Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat pada Rabu, 17 Januari 2024. USD menguat ketika Gubernur The Fed Christopher Waller mengisyaratkan pendekatan hati-hati terhadap penurunan suku bunga.
Waller mengatakan bahwa ketahanan ekonomi AS saat ini kemungkinan akan menunda potensi penurunan suku bunga.
Baca Juga
"Komentarnya mengirim dolar ke level tertinggi dalam satu bulan, dan juga memicu lonjakan tajam dalam imbal hasil Treasury, dengan tingkat suku bunga 10-tahun melewati angka 4 persen," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Rabu (17/1/2024).
Advertisement
Sebelumnya, para pedagang telah memangkas perkiraan penurunan suku bunga The Fed di bulan Maret mendatang.
Ibrahim menyebut, pasar kini berfokus pada data produksi industri dan penjualan ritel bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Rabu.
"Setiap tanda-tanda kekuatan ekonomi AS, khususnya belanja konsumen, memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama," ungkap Ibrahim.
Alat CME Fedwatch menunjukkN, pedangan terlihat sedikit mengurangi taruhan mereka terhadap penurunan suku bunga The Fed Maret mendatang.
Pasar kininmelihat peluang 62,8 persen penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, turun dari 66,1 psrsen yang terlihat sehari sebelumnya.
Sementara itu, di Asia, rilis Produk Domestik Bruto China pada kuartal keempat 2023 tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan, yaitu sebesar 5,2 persen.
PDB tahunan China sebesar 5,2 persen melampaui target Beijing sebesar 5 persen pada tahun 2023.
Rupiah Berlanjut Melemah pada Rabu, 17 Januari 2024
Rupiah ditutup melemah 50 point dalam perdagangan sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 60 point dilevel Rp. 15.643 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.592.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.630- Rp. 15.690," beber Ibrahim.
BI Kembali Tahan Suku Bunga di Level 6 Persen Januari 2024
Bank Indonesia (BI) kembKi menahan suku bunga acuan (BI-Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pasa Januari 2024 di level 6,00 persen, Keputusan menahan suku bunga ini seiring dengan fokus kebijakan moneter yang pro stabilitas.
Langkah ini sekaligus langkah pre emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 persen plus minus 1% pada tahun 2024. Ibrahim pun menyoroti beberapa alasan BI mempertahankan suku bunga cauannya.
"Diantaranya, ketidakpastian global masih tetap tinggi. Tekanan inflasi di negara maju terutama Amerika Serikat (AS) yang berlanjut menimbulkan ketidakpastian terkait dengan arah suku bunga kebijakan global ke depan," jelasnya.
Tercatat, inflasi AS pada Desember 2023 mencapai 3,4 persen secara tahunan, naik dari 3,1 persen pada November 2023. Penurunan harga energi global, tertahan akibat eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama terkait gangguan di Laut Merah.
Advertisement
Ekonomi Menunjukkan Ketahanan
Selain itu, perkembangan ekonomi juga menunjukkan ketahanan.
Salah satunya adalah inflasi, yang terkendali dan tercatat rendah sebesar 2,61 persen pada akhir 2023.
Kemudian di sisi sektor eksternal, surplus perdagangan Indonesia bertahan hingga akhir 2023, di mana pada Desember mencapai USD 3,3 miliar, naik dari USD 2,4 miliar pada bulan sebelumnya.
Berlanjutnya surplus perdagangan tersebut berhasil mendukung cadangan devisa yang mencapai USD 146,4 miliar pada akhir 2023.