Sukses

Rupiah Ditutup Menguat Jelang Akhir Pekan, Bertahan di Kisaran 15.600

Rupiah ditutup menguat 8 point dalam perdagangan pada Jumat, 19 Januari 2024.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menguat dalam perdagangan hari ini pada Jumat, 19 Januari 2024.

Di Amerika Serikat, klaim awal tunjangan pengangguran negara itu turun 16.000 menjadi 187.000, yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir pada 13 Januari.

Ini menandai level klaim tunjangan terendah sejak September 2022, menurut catatan Departemen Tenaga Kerja AS.

"Data penjualan ritel yang kuat dan serangkaian komentar yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed minggu ini memicu meningkatnya keraguan akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Maret 2024," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Jumat (19/1/2024).

Namun, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa ada kemungkinan suku bunga The Fed turun lebih cepat dari kuartal ketiga yang ia antisipasi.

Tetapi dengan catatan, ada bukti yang meyakinkan dalam beberapa bulan mendatang bahwa inflasi AS turun lebih cepat dari perkiraannya.

Alat CME Fedwatch menunjukkan, pedagang terlihat secara tajam mengurangi taruhan pemotongan suku bunga The Fed di Maret 2024.

"Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 51,9 persen untuk pemotongan suku bunga di bulan Maret, turun tajam dari 68,3 persen yang terlihat pada minggu lalu," ungkap Ibrahim.

Ibrahim melihat, The Fed kemungkinan besar tidak akan mengubah suku bunga sampai inflasi berada dalam targetnya sebesar 2 persen dengan pembacaan CPI bulan Desember yang menunjukkan sedikit kemajuan.

Rupiah Menguat pada Jumat, 19 Januari 2024

Rupiah ditutup menguat 8 point dalam perdagangan sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 11 point dilevel 15.615 dari penutupan sebelumnya di level 15.643.

"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat tipis direntang 15.590-15.650," beber Ibrahim.

2 dari 3 halaman

RI Catat Kenaikan Utang di Akhir 2023

Utang pemerintah ditutup di angka Rp 8.144,69 triliun, sampai 31 Desember 2023

Jumlah itu menandai kenaikan Rp 103,68 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp 8.041,01 triliun.

Pertambahan utang itu membuat rasio utang pemerintah akhir 2023 menjadi 38,59 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari bulan sebelumnya yang di level 38,11 persen namun turun dibandingkan akhir 2021 dan 2022.

Namun, nikai rasio utang tersebut lebih rendah dibandingkan akhir 2022 (39,70 persen dari PDB) dan pada puncak pandemi COVID-19 di 2021 (40,74 persen dari PDB).

"Rasio utang ini masih di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2023-2026 di kisaran 40 persen," jelas Ibrahim.

3 dari 3 halaman

Profil Utang Cukup Aman

Utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni berbentuk surat berharga negara (SBN) dan pinjaman.

Mayoritas utang pemerintah sampai Desember 2023 masih didominasi oleh instrumen SBN yakni 88,16 persen dan sisanya pinjaman 11,84 persen.

Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN sebesar Rp 7.180,71 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar Rp 5.808,13 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara Rp 4.700,60 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 1.107,53 triliun.

"Per akhir Desember 2023, profil jatuh tempo utang pemerintah Indonesia disebut terhitung cukup aman dengan rata-rata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di kisaran 8 tahun. Sedangkan, pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan tenor menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif," jelas Ibrahim.