Liputan6.com, Jakarta Sektor maritim digadang menyimpan potensi besar dalam pengembangan sumber daya alam hingga ekonomi berkelanjutan. Dengan begitu, pengamat maritim meminta sektor kelautan ini tak lepas dari bahasan dalam Debat Calon Wakil Presiden atau Debat Cawapres 2024, Minggu (21/1/2024).
Pengamat Maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC) Marcellus Hakeng Jayawibawa menilai, sektor maritim Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, baik dari segi sumber daya alam maupun ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian yang serius pada sektor ini.
Baca Juga
"Salah satu perhatian yang perlu diberikan adalah pada konservasi sumber daya alam maritim. Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang sangat melimpah, termasuk ikan, terumbu karang, dan hutan mangrove," kata Marcellus kepada Liputan6.com, Minggu (21/1/2024).
"Namun, kekayaan alam ini terancam oleh berbagai faktor, seperti penangkapan ikan yang berlebihan, pencemaran, dan perubahan iklim," sambungnya.
Advertisement
Potensi Kekuatan Maritim
Begitu pula pada sektor industri maritim nasional. Dia mencatat, kondisi geografis Indonesia yang mayoritas laut menyimpan potensi kekuatan maritim untuk menjadi bagian teratas di kancah global.
"Namun, pengembangan industri maritim masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain," tegasnya.
Melihat pada kondisi tersebut, Marcellus meminta sedikitnya 5 poin yang tidak boleh terlewat dalam Debat Cawapres 2024 nanti. Pertama, konservasi sumber daya alam maritim. Kedua, Pengembangan industri maritim. Ketiga, Keamanan dan keselamatan maritim. Keempat, Pembangunan infrastruktur maritim. Kelima, peningkatan kapasitas SDM maritim.
Â
Pembangunan Berkelanjutan
Pada konteks ini, Marcellus juga mengatakan adanya potensi pembangunan berkelanjutan di sektor maritim perlu dilihat lebih serius. Utamanya pada pembangunan yang menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan laut.
Dia mencatat, pembangunan berkelanjutan di sektor maritim dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, mengurangi dampak negatif kegiatan maritim terhadap lingkungan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan laut
"Saya berharap para cawapres dapat memberikan tanggapan yang komprehensif dan solutif terkait isu-isu maritim yang akan dibahas dalam debat minggu nanti," pungkasnya.
Genjot Produksi Sawit RI
Diberitakan sebelumnya, Institute for Development of Economic and Finance (Indef) mencatat masih ada kesenjangan antara potensi dan realisasi produksi dari lahan sawit di Indonesia. Maka, dipandang perlu para Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) membidik sebuah terobosan.
Ekonom Senior Indef Bustanul Arifin meminta para kandidat ini bisa mengungkap strategi penguatan produksi sawit RI dalam Debat Cawapres 2024, besok. Mengingat, ada potensi produksi lahan sawit yang bisa tembus 30 ton tandan buah segar (TBS) per hektare per tahun.
"Apa yang terjadi di sawit? Produktivitasnya rendah, kita ingin para Capres ini, gak tau mungkin terlalu teknis ya, terlalu teoretis mungkin bagi level debat ya. Tapi kita menginginkan setidaknya bagaimana caranya untuk mendekatkan lapangan dengan potensi. Dan potensinya untuk sawit itu kita sebetulnya bisa 30 ton per hektar per tahun, hari ini kita cuma belasan," kata Bustanul dalam Webinar Indef, dikutip Sabtu (20/1/2024).
Â
Advertisement
Tantang Gagasan Cawapres
Dia mencatat, produksi petani skala kecil masih berkisar 11-12 ton TBS per hektare per tahun. Artinya masih ada kesenjangan atau gap sekitar 18 ton per hektare per tahun.
Sementara itu, untuk skala perusahaan besar, baru mampu memproduksi 17-18 ton TBS per hektare per tahun. Angka ini juga masih jauh dari potensi yang disebutnya.
Untuk itu, dia berharap para kandidat dalam Debat Cawapres nanti bisa mengemukakan strateginya. Harapannya, ada upaya yang objektif yang bisa diuraikan.
"Padahal potensinya masih 30. Kita ingin apakah ada terobosan, apakah ada teknologi yang digunakan, ya gak usah muluk-muluk tapi setidaknya kita bisa lihat janjinya dalam konteks itu, tidak normatif loh ya, karena pangan ini tidak bisa hanya normatif, harus objektif," tegas Bustanul Arifin.