Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah Selasa (30/1/2024). Fedwatch dari CME Group menunjukkan, para pelaku pasar telah mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada bulan Maret menjadi 48 persen, dari 89 persen pada bulan lalu.
Hal itu karena data tersebut memperkuat pandangan bahwa perekonomian AS tetap solid.
Baca Juga
“The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada hari Rabu dan investor akan fokus pada komentar Ketua Fed Jerome Powell, setelah ia mengindikasikan pada bulan Desember bahwa The Fed beralih ke siklus penurunan suku bunga,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam paparan tertulis dikutip Selasa (30/1/2024).
Advertisement
Departemen Keuangan AS juga mengatakan pihaknya memperkirakan akan meminjam USD 760 miliar pada kuartal I 2024, USD 55 miliar lebih rendah dari perkiraan bulan Oktober.
“Investor juga mewaspadai meningkatnya risiko geopolitik setelah tiga anggota militer AS tewas dalam serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan AS di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah,” ungkap Ibrahim.
Di Eropa, Bank Sentral Eropa pada hari Kamis mempertahankan suku bunga pada rekor tertinggi 4 persem dan menegaskan kembali komitmennya untuk memerangi inflasi bahkan ketika waktu untuk mulai mengurangi biaya pinjaman semakin dekat.
Di sisi lain, pengambil kebijakan ECB tidak setuju mengenai waktu pasti pemotongan suku bunga atau pemicu tindakan.
“Para pedagang sekarang sepenuhnya memperkirakan langkah yang akan diambil pada bulan April, dengan hampir 150 basis poin pelonggaran yang sudah diperkirakan untuk tahun ini,” beber Ibrahim.
Rupiah Menguat
Rupiah ditutup menguat 30 poin dalam perdagangan sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 35 poin di level 15.780 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.810 per dolar AS
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.750 per dolar AS hingga 15.830 per dolar AS,” Ibrahim memproyeksi.
Sri Mulyani Yakin Ekonomi Membaik
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaminin pemerintah dan para ekonom, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia oftimis akan mampu kembali menyentuh angka 5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada tahun 2023.
Seperti diketahui bahwa, meski dibayangi ketidakpastian global, ekonomi Indonesia tetap bertahan dengan baik alias resilien.
Utamanya, permintaan domestik menjadi penopang dan sebagai substitusi pelemahan eksternal.
Optimistisnya capaian ekonomi 2023 tersebut diproyeksi berlanjut dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,05 persen (year-to-date/ytd) pada kuartal III/2023, didukung oleh konsumsi dan investasi.
Selain itu, aktivitas konsumsi juga masih kuat, didukung tingkat inflasi yang relatif terkendali sekaligus penurunan Ngka pengangguran serta peran APBN.
Advertisement
Kinerja Investasi Mengalami Penguatan
“Kalau dilihat, mulai kuartal pertama 2023 pun kinerja investasi terus mengalami tren penguatan, sejalan dengan percepatan penyelesaian proyek strategis nasional (PSN). Bukti resilien lainnya adalah PMI manufaktur Indonesia yang terus konsisten pada zona ekspansif atau lebih dari 50 poin,” kata Ibrahim.
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi 2023 pada 5 Februari mendatang.
Dalam dokumen Bank Dunia Global Economic Prospect (GEP) yang terbit pada awal Januari 2024, estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan stabil di angka 5%, meskipun lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,3% (yoy).