Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, enggan menyebut langsung nama Thomas Trikasih Lembong atau lebih dikenal dengan nama Tom Lembong saat memaparkan capaian realisasi investasi pada periode Kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Diketahui Tom Lembong pernah menjabat sebagai Kepala BKPM periode 2016-2019 menggantikan Franky Sibarani. Dalam paparannya, terlihat Bahlil dengan semangat menyebutkan nama Franky, namun saat membahas Kepala BKPM selanjutnya, ia enggan menyebut nama Tom Lembong.
Baca Juga
Tom Lembong sendiri dalam Capres-Cawapres Pemilu 2024 mendukung pasangan Anies Baswedan-Cak Imin. Sementara Bahlil Lahadalia sendiri berada di kubu Prabowo Subanto-Gibran Rakabuming Raka.
Advertisement
Bahlil mengatakan, sejak era Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani periode 2014-2016 dalam Kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla, target investasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebesar Rp 519,50 triliun pada tahun 2015 tercapai Rp 545,40 triliun.
"Kalau kita lihat 2015, zamannya pak Franky RPJM itu Rp 519,50 triliun, Alhamdulillah tercapai sebesar Rp 545,40 triliun," kata Bahlil dalam konferensi pers kinerja investasi tahun 2023, di Kantor Kementerian Investasi, Rabu (24/1/2024).
Realisasu Investasi Era Tom Lembong Tercapai
Kemudian, pada zaman Kepala BKPM periode 2016-2019, Thomas Trikasih Lembong atau lebih dikenal dengan nama Tom Lembong, target investasi dalam RPJM sebesar Rp 594,80 triliun mampu terealisasi Rp 612,80 triliun.
"Saya tidak sebutkan namanya, nanti kepalanya besar (maksudnya Tom Lembong), itu 2016 target RPJM Rp 594,80 triliun realisasinya Rp 612,80 triliun," ujarnya.
Â
Bantah Tom Lembong soal LFP
Disisi lain, Bahlil juga menyoroti terkait pernyataan Tom Lembong yang menyebut Lithium Ferrophosphate (LFP) sebagai alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik ketimbang nikel.
Bahlil tidak terima dengan pernyataan Tom Lembong. Pasalnya nikel hingga kini masih digunakan untuk bahan baku baterai mobil listrik.
"Ini sumber polemik, saya ingin katakan tidaklah benar kalau ada seorang mantan pejabat atau pemikir atau siapapun yang katakan nikel ga lagi jadi bahan yang dikerja investor untuk buat baterai mobil," pungkas Bahlil.
Advertisement