Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) kuartal IV-2023.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 berkisar 5,02 persen yoy dari kuartal sebelumnya 4,94 persen yoy.
Baca Juga
"Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan investasi masih memiliki kontribusi terbesar dibandingkan komponen lainnya," kata Josua dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Senin (5/2/2024).
Adapun untuk Konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2023 diproyeksikan berkisar 5,12 persen yoy dari kuartal sebelumnya 5,06 persen yoy.
Advertisement
Josua menjelaskan, selain, karena faktor low base pada kuartal IV-2022, namun konsumsi masyarakat cenderung tetap solid. Peningkatan konsumsi rumah tangga terindikasi dari tren yang meningkat dari indeks penjualan ritel dan IKK pada akhir kuartal IV-2023.
"Solidnya konsumsi rumah tangga terutama masyarakat berpenghasilan rendah ditopang oleh penyaluran bansos terutama BLT dalam rangka pemerintah memitigasi dampak El Nino," ujarnya.
Lebih lanjut, indikator nilai tukar petani pada kuartal IV-2023 juga menunjukkan tren meningkat dibandingkan dengan akhir kuartal III-2023. Laju pertumbuhan penjualan mobil baik wholesale dan ritel juga tercatat meningkat pada kuartal IV-2023 jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Konsumsi Rumah Tangga
Sementara itu, konsumsi rumah tangga cenderung masih solid pertumbuhannya terindikasi dari indikator inflasi dimana per akhir kuartal IV-2023 inflasi tercatat tetap rendah di bawah 3 persen yoy.
Berdasarkan catatannya, PMTB pada kuartal IV-2023 diperkirakan tumbuh sekitar 7,07 persen yoy dari kuartal sebelumnya 5,77 persen yoy. Peningkatan laju investasi didorong oleh investasi bangunan yang terindikasi dari penjualan semen sepanjang kuartal IV-2023 tercatat tumbuh 15,3 persen yoy dari kuartal sebelumnya 6,8 persen yoy.
Disisi lain, investasi non-bangunan diperkirakan cenderung melambat, dengan terindikasi oleh penjualan alat berat pada kuartal IV-2023 tercatat tekontraksi -36,9 persen yoy dari kuartal sebelumnya -14,2 persen yoy.
Menurutnya, penurunan laju penjualan alat berat dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas terutama batubara di tengah perlambatan ekonomi global pada tahun ini.
Â
Investasi Nonbangunan
Kendati demikian, investasi non-bangunan masih solid terindikasi dari peningkatan laju impor barang modal pada kuartal IV-2023 yang tercatat 4,2 persen yoy dari kuartal sebelumnya 0,9 persen yoy.
Josua juga memperkirakan belanja pemerintah pada kuartal IV-2023 tumbuh 2,03 persen yoy dari kuartal sebelumnya -3,76 persen yoy. Peningkatan belanja pemerintah terindikasi dari peningkatan penyerapan belanja modal pada kuartal IV-2023 yang tumbuh 34,4 persen yoy dari kuartal sebelumnya 31 persen yoy.
"Belanja barang juga meningkat 11,1 persen yoy dari kuartal sebelumnya -17,3 persen yoy. Belanja bansos pada periode yang sama juga tercatat tumbuh 15,4 persen yoy dari kuartal sebelumnya -31,1 persen yoy," jelas Josua.
Untuk ekspor dan impor, ia meramal berpotensi akan kembali mengalami kontraksi pada kuartal IV-2023, yang mencerminkan meningkatnya kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Situasi ini telah menyebabkan penurunan volume perdagangan global dan penyempitan surplus perdagangan Indonesia.
"Laju ekspor dan impor pada kuartal IV-2023 diperkirakan berkisar masing-masing -1,25 persen yoy dan 0,65 persen yoy," pungkasnya.
Advertisement
Gubernur BI: Siapapun Pemerintah Barunya akan Memetik Ekonomi yang Naik
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini ekonomi Indonesia akan terus tumbuh. Bahkan berdasarkan riset menunjukkan puncak pertumbuhan ekonomi nasional akan terjadi di 2026, setelah berada di titik rendah pada saat terjadinya pandemi Covid-19.
