Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD menguat pada Jumat, 26 Januari 2024. Saat ini, pelaku pasar tengah menunggu sinyal penurunan suku bunga dari Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
"Pasar sekarang menunggu isyarat baru mengenai kebijakan moneter AS, dimulai dengan data indeks harga PCE, alat pengukur inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada hari Jumat, karena data produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat tumbuh lebih dari yang diharapkan. Pembacaan tersebut diperkirakan menegaskan kembali bahwa inflasi tetap keras pada bulan Desember," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam paparan tertulis dikutip Jumat (26/1/2024).
Baca Juga
The Fed masih memiliki ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, didukung oleh inflasi dan meningkatnya tanda-tanda ketahanan perekonomian AS.
Advertisement
Pekan depan, bank sentral AS itu akan mengadakan pertemuan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya.
Â
"Pasar juga memperkirakan bank sentral akan menahan diri pada pertemuan bulan Maret, membalikkan ekspektasi sebelumnya untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin," ungkap Ibrahim.
Kondisi Asia
Di Asia, Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank-bank lokal, yang diperkirakan akan mengeluarkan hamper USD 140 miliar liquiditas kedalam perekonomian.
Sementara itu, para analis masih mempertanyakan seberapa besar dukungan ekonomi yang akan diberikan melalui stimulus moneter, mengingat Tiongkok sedang menghadapo perlambatan dalam belanja konsumen dan bisnis.
Rupiah Menguat Tipis
Rupiah terpantau ditutup menguat 1 poin dalam perdagangan akhir pekan ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 11 poin di level 15.833 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.826 per dolar AS.
Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.820 per dolar AS hingga 15.890 per dolar AS.
Optimisme pada Ekonomi Indonesia di Tengah Momentum Pemilu
Seperti diketahui, perekonomian global terus bergolak akibat meningkatkan tensi politik baik di timur Tengah maupun Eropa.
Namun, Ibrahim yakin, Momen Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 bisa berdapak positif terhadap pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) di dalam negeri.
"Hal tersebut ditopang oleh stabilitas politik terjaga dengan baik," katanya.
Ibrahim menyoroti historis momen pemilu atau pemilihan presiden (Pilres) dan pemilihan legislatif (Pileg) di Indonesia, yang berkontribusi pada pertumbuhan PDB riil pada 1-3 kuartal sebelum dan sesudah pesta demokrasi rakyat biasanya terkonfirmasi beberapa komponen PDB akan naik.
"Adapun, pertumbuhan tersebut akan didorong oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) untuk persiapan pemilu. Artinya siklus pemilu, nantinya akan tinggi di LNPRT. Karena ini lembaga non profit melayani rumah tangga, kebanyakan organisasi masa dan parpol disana walaupun share-nya kecil," ungkapnya.
Advertisement
Uang Beredar akan Tumbuh di Momen Pemilu 2024
Selain itu, uang beredar dalam arti luas (M2) juga diprediksi akan tumbuh di momen pemilu.
Data dari Bank Indonesia (BI) per Desember 2023 meningkat menjad Rp8.824,7 triliun, tumbuh 3,5 persen yoy lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 3,3 persen yoy.
"Dari ukuran money supply, M2 berarti sudah memperhitungkan tabungan, deposito dan dana pasar uang di M2, itu juga confirm pada siklus 5 tahunan memasuki tahapan pemilu dan setelahnya justru sangat positif terhadap ekonomi Indonesia," kata Ibrahim.