Sukses

Di Acara Relawan Erick Thohir, Prabowo Yakin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sentuh 2 Digit

Prabowo Subianto meyakini Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Hal itu bisa terwujud semua elit yang berada di Indonesia bekerjasama untuk memajukan tanah air.

Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus dua digit di masa mendatang. Hal itu disampaikan Prabowo dalam acara Relawan Erick Thohir alumni Amerika Serikat for 02 (ETAS) di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (22/1/2024).

"Dalam pendekatan ekonomi juga demikian kita optimis hitungan saya sangat mungkin 7,8,9 persen, saya optimis bisa two digit growth," kata Prabowo Subianto.

Lebih lanjut, Prabowo juga meyakini Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Hal itu bisa terwujud semua elit yang berada di Indonesia bekerjasama untuk memajukan tanah air.

"Kalau kita lihat indiktor ekonomi kita fakta-fakta semua analisa semuanya mengarah bahwasannya Indonesia akan menjadi one of economic giant di dunia ini. Ada yang meramalkan kita bisa ekonomi kelima terbesar di dunia, maybe 2045 di depan mata sebetulnya," ujar Prabowo.

"Saya pun pernah baca kajian strategis yang mengarah ke situ. Indonesia akan seperti ini jika elitnya bisa kerjasama, ujungnya adalah kolaborasi," sambung Prabowo.

Adapun dalam acara tersebut terpantau Erick Thohir hadir mendampingi Prabowo. Selain itu, turut hadir kaka Erick Thohir yakni Garibaldi Thohir atau biasa dikenal dengan Boy Thohir.

Kemudian juga hadir Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan mantan Menteri Perdagangan (Mendag) M Lutfi.

 

2 dari 3 halaman

Awas, Ini Ancaman Ekonomi Indonesia di 2024

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan ada potensi terjadinya stagnasi ekonomi Indonesia pada 2024 mendatang.

"Saya kira potensi ancaman ekonomi kita di tahun depan itu ada kemungkinan stagnasi bahkan mungkin sedikit melambat walaupun tidak besar," ujar Tauhid dikutip dari Antara, Kamis (28/12/2023).

Tauhid mengatakan, faktor utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perlambatan ekonomi global. Hal tersebut terlihat dari melemahnya permintaan ekspor Indonesia, terutama dari China, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.

"Kita masih punya masalah dari sisi penurunan ekspor impor sampai tahun depan, harga komoditas masih belum bergejolak baik akibat pelemahan ekonomi dunia, sehingga itu yang membuat ekonomi kita tidak bertumbuh tinggi," kata Tauhid.

Selain itu, Tauhid juga mengatakan faktor domestik yang mempengaruhi ialah daya beli masyarakat Indonesia yang melemah yang juga menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi.

"Walaupun pemerintah menyiapkan bantuan sosial untuk masyarakat untuk menjaga daya beli, tetapi nilai bansos yang diberikan kepada masyarakat itu nggak cukup untuk meningkatkan daya beli, jadi rata-rata hanya untuk mempertahankan dari kenaikan harga yang bersifat volatile food," ujar Tauhid.

Oleh karena itu, Tauhid merekomendasikan beberapa kebijakan yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5 persen pada tahun depan.

  

3 dari 3 halaman

Perkuat Ekonomi Domestik

Pertama, pemerintah perlu memperkuat ekonomi domestik dengan mengurangi impor dan meningkatkan ekspor ke negara-negara yang pertumbuhan ekonominya masih bagus.

Kedua, pemerintah perlu meningkatkan daya beli masyarakat melalui efektivitas bantuan sosial, penciptaan lapangan kerja, dan penyediaan fasilitas pendukung.

Selanjutnya Tauhid juga menyarankan agar pemerintah meningkatkan masyarakat kelas menengah melalui program-program yang tepat sasaran.

"Kita harus meningkatkan kelas menengah kita yang tidak tersentuh bantuan, tidak tersentuh program dari pemerintah tapi mereka jumlahnya banyak. Nah, ini perlu pemerintah membuat program karena mereka juga merupakan penggerak penting perekonomian," kata Tauhid.

Tauhid juga berharap dengan adanya momentum tahun politik pada 2024, pemerintah bisa memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

"Momentum ini harus dikawal agar nantinya terjadi perbaikan di perekonomian kita agar lebih baik lagi ya," ujar Tauhid.