Liputan6.com, Jakarta Pada 14 Januari lalu, terjadi insiden anjloknya KA Pandalungan relasi Gambir - Surabaya - Jember di Emplasemen Stasiun Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian (MASKA) Indonesia, Hermanto Dwiatmoko mengungkapkan, kereta anjlok merupakan salah satu kasus yang tak mudah untuk diketahui penyebabnya.
Hal itu lantaran ada berbagai faktor dan penyebab terjadinya kereta anjlok. “Kalau kita mencari penyebab kereta api tabrakan itu (lebih) mudah, salah satunya karena faktor kepatuhan SOP atau masinisnya melanggar,” ungkap Hermanto dalam webinar Tapak Tilas Tragedi Perkeretaapian di Indonesia, Kamis (25/1/2024).
“(Anjlokan kereta) agak sulit ditemukan penyebabnya karena bisa bermacam-macam,” sambungnya.
Advertisement
Hermanto menjelaskan, rel anjlok dapat didefinsikan sebagai keluarnya roda dari rel, proses terjadinya anjlokan dimulai dengan naiknya roda ke atas rel kemudian jatuh. Anjlokan dapat dilihat dari adanya goresan bekas flens roda pada rel atau bantalan.
“Penyebab anjlokan kadang-kadang cukup jelas dan sederhana seperti adanya penghalang di atas rel, jalan rel yang melebar, cacat pada rel, kerusakan pada pegas atau bagian suspensi sarana perkeretaapian,” papar Hermanto.
Penyebab anjlokan salah satunya juga ada catat pada rel, jalan rel meliuk (spaten) akibat tekanan suhu yang tinggi, melebarnya jalan rel, cacat pada as roda, bearing macet, pegas atau komponen suspensi ada yang patah.
Selanjutnya, Hermanto memaparkan, gaya longitudinal yang bekerja sepanjang rangkaian atau pengereman mendadak juga dapat menyebabkan naiknya roda dan kemudian anjlok. “Kereta api yang sedang berjalan dan mendapat kejutan maka kereta/gerbong belakangnya dapat terangkat,” jelasnya.
Faktor Lainnya
Adapun faktor boper dari kereta yang terangkai lepas dan saling menimpa karena kurangnya kelenturan, hal ini biasanya terjadi di lengkung atau ketika melewati wesel.
Kereta juga rentan anjlok jika langsiran panjang yang melewati lengkung tajam, tekanan sesama boper menjadi besar sekali dan dapat menyebabkan anjlok. Kemudian juga terjadinya kesalahan pada penempatan muatan dan bergesernya muatan ketika kereta api berjalan, atau kereta api melanggar kecepatan maksimum yang dizinkan.
“Anjlokan (juga dapat terjadi) akibat naiknya flens menyangkut masalah kondisi perawatan sarana perkeretaapian dan geometri jalan rel, atau lidah wesel bergeser,” tambah Hermanto
Advertisement