Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melonjak pada perdagangan Senin setelah Ukraina dilaporkan menyerang terminal bahan bakar (BBM) utama yang dimiliki oleh Rusia pada akhir pekan lalu. Serangan Ukraina ke Rusia ini meningkatkan kekhawatiran baru mengenai gangguan pasokan minyak mentah.
Mengutip CNBC, Selasa (23/1/2024), harga minyak mentah untuk kontrak berjangka Februari jenis West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik USD 1,78 atau 2,42% menjadi USD 75,19 per barel.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia untuk kontrak bulan Maret naik USD 1,50 atau 1,91% menjadi USD 80,06 per barel.
Advertisement
Seorang sumber di Kyiv kepada BBC dan The Wall Street Journal mengatakan bahwa Drone Ukraina menyerang terminal BBM di dekat St. Petersburg. Menurut data dari Kpler, Terminal BBM yang trerletak di Ust-Luga Laut Baltik ini mengekspor 1,35 juta barel per hari minyak mentah, bahan bakar, dan produk olahan.
“Serangan pesawat tak berawak Ukraina di pelabuhan Baltik menimbulkan pertanyaan: Apakah ini akan menjadi keputusan kebijakan Ukraina untuk menyerang infrastruktur minyak Rusia? Jika memang benar, maka itu adalah sebuah masalah,” kata Direktur Pelaksana dan analis energi Mizuho Americas, Bob Yawger.
Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow menjelaskan, peristiwa ini menyoroti kerentanan fasilitas-fasilitas vital yang dimiliki oleh Rusia jika ada serangan pesawat tak berawak. bahkan, tidak hanya di Rusia tetapi juga di tempat lain di dunia khususnya di Timur Tengah.
“Ini adalah terminal yang cukup signifikan yang mereka serang dan jika mereka terus mencoba menargetkan infrastruktur minyak Rusia, hal itu akan membawa perubahan besar dan itulah yang diperkirakan pasar di sini,” kata analis Again Capital, John Kilduff.
Situasi di Timur Tengah
Sementara itu di Timur Tengah, menurut Komando Pusat AS beberapa personel AS sedang dievaluasi karena “cedera otak traumatis” setelah militan yang bersekutu dengan Iran menyerang pangkalan udara di Irak pada hari Sabtu dengan rudal balistik dan roket.
Pasukan AS yang ditempatkan di Irak dan Suriah telah berulang kali diserang oleh militan sekutu Iran sejak operasi militer Israel di Gaza dimulai. Militan Houthi, yang juga bersekutu dengan Iran, terus melakukan serangan terhadap pelayaran melalui Laut Merah, jalur perdagangan penting, meskipun ada serangan udara AS.
Serangan tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa AS dan Iran akan terlibat dalam konflik regional yang dapat mengganggu pasokan minyak.
Sementara itu, Perusahaan Minyak Nasional Libya melanjutkan produksi penuh di ladang minyak Sharara pada hari Minggu setelah protes menutup produksi selama dua minggu. Sharara adalah salah satu ladang minyak terbesar di Libya dengan kapasitas produksi 300.000 barel per hari.
Para pedagang pada umumnya lebih fokus pada prospek penawaran dan permintaan dibandingkan risiko geopolitik.
Advertisement
Produksi OPEC
Badan Energi Internasional mempunyai perkiraan bearish harga minyak dunia pada 2024. Badan ini memproyeksikan bahwa produksi di luar OPEC, khususnya di AS, akan meningkat sekitar 1,5 juta barel per hari, lebih dari menutupi pertumbuhan permintaan global sebesar 1,2 juta barel per hari.
Di sisi lain, OPEC memberikan prospek yang lebih kuat dengan perkiraan permintaan minyak akan tumbuh sebesar 2,2 juta barel per hari, sementara produksi di luar OPEC akan tumbuh sebesar 1,3 juta barel per hari.
“Investor ingin menjadi bullish tetapi data yang lemah dan narasi yang hati-hati dari para pengambil kebijakan membuat mereka tetap berada dalam posisi yang tidak menguntungkan,” Tamas Varga, seorang analis di PVM Oil Associates, menulis dalam sebuah catatan.