Sukses

Pejabat The Fed Atlanta Ramal Suku Bunga AS Bisa Dipangkas Kuartal III 2024

Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunga pada kuartal III 2024.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic memperkirakan para pengambil kebijakan akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal ketiga 2024.

Melansir CNBC International, Jumat (19/1/2024) Raphael Bostic menyebutkan bahwa inflasi Amerika Serikat sedang dalam perjalanan kembali ke target The Fed.

Bostic, yang tahun ini menjadi anggota pemungutan suara di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan tingkat suku bunga, menegaskan bahwa tujuan ke depannya adalah untuk mengkalibrasi kebijakan agar tidak terlalu membatasi, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak terhambat.

Dia mengatakan skenario "jalur emas" untuk menurunkan inflasi sambil mendorong pertumbuhan yang solid dan lapangan kerja yang sehat semakin dekat dibandingkan perkiraan banyak pejabat The Fed.

"Karena saya bergantung pada data, saya telah memasukkan kemajuan tak terduga dalam inflasi dan aktivitas ekonomi ke dalam perkiraan saya, dan dengan demikian mempercepat perkiraan waktu untuk mulai menormalisasi suku bunga dana federal ke kuartal ketiga tahun ini dari kuartal keempat," ungkap Bostic mengatakan dalam sambutannya untuk pidato di hadapan para pemimpin bisnis di Atlanta.

Meskipun prediksi membantu memperkirakan jadwal penurunan suku bunga, pernyataan Bostic juga berfungsi sebagai pengingat bahwa pejabat The Fed dan pelaku pasar memiliki ekspektasi berbeda mengenai pelonggaran kebijakan.

Penilaian saat ini di pasar berjangka dana The fed fund menunjukkan penurunan pertama suku bunga akan terjadi pada Maret 2024, menurut ukuran FedWatch CME Group.

Probabilitas untuk pengurangan suku bunga seperempat poin persentase telah menurun dalam beberapa hari terakhir tetapi masih berada di sekitar 57 persen pada hari Kamis (18/1).

Penetapan harga lebih lanjut menunjukkan total enam pemangkasan tahun ini, atau satu kali pada setiap pertemuan FOMC tetapi satu kali pada Maret 2024.

2 dari 3 halaman

Pemangkasan Suku Bunga AS Bisa Dilakukan Lebih Awal?

Bostic mengatakan dia tidak sepenuhnya menentang pemangkasan sebelum kuartal ketiga, yang menyiratkan bahwa pemotongan tersebut akan dilakukan paling cepat pada bulan Juli, namun batasannya akan tinggi.

"Jika kita terus melihat akumulasi kejutan penurunan lebih lanjut dalam data, saya mungkin merasa cukup nyaman untuk menganjurkan normalisasi lebih cepat dari kuartal ketiga," katanya, seraya menambahkan, "Tetapi buktinya harus meyakinkan.”

Tetapi sejumlah faktor dapat mengubah perhitungan tersebut, seperti konflik geopolitik, pertikaian anggaran yang sedang berlangsung di Washington, dan pemilihan presiden yang akan segera terjadi.

Oleh karena itu, Bostic menganjurkan kehati-hatian.

"Dalam lingkungan yang tidak dapat diprediksi seperti ini, tidak disarankan untuk menerapkan pendekatan tegas terhadap kebijakan moneter," kata Bostic.

"Itulah mengapa saya yakin kita harus membiarkan kejadian tersebut terus terjadi sebelum memulai proses normalisasi kebijakan," jelasnya.

Beberapa poin data yang menurut Bostic akan dia perhatikan mencakup pertumbuhan ekonomi AS secara keseluruhan, angka inflasi seperti indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi Departemen Perdagangan, dan data pertumbuhan dan kerugian lapangan kerja.

3 dari 3 halaman

BI Rate Bakal Turun? Ini Bocoran Bos Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024. Namun, tidak menutup kemungkinan ke depannya suku bunga acuan bisa diturunkan.

"Saya sampaikan ruang penurunan suku bunga BI rate kedepan masih akan tetap ada," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2024, Rabu (17/1/2024).

Perry mengatakan, suku bunga acuan BI rate bisa dipangkas jika memenuhi beberapa kriteria. Diantaranya, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah.

"Kriterianya, satu, seberapa cepat penguatan nilai tukar Rupiah," ujar Perry.

Kriteria kedua, yakni tetap terkendalinya inflasi khususnya inflasi inti dan juga inflasi pangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat inflasi tahun 2023 mencapai 2,61 persen.

Kemudian Inflasi inti 2023 terjaga rendah sebesar 1,80 persen (yoy) dan Inflasi volatile food sebesar 6,73 persen (yoy).

Dukungan KreditKetiga, yakni Bank Indonesia akan mencermati dukungan kredit di dalam pembiayaan ekonomi.

Dengan demikian, kata Perry, Bank Indonesia masih akan sabar melihat perkembangan kriteria-kriteria yang disebutkan tersebut sebelum memutuskan akan memangkas suku bunga acuan atau tidak kedepannya.

"Kami tetap sabar dan tetap akan masih sabar melihat kondisi dalam negeri dan global, tentu saja ketidaksabaran itu akan tergantung dari bagaimana semakin meredanya kondisi global dan memastikan inflasi terkendali," pungkas Gubernur Bank Indonesia tersebut.