Sukses

Seberapa Bahayakah Green Inflation?

Transisi ekonomi dan energi hijau dapat memicu inflasi yang cukup tinggi sehingga perlu langkah antisipasi yang tepat.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang berlangsung pada hari Minggu 21 Januari 2024 kemarin, Cawapres Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertanya kepada Cawapres Nomor Urut 3 Mahfud MD mengenai cara mengatasi green inflation atau inflasi hijau.

Mahfud MD pun menjawab bahwa menangani green inflation sama dengan menjalankan ekonomi hijau dimana proses pemanfaatan produk ekonomi dan dimanfaatkan didaur ulang dan bukan dibuang. Jawaban tersebut dianggap keliru oleh Gibran.

Masalah green inflation itu masih tetap hangat menjadi pembicaraan masyarakat baik di dunia nyata atau dunia maya. Masyarakat bertanya-tanya mengenai arti hingga apa pentingnya membicaraka inflasi hijau ini.

Ekonom asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Lukman Hakim mengatakan, inflasi hijau penting diperhatikan karena bagian dari masa depan dunia. "Green inflation atau greenflation ini kan bagian dari ekonomi hijau, salah satu upaya untuk mengurangi emisi karbon," katanya dikutip dari Antara, Selasa (23/1/2024).

Menurut dia, inflasi hijau merupakan inflasi yang dihitung dari barang-barang yang memicu adanya polusi. "Jadi inflasinya ini sudah memasukkan variabel green economy itu," kata Lukman.

Bahkan, ia menilai pertanyaan tersebut bagus dilontarkan untuk calon presiden dan calon wakil presiden untuk mengetahui seberapa besar komitmen mereka terhadap ekonomi hijau. "Karena memang masa depan ya seperti itu," katanya.

Ia mengatakan hal itu merupakan bagian dari upaya menuju nol emisi karbon pada tahun 2060. Ekonomi hijau menyasar ke berbagai sektor, termasuk di sektor perbankan atau perusahaan swasta.

"Jadi laporan keuangan akan dinilai dari sudut ekonomi hijaunya, misalkan saya punya CSR, itu nanti ketika saya mengeluarkan sekian rupiah untuk CSR, berapa dampaknya terhadap pengurangan emisi karbon," katanya.

Ia mencontohkan program menanam pohon untuk mengurangi kadar karbon dioksida lingkungan.

"Misalnya menanam sekian ribu pohon, itu dihitung dia akan mengurangi CO2 berapa persen. Memang arahnya ke green economy," kata Lukman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bisa Turunkan Harga Juga

Pakar ekonomi dari Universitas Andalas Sumatera Barat (Sumbar) Syafruddin Karimi menambahkan, transisi ekonomi dan energi hijau dapat memicu inflasi yang cukup tinggi sehingga perlu langkah antisipasi yang tepat.

"Transisi ekonomi dan energi hijau ini akan menyebabkan perubahan harga. Kalau harga makin tinggi maka otomatis inflasi akan meningkat atau istilahnya green inflation," kata Syafruddin Karimi dikutip dari Antara.

Ia mengatakan ketika pemerintah memutuskan beralih pada konsep ekonomi hijau atau energi ramah lingkungan, maka biaya yang digelontorkan akan jauh lebih besar. Otomatis hal itu berdampak pada peningkatan harga barang-barang yang dibutuhkan.

"Harga-harga pasti akan meningkat dan ini bisa menyebabkan inflasi," ujarnya.

Sebaliknya, transisi ekonomi hijau juga dapat menurunkan harga suatu barang. Jika hal itu terjadi, Prof Karimi menyakini akan banyak masyarakat yang mau beralih pada energi baru terbarukan misalnya kendaraan listrik.

Sayangnya implementasi ekonomi dan energi hijau di Tanah Air belum begitu merata. Sebagai contoh ketersediaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik yang masih didominasi atau dibangun di banyak kota-kota besar.

Oleh karena itu, lulusan Florida State University tersebut mengingatkan pemerintah dalam upaya menuju ekonomi dan energi hijau tidak hanya membutuhkan finansial yang kuat namun pemerataan fasilitas yang merata juga harus diperhatikan.

"Tidak bisa kita pungkiri ketersediaan fasilitas energi hijau itu belum merata. Contohnya saja stasiun pengisian daya kendaraan listrik," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Gibran Kembali Pakai Istilah Asing di Debat Cawapres, Kali Ini Greenflation

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka kembali mengeluarkan jurus andalannya di Debat Cawapres 2024. Kali ini, Gibran mengungkapkan istilah Greenflation atau Green Inflation yang berarti inflasi hijau.

Hal ini dikemukakan Gibran saat mendapatkan waktu untuk melayangkan pertanyaan ke Cawapres Nomor Urut 3 Mahfud MD. Pertanyaannya tersebut dilontarkan dalam waktu singkat.

 "Bagaimana cara mengatasi greenflation? terima kasih," kata Gibran dalam Debat Cawapres di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

Atas tindakannya tersebut, Gibran mendapatkan teguran dari moderator Debat Cawapres. Moderator mengingatkan Gibran untuk menjelaskan terminologi yang ada, termasuk juga mengingatkan masih tersisa waktu yang cukup banyak.

"Masih ada waktu, bapak Gibran, kami sampaikan kembali, terminologi atau singkatan mohon untuk dijelaskan. Masih ada waktu, silakan dilanjutkan," ujar moderator.

Menanggapi hal tersebut, anak sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini mengungkap arti dari greenflation. Dia juga turut berkelakar terkait alasan penggunaan terminologi baru untuk menanyakan ke Mahfud MD.

"Enggak, tunggu. Ini tadi enggak saya jelaskan karena kan beliau kan seorang profesor. Oke, greenflation ini adalah inflasi hijau, sesimple itu," ucap Gibran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.