Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024. Namun, tidak menutup kemungkinan ke depannya suku bunga acuan bisa diturunkan.
Â
"Saya sampaikan ruang penurunan suku bunga BI rate kedepan masih akan tetap ada," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2024, Rabu (17/1/2024).
Perry mengatakan, suku bunga acuan BI rate bisa dipangkas jika memenuhi beberapa kriteria. Diantaranya, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah.
Advertisement
"Kriterianya, satu, seberapa cepat penguatan nilai tukar Rupiah," ujar Perry.
Kriteria kedua, yakni tetap terkendalinya inflasi khususnya inflasi inti dan juga inflasi pangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat inflasi tahun 2023 mencapai 2,61 persen. Kemudian Inflasi inti 2023 terjaga rendah sebesar 1,80 persen (yoy) dan Inflasi volatile food sebesar 6,73 persen (yoy).
Dukungan Kredit
Ketiga, yakni Bank Indonesia akan mencermati dukungan kredit di dalam pembiayaan ekonomi. Dengan demikian, kata Perry, Bank Indonesia masih akan sabar melihat perkembangan kriteria-kriteria yang disebutkan tersebut sebelum memutuskan akan memangkas suku bunga acuan atau tidak kedepannya.
"Kami tetap sabar dan tetap akan masih sabar melihat kondisi dalam negeri dan global, tentu saja ketidaksabaran itu akan tergantung dari bagaimana semakin meredanya kondisi global dan memastikan inflasi terkendali," pungkas Gubernur Bank Indonesia tersebut.
Alasan BI Tahan Suku Bunga Acuan 6% di Januari 2024
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2024, Rabu (17/1/2024).
Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Disisi lain, Perry menegaskan bahwa kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.
Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, melalui upaya sebagai berikut:
- Stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;- Penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI);
- Penguatan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan fokus pada suku bunga kredit per sektor ekonomi (Lampiran);
- Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas Ekonomi Keuangan Digital (EKD).
- Penguatan dan perluasan kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra, khususnya di area kebanksentralan termasuk mempercepat konektivitas pembayaran dan Local Currency Transactions (LCT), serta memfasilitasi promosi investasi, perdagangan, dan pariwisata di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.
Advertisement
Ini Ramalan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia di 2024
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) mulai memangkas suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate pada paruh kedua 2024.
"Bank Indonesia diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan BI-Rate pada paruh kedua tahun 2024," kata Josua diikutip dari Antara, Rabu (17/11/2024).
Selain itu, ia memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga BI-Rate di level 6 persen pada Rawat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Januari 2024. Perkiraan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir dari sisi global dan domestik.
Sikap hati-hati bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait penurunan suku bunga pada 2024, ditambah dengan risiko inflasi domestik yang sedang berlangsung di paruh pertama tahun ini akibat El-Nino.
"Kami terus mempertahankan perkiraan kami bahwa BI-Rate akan berada di level 5,50 persen pada akhir tahun 2024," ujarnya.
Â
RDG BI Desember 2023
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20-21 Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI rate sebesar 6 persen. Suku bunga deposit facility dipertahankan sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.
"Keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Desember 2023 di Jakarta, Kamis (21/12).
Keputusan tersebut dilakukan untuk mendukung langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.
Advertisement