Sukses

5 Lapangan Usaha Kontributor Terbesar ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan IV-2023. Lapangan usaha utama yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, kontruksi, dan pertambangan.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan IV-2023. Lapangan usaha utama yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB atai pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, kontruksi, dan pertambangan.

"Kelimanya melanjutkan tren pertumbuhan positif. Total kelima lapangan usaha tersebut memberikan kontribusi kepada PDB sebesar 63,54 persen," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal IV-223, Senin (5/2/2024).

Untuk rincian kontribusinya, yakni untuk industri pengolahan tumbuh sebesar 19,08 persen, perdagangan 12,96 persen, pertanian 11,39 persen, kontruksi 10,49 persen, dan pertambangan sebesar 9,62 persen.

Sementara itu, lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah transportasi dan pergudangan sebesar 10,33 persen, dan jasa lainnya sebesar 10,15 persen.

Hal itu didorong oleh kenaikan pengguna jasa angkutan penumpang, peningkatan volume pengiriman barang ekspor-impor, peningkatan kunjungan wisatawan dan rangkaian pesiapan pemilihan umum.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Lebih lanjut, Amalia menyampaikan, jika dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV-2023, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,85 persen.

"Walaupun angka ini kalau dibandingkan triwulan IV-2022 dan triwulan III-2023 relatif lebih kecil," ujarnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2023 juga ditopang oleh lapangan usaha kontruksi dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,75 persen, pertambangan 0,56 persen, serta perdagangan 0,53 persen.

Sebagai informasi, di tengah perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas ekpsor unggulan, ekonomi Indonesia tetap tumbuh solid sebesar 5,04 persen (yoy) dan 5,05 persen (c to c) pada triwulan IV-2023.

2 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Sentuh 5,05%

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2023 tembus 5,04 persen secara tahunan (year on year/YoY). Secara kumulatif, ekonomi Indonesia di sepanjang 2023 tumbuh sebesar 5,05 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2023 bila dibandingkan dengan triwulan IV 2023 tumbuhan 0,45%, bila dibandingkan triwulan IV 2022 atau secara year on years ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,04%," ujar Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (5/2/2024).

"Dengan demikian, di tengah melambatnya perekonomian global dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, ekonomi Indonesia tahun 2023 tetap tumbuh solid sebesar 5,05%," lanjut dia.

Amalia menyatakan, dari sisi domestik kinerja perekonomian pada triwulan IV 2023 ditopang oleh aktivitas produksi yang tetap kuat hal tersebut diindikasikan oleh beberapa indikator antara lain PMI dari laporan Bank Indonesia pada triwulan IV 2023 masih berada di zona ekspansi mencapai 51,20% lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2022 yang sebesar 50,06%

Kemudian, peningkatan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka persiapan Pemilu, baik yang dilakukan oleh penyelenggara maupun peserta juga turut mewarnai kinerja perekonomian kuartal IV 2023.

"Respons kebijakan ekonomi yang tepat, juga turut menopang kinerja perekonomian tahun 2023 antara lain kebijakan fiskal dan moneter yang kondusif serta koordinasi pusat dan daerah yang Solid untuk pengendalian harga barang dan jasa sehingga inflasi dalam negeri dapat terjaga sepanjang tahun 2023," tutup dia.

 

3 dari 4 halaman

Ramalan 

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede meramalkan ekonomi Indonesia tumbuh (Produk Domestik Bruto) sebesar 5,04 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada 2023. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 yang mencapai 5,31 persen yoy.

"Pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan 5,04 persen yoy dari tahun 2022 yang tercatat 5,31 persen," kata Josua dalam keterangannya di Jakarta, Senin (5/2/2024).Josua menilai proyeksi tersebut berkaca pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 yang tetap solid berkisar 5,02 persen yoy. Angka ini lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,94 persen yoy. 

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan investasi masih menjadi kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 dibandingkan komponen lainnya. Josua memprediksikan, sektor konsumsi rumah tangga pada kuartal IV 2023 tumbuh berkisar 5,12 persen yoy dari kuartal sebelumnya 5,06 persen yoy.

Menurut Josua, solidnya kinerja sektor konsumsi ditopang oleh kebijakan bantuan sosial yang rajin diberikan Presiden Jokowi pada kuartal IV-2023. Antara lain berupa BLT El-Nino.

"Solidnya konsumsi rumah tangga terutama masyarakat berpenghasilan rendah ditopang oleh penyaluran bansos terutama BLT dalam rangka pemerintah memitigasi dampak El Nino," ungkapnya.

 

4 dari 4 halaman

Laju Investasi

Kemudian, peningkatan laju investasi didorong oleh investasi bangunan yang terindikasi dari penjualan semen sepanjang kuartal IV-2023 tercatat tumbuh 15,3 persen yoy dari kuartal sebelumnya 6,8 persen yoy.

Sementara itu, investasi non-bangunan diperkirakan cenderung melambat, dengan terindikasi oleh penjualan alat berat pada kuartal IV-2023 tercatat terkontraksi -36,9 persen yoy dari kuartal sebelumnya -14,2 persen yoy.

Untuk kinerja  belanja pemerintah pada kuartal IV-2023 diperkirakan tumbuh 2,03 persen yoy dari kuartal sebelumnya -3,76 persen yoy. Peningkatan belanja pemerintah terindikasi dari peningkatan penyerapan belanja modal pada kuartal IV 2023 yang tumbuh 34,4 persen yoy dari kuartal sebelumnya 31 persen yoy. 

"Belanja barang juga meningkat 11,1%yoy dari kuartal sebelumnya -17,3 persen yoy. Belanja bansos pada periode yang sama juga tercatat tumbuh 15,4 persen yoy dari kuartal sebelumnya -31,1 persen yoy," imbuh Josua.