Ini diungkapkan gubernur bank sentral kepada media di Padalarang, Sabtu (3/2/2024). "Indonesia siapapun pemerintah barunya itu akan memetik ekonomi yang sedang naik karena siklus ekonomi bottom-nya di covid sekarang sedang naik," jelas Perry Warjiyo.
Dia mengakui pertumbuhan ekonomi nasional dipengaruhi berbagai hal, salah satunya kondisi global secara ekonomi maupun sosial politik. Inilah yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan perlahan.
Di mana jika pada 2023, pertumbuhan ekonomi mencapai 5%, kemudian tahun ini diprediksi sebesar 5,1% dan tahun depan bisa naik hingga 5,2%. "Jadi akan naik. Kalau dulu bisa loncat tapi karena kondisi global naiknya agak pelan-pelan," tegas dia.Â
Setelah pertumbuhan ekonomi mencapai puncaknya, kata Perry akan diikuti dengan sektor keuangan yang diprediksi menggapai puncak pada 2027. "Keuangan juga sehingga kredit akan terus naik, syukur sampai 12 persen dan tahun depan 12 sampai 13 persen sehingga akan naik terus," tambah dia.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Firman Mochtar, mengungkapkan, pemulihan ekonomi Indonesia akan terus berlanjut terutama ditopang oleh permintaan domestik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diperkirakan berada pada kisaran 4,7%-5,5%. "Didukung permintaan domestik utamanya berlanjutnya pertumbuhan konsumsi, termasuk dampak positif penyelenggaraan pemilu, serta peningkatan investasi khususnya bangunan sejalan dengan berlanjutnya pembangunan PSN termasuk ibu kota nusantara (IKN)," jelas dia.
Â
Ramalan IMF
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi 5 negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN akan tumbuh 4,7 persen di 2024. Sedangkan untuk 2025, IMF memperkirakan kinerja ekonomi ASEAN akan menurun ke kisaran 4,4 persen.
Untuk tahun 2024-2025, IMF tidak merivisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia atau tetap di kisaran 5,0 persen. Sementara Malaysia diperkirakan akan melihat pertumbuhan ekonomi 4,3 persen di 2024 dan sedikit naik ke 4,4 persen di 2025 mendatang.
Kemudian ada Filipina yang diproyeksi melihat pertumbuhan terbesar di ASEAN, kisaran 6,0 persen di 2024 dan 6,1 persen untuk 2025 mendatang. Adapun ekonomi Thailand yang diperkirakan akan tumbuh 4,4 persen pada 2024 dan menurun cukup signifikan hingga 2,0 persen di 2025.
Di Asia secara keseluruhan, IMF memproyeksi ekonomi di negara-negara berkembang di Asia akan menurun menjadi 5,2 persen pada tahun 2024.
"Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di Asia diperkirakan akan menurun dari sekitar 5,4 persen pada tahun 2023 menjadi 5,2 persen pada tahun 2024 dan 4,8 persen pada tahun 2025, dengan peningkatan sebesar 0,4 poin persentase untuk tahun 2024 dibandingkan proyeksi bulan Oktober 2023, yang disebabkan oleh pelemahan di Tiongkok,"Â jelas IMF dalam laporan World Economic Outlook edisi Januari 2024, dikutip Rabu (31/1/2024).
Pertumbuhan di Tiongkok diproyeksikan mencapai 4,6 persen di tahun 2024 dan 4,1 persen di 2025 mendatang, dengan revisi naik sebesar 0,4 poin persentase sejak WEO sebelumnya pada bulan Oktober 2023.
"Peningkatan ini mencerminkan kelanjutan dari pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan pada tahun 2023 dan peningkatan belanja pemerintah untuk peningkatan kapasitas dalam menghadapi bencana alam," ungkap IMF.
Adapun pertumbuhan ekonomi India yang diproyeksikan akan tetap kuat sebesar 6,5 persen pada tahun 2024 dan 2025, dengan peningkatan sebesar 0,2 poin persentase dari bulan Oktober pada kedua tahun tersebut, yang mencerminkan ketahanan permintaan domestik.
Advertisement