Sukses

Zoom Kembali Diterjang Badai PHK, 150 Karyawan Kena Pecat

Sebelumnya, pada Februari 2023 lalu, Zoom telah memangkas sekitar 1.300 pekerja, atau sekitar 15 persen dari tenaga kerjanya.

Liputan6.com, Jakarta - Platform Zoom mengungkapkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 150 pekerjanya. Zoom mengkonfirmasi jumlah pengurangan tersebut kurang dari 2 persen dari tenaga kerja perusahaan.

"Kami secara rutin mengevaluasi tim kami untuk memastikan keselarasan dengan strategi kami," kata juru bicara Zoom, dikutip dari CNBC International, Jumat (2/2/2024).

"Sebagai bagian dari upaya ini, kami mengambil kembali peran untuk menambah kemampuan dan terus merekrut karyawan di bidang-bidang penting di masa depan," ungkap perusahaan itu.

Zoom mengatakan PHK kali ini tidak terjadi di seluruh perusahaan, dan menambahkan bahwa pihaknya akan terus merekrut karyawan untuk posisi di bidang kecerdasan buatan, penjualan, produk, dan seluruh operasi pada tahun 2024.

Berita PHK di Zoom pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg.

Sebelumnya, pada Februari 2023 lalu, Zoom telah memangkas sekitar 1.300 pekerja, atau sekitar 15 persen dari tenaga kerjanya, ketika perusahaan bersiap menghadapi ketidakpastian ekonomi global, kata CEO Eric Yuan saat itu. PHK di tahun 2023 melanda setiap organisasi di Zoom.

Hingga hari Kamis (1/2), lebih dari 100 perusahaan teknologi di Amerika Serikat telah melakukan PHK terhadap sekitar 30.000 karyawan untuk memulai tahun ini, menurut layoffs.fyi.

Januari bahkan menjadi bulan tersibuk untuk PHK di industri teknologi AS sejak bulan Maret 2023.

Bulan lalu, Microsoft memangkas 1.900 karyawan di divisi gamenya; Google mengatakan pihaknya melakukan PHK ratusan peran di seluruh perusahaan; dan Amazon memberhentikan karyawan di divisi Prime Video, MGM Studios, Twitch, dan Audible.

 

2 dari 3 halaman

PHK Terjadi di Platform Serupa

Selain Zoom, vendor perangkat lunak cloud Okta juga mengumumkan PHK, memberi tahu karyawan bahwa mereka memberhentikan 400 staf, atau sekitar 7 persen dari tenaga kerjanya.

Popularitas Zoom meledak pada awal pandemi Covid-19 ketika para pekerja beralih ke platform konferensi video untuk tetap berhubungan dengan kolega, teman, dan keluarga.

Namun ketika pandemi mereda dan banyak pekerja kembali bekerja secara langsung, saham Zoom anjlok.

Saham Zoom turun sekitar 10 persen tahun ini dan hampir turun 90 persen dari rekor tertingginya pada Oktober 2020.

3 dari 3 halaman

E-commerce Ini PHK Massal 1.650 Karyawan

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kini melanda perusahaan e-commerce di Amerika Serikat, Wayfair.

Dikutip dari CNN Business, Senin (22/1/2024) Wayfair mengungkapkan akan melakukan PHK terhadap 1.650 karyawannya, atau memangkas 13 persen dari tenaga kerja globalnya, ketika ritel digital itu berjuang untuk pulih setelah keberhasilannya di tengah pandemi COVID-19.

CEO Wayfair Niraj Shah, yang baru -baru ini menjadi viral karena memberi tahu karyawannya untuk bekerja lebih keras, mengatakan dalam sebuah surat terbuka yang bahwa perusahaan telah "secara berlebihan dalam perekrutan selama periode ekonomi yang kuat.

Dia merujuk pada tahun 2020 ketika belanja online melonjak di AS, sehingga memicu "gelombang dramatis" dalam permintaan yang menggandakan penjualan Wayfair menjadi USD 18 miliar.

"Saya percaya kita harus tetap fokus sebagai perusahaan tentang apa yang dapat dicapai oleh tim kecil yang berkomitmen," tulis Shah.

"Dalam banyak hal, memiliki terlalu banyak orang hebat lebih baik daripada memiliki terlalu sedikit," ujarnya.

Hampir 20 persen dari karyawan yang terdampak PHK berada di tiap divisi perusahaan, dengan total pengurangan pekerja Wayfair sekitar USD 280 juta per tahun.

Semua pekerja akan menerima email pada hari Jumat tentang masa depan mereka dengan perusahaan dan pesangon akan ditawarkan kepada mereka yang terkena dampak, jelas Wayfair keterangannya.

Perusahaan yang berbasis di Boston itu memiliki sekitar 14.000 karyawan pada tahun 2023. Saham Wayfair (W) melonjak hampir 16 persen dalam perdagangan premarket.