Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan kosmetik Estée Lauder mengumumkan rencana untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap hingga 3.100 karyawannya, atau sekitar 3 hingga 5 persen dari tenaga kerja global.
Dikutip dari The Guardian, Selasa (6/2/2024) PHK di Estée Lauder terjadi di tengah upaya perusahaan meningkatkan margin keuntungan karena pemulihan bisnisnya di China, yang membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Saham raksasa kosmetik itu melonjak 13,8 persen menjadi USD 152,52. Namun, saham tersebut masih jauh di bawah rekor tertinggi Januari 2022 di USD 374,20.
Advertisement
Dilaporkan, Estée Lauder telah memulai rencana pemotongan biaya karena belanja di China, yang merupakan fokus utama produsen barang-barang mewah global, berada di bawah tekanan dari tingginya angka pengangguran kaum muda dan krisis properti yang berkepanjangan.
Penjualan bersih Estee Lauder di kawasan Asia-Pasifik turun 7 persen pada kuartal yang dilaporkan, sementara margin turun 60 basis poin.
Hasil kuartalan Estée adalah laporan terbaru yang menyoroti beragamnya permintaan di China.
Sementara perusahaan seperti LVMH dan pemilik Cartier Richemont mengisyaratkan pertumbuhan penjualan yang kuat, perusahaan lain seperti Burberry mengalami pertumbuhan yang lebih lambat.
Estée memperkirakan akan mencatat tambahan laba operasional antara USD 1,1 miliar dan USD 1,4 miliar dari upaya ini, naik dari USD 800 juta menjadi USD 1 miliar yang diperkirakan sebelumnya.
Perusahaan juga diperkirakan akan mencatat biaya sebelum pajak antara USD 500 juta dan USD 700 juta.
Diketahui, Estée Lauder emiliki sekitar 62.000 karyawan di seluruh dunia, menurut catatan pada Juni 2023.
Analis Bernstein Callum Elliott mengatakan restrukturisasi “tampaknya mengakui perlunya perubahan”.
Penjualan Melemah, Levi’s PHK 15% Karyawan
Sebelumnya, merek jeans asal Amerika Serikat, Levi’s Strauss melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 15 persen dari tenaga kerja globalnya. PHK pada karyawan di Levis merupakan bagian dari restrukturisasi, karena memperkirakan penjualan yang lebih lemah tahun ini.
Melansir CNBC International, Jumat (26/1/2024) PHK di Levi’s akan terjadi pada paruh pertama tahun ini, dan dapat berdampak pada 15 cersen karyawannya, menurut keterangan perusahaan.
Perusahaan ini memiliki lebih dari 19.000 karyawan pada bulan November, namun tidak diketahui jelas berapa banyak dari tenaga kerja tersebut yang berada di kantor perusahaan.
Levi’s mengeluarkan pengumuman PHK ketika melaporkan pendapatan kuartal keempat dan memperkirakan tahun fiskal mendatang lebih lemah dari perkiraan.
Pembuat jeans tersebut mencatat pendapatan senilai USD 1,64 miliar atau Rp 25,9 triliun, memperkirakan pendapatan akan meningkat hanya di kisaran 1 hingga 3 persen selama 2024, lebih rendah dari perkiraan Wall Street sebesar 4,7 persen.
Adapun perkirakan laba sebesar USD 1,15 hingga USD 1,25 per saham untuk tahun ini, lebih rendah dari ekspektasi analis sebesar USD 1,33 per saham.
PHK di Levi’s terjadi di tengah gelombang PHK pada awal tahun di industri ritel dan sejumlah perusahaan publik di AS.
Raksasa ritel AS yakni Macy's dan Wayfair sama-sama mengumumkan PHK di bulan ini, karena pengecer lama dan baru mencoba untuk memulai penjualan dan meningkatkan keuntungan.
Advertisement