Sukses

BRI Catat Nasabah Holding Ultra Mikro Sentuh 37,3 Juta

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyatakan 6 juta nasabah difasilitasi yang sebelumnya ada di jeratan rentenir dengan kehadiran holding ultra mikro.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat jumlah nasabah holding ultra mikro mencapai 37,3 juta nasabah peminjam hingga akhir 2023. Dengan integrasi segmen ultra mikro di grup BRI menurunkan masyarakat yang belum mendapatkan akses pembiayaan formal.

BRI mencatat pendapatan bunga Rp 188,1 triliun, atau tumbuh 16,9 persen pada 2023. Direktur Utama BRI, Sunarso menuturkan, pertumbuhan pendapatan itu tak lepas dari pertumbuhan akselerasi integrasi ultra mikro.

"Akhir Desember 2023, jumlah nasabah holding ultra mikro mencapai 37,3 juta nasabah peminjam. Keberhasilan integrasi segmen ultra mikro ini mendorong penurunan jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses pembiayaan formal," kata dia saat konferensi pers, Rabu (31/1/2024).

Sementara itu, melihat perjalanan kembali integrasi bisnis ultra mikro, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menuturkan, pendirian ultra mikro pada 13 September 2021, dan sudah memasuki tahun ketiga. Saat membangun holding ultra mikro itu terbagi menjadi tiga fase. Pada awal, pihaknya membangun fondasi dengan menyatukan budaya seluruh anggota sehingga bersinergi mencapai target kinerja tahun pertama.

"Memanfaatkan penggunaan outlet Senyumm dan kantor BRI sebanyak 1.013 unit untuk bersama-sama. Jadi unit layanan BRI, layanan Pegadaian, PNM berhasil mengintegrasikan tiga entitas data sebanyak 31 juta," tutur dia.

Selanjutnya, holding ultra mikro memperkat sinergi sehingga berhasil integrasikan platform digital tiga entitas. "Platform selena di Pegadaian, Mekar di PNM, Senyumm mobile digunakan 70 ribu pemasar. Hasilnya akhir 2023, selama dua tahun berikan akses kepada 31 juta nasabah menjadi 37 juta nasabah. Jadi 6 juta nasabah kita fasilitasi yang sebelumnya ada di jeratan rentenir," kata dia.

 

 

2 dari 4 halaman

Bawa 1,2 Juta Nasabah Naik Kelas

Kemudian Holding ultra mikro dinilai membawa 1,2 juta nasabah PNM dan Mekaar naik kelas dilayani secara komersial oleh BRI.

"Penguatan terhadap 37 juta data nasabah untuk berikan layanan presisi tiga entitas dengan lebih dari 70 ribu tenaga pemasar. Betapa holding ultra mikro create value luar biasa, keinginan kontribusi utama, inklusi keuangan 2024 akan berhasil dengan baik," tutur dia.

Adapun pembentukan holding ultra mikro melibatkan tiga entitas antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau disebut BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM pada 2021.

Selain itu, pemberdayaan pelaku usaha wanita di segmen ultra mikro oleh PNM yang mampu menyalurkan Rp 41,6 triliun kepada 15 juta pelaku usaha wanita melalui PNM Mekaar.

3 dari 4 halaman

Jaga Kualitas Kredit

Dikutip dari keterangan resmi Perseroan, tak hanya mengakselerasi penyaluran kredit hingga diatas pencapaian industri perbankan nasional, BRI juga mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Tercatat NPL BRI hingga akhir Desember 2023 terkendali di level 2,95% dengan NPL Coverage sebesar 229,09%.

Sementara itu Loan at Risk (LAR) BRI tercatat sebesar 13,8% pada akhir Desember 2023. Angka ini sudah menurun signifikan apabila dibandingkan dengan LAR BRI pada posisi tertinggi saat puncak COVID di September 2020 yakni sebesar 29,8%.

“Kemampuan BRI dalam mengelola NPL dibawah 3% tersebut membuktikan prinsip risk management telah dijalankan dengan baik oleh BRI mengingat mayoritas portofolio BRI ada di segmen UMKM”, tambah Sunarso.

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir Desember 2023 BRI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp1.358,3 triliun atau tumbuh 3,9% yoy. Pencapaian ini juga lebih baik dibandingkan dengan DPK industri perbankan nasional yang tumbuh 3,8% secara yoy pada akhir Desember 2023. Penghimpunan DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) dengan presentase mencapai 64,4% atau setara dengan Rp874,1 triliun.

Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional dampak dari era suku bunga yang tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai. Tercatat LDR BRI pada akhir Desember 2023 sebesar 84,2%. Selain itu, BRI juga mampu menjaga rasio kecukupan modal (CAR) di level memadai sebesar 27,3%. Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, perseroan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik pada 2024.

 

4 dari 4 halaman

Makin Efisien Berkat Digitalisasi

Dari sisi operasional, perseroan mampu untuk terus meningkatkan efisiensi operasionalnya. Hal tersebut tercermin dari rasio Cost to Income Ratio (CIR) yang terus membaik dibanding tahun lalu.

CIR BRI pada Desember 2023 tercatat 41,9% atau lebih baik dibandingkan CIR pada akhir Desember 2022 sebesar 47,4%. Meningkatnya efisiensi yang dilakukan oleh perseroan tersebut tak terlepas dari transformasi digital yang terus dijalankan.

"Keberhasilan transformasi digital BRI pun terbukti dari kinerja positif BRImo. Dimana BRImo saat ini telah menjelma sebagai super apps serba bisa yang telah digunakan oleh 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp4.158 triliun atau tumbuh 55,8% yoy per Desember 2023," tutur Sunarso.

Di samping itu, transformasi digital untuk memberikan dan menjangkau nasabah dengan lebih luas juga dilakukan dengan adanya AgenBRILink. Dimana hingga akhir Desember 2023, tercatat BRI telah memiliki lebih dari 740 ribu AgenBRILink dengan volume transaksi mencapai sebesar Rp1.427 triliun dan memberikan fee-based income kepada BRI senilai Rp1,5 triliun di sepanjang tahun 2023.

Selain memberikan layanan yang lebih efisien bagi BRI, AgenBRILink merupakan model bisnis economy sharing. Untuk para agen, nilai pendapatan yang mereka terima bisa mencapai 2-3 kali lipat yang diterima oleh BRI. Ini adalah bukti nyata bahwa keberadaan BRI mampu memberikan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat.

”BRI menatap tahun 2024 dengan penuh optimisme, dan perseroan pun terus berupaya untuk merespons berbagai tantangan guna mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Inovasi dan eksplorasi sumber pertumbuhan baru yang dilakukan BRI berimplikasi pada bisnis perseroan yang semakin kompleks, hal ini menuntut BRI agar dapat lebih dinamis dan cermat dalam mengoptimalkan peluang bisnis, baik dimasa sekarang maupun di masa-masa mendatang,” pungkas Sunarso.

 

Video Terkini