensi gangguan pada rantai pasokan global di masa depan dapat dikelola dengan lebih baik, tanpa hanya bergantung pada apa yang terjadi di negara-negara maju," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (16/1/2024).

Peningkatan Perdagangan

United Nations Conference on Trade and Development menunjukkan, dalam 16 tahun pada 2005-2021, perdagangan Selatan-Selatan meningkat dari 17 persen menjadi 28 persen.

"Angka tersebut harus terus ditingkatkan melalui KSST, terutama dalam tiga aspek, yaitu pertukaran pengetahuan, penyelarasan strategis, dan kemitraan untuk inovasi kebijakan," imbuh Suharso.

Strategi peningkatan tersebut akan dibahas Indonesia dalam High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships GPEDC pada Juli 2024 mendatang. Sebagai penyelenggara, Indonesia akan memimpin pembahasan strategi peningkatan peran KSST sebagai mesin pertumbuhan untuk peningkatan pertukaran nilai ekonomi global berkelanjutan.

"Saya berharap kolaborasi dengan South Centre dapat memberdayakan penelitian kebijakan tentang Peningkatan Kerja Sama Selatan-Selatan dan akan menjadi masukan penting bagi persiapan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships 2024 yang diharapkan dapat mencerminkan kepentingan negara-negara berkembang, termasuk G77, Gerakan Non-Blok, dan Asia-Afrika," pungkasnya.

2 dari 3 halaman

BPS: Neraca Perdagangan Barang Indonesia Surplus 4 Tahun Berturut-turut

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus secara berturut-turut dalam empat tahun terkahir, dan mencapai puncaknya di tahun 2022, namun menurun di tahun 2023.

"Surplus neraca perdagangan barang Indonesia menunjukkan peningkatan, dan dalam 4 tahun terkahir secara berturut-turut neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismatini dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).

Surplus tertingi terjadi di tahun 2022 dengan total nilai USD 54,46 miliar. Akan tetapi, nilai surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada tahun 2023 mengalami penurunan menjadi USD 36,93 miliar.

Lebih lanjut, total mitra dagang Indonesia adalah sebanyak 246 yang terdiri dari negara dan teritori. Dari total tersebut, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan 177 negara dan defisit dengan 69 negara.

Adapun 10 negara surplus terbesar adalah India, Amerika Serikat, Filipna, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Taiwan, Jepang, dan Vietnam. Disisi lain, Indonesia mengalami suprlus perdagangan barang terbesar dengan India sebesar USD 14,51 miliar.

 

3 dari 3 halaman

Penyumbang Defisit

Sementara itu, 10 negara penyumbang defisit terbesar adalah Australia, Thailand, Brazil, Jerman, RUsia, Argentina, Oman, Korea Selatan, Kanada, dan Prancis.

"Indonesia mengalami defisit perdagangan terbesar dengan Australia sebesar USD 5,75 miliar," ujarnya.

Diketahui, Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 3,31 miliar, atau naik sebesar USD 0,90 miliar secara bulanan. Artinya, neraca perdagangan Indonesia kembali surpus selama 44 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.