Kejadian tak biasa tengah berlangsung di sebuah kawasan elit Belgravia di London, Inggris. Kawasan yang seharusnya dipenuhi deretan mobil mewah kini justru sepi melompong layaknya Kota Mati.
Hampir tak ada satupun orang yang pulang ke kawasan Elit tersebut. Tampaknya kalangan miliardet yang mampu membeli rumah di kawasan ini, benar-benar tak menginginkan tinggal di kawasan ini.
Perusahaan real estate, Savills, seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (4/4/2013), menemukan setidaknya 37% pembeli apartemen mewah di lingkungan mewah di pusat kota London ini tak berniat untuk menjadikannya tempat tinggal utama.
"Belgravia menjadi kawasan dengan jumlah penduduk yang semakin lama makin sedikit," ujar Agen Real Estate, Alistair Boscawen.
Biscawen mengaku seolah bekerja di areal yang gila dimana harga rumah dijual di kisaran US$ 7,5 juta hingga US$ 75 juta.
Para pembelinya tentu saja, masyarakat kelas menengah dari berbagai negara di dunia seperti Rusia, Kazhastna, Asia Tenggara, dan India. Bagi mereka, London tampaknya hanya menjadi tempat persinggahan dari kepemilikan properti di kota lain seperti New York, Moscow, dan Monaco.
London bukanlah satu-satunya kota di dunia dimana kalangan miliarder sering kali meninggalkan properti mewah ketika tengah menetap di tempat tinggal mewah lain. Hal ini setidaknya terjadi juga di beberapa bagian kota Manhattan, AS.
Bedanya, Belgravian lebih banyak dihuni oleh para miliarder yang berasal dari berbagai negara di dunia.
"Makin banyak areal di pusat kota London yang menjadi kawasan mahal bagi warga lokal," ungkap laporan Smith Institute, kelompok peneliti di London.
Pimpinan partai oposisi di Parlemen Inggris, Paul Dimoldenberg mulai menganggap situasi ini telah mencapai titik kesabahan dan mulai menjadi perhatian serius para pembuat kebijakan.
"Beberapa orang kaya di dunia membeli properti di negara ini hanya untuk tujuan investasi," keluhnya. "Banyak diantaranya hanya tinggal di saat musim panas dan tak banyak berkontribusi bagi masyarakat lokal."
Dalam laporannya pada 2011-2012, Savills menemukan 34% pembeli properti di kawasan elit London seperti Kensington, Chelsea, dan Mayfair seperti halnya Belgravia, berasal dari warga asing. Jumlah ini naik 24% dibandingkan sebelum krisis pada 2007.
Di sejumlah lokasi eksklusif, 59% warga asing tercatat banyak melakukan penjualan properti.
Kondisi ini menyebabkan, beberapa bagian dari kota London menjadi lebih mendunia sekaligus lebih mahal dan kosong. (Shd)
Hampir tak ada satupun orang yang pulang ke kawasan Elit tersebut. Tampaknya kalangan miliardet yang mampu membeli rumah di kawasan ini, benar-benar tak menginginkan tinggal di kawasan ini.
Perusahaan real estate, Savills, seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (4/4/2013), menemukan setidaknya 37% pembeli apartemen mewah di lingkungan mewah di pusat kota London ini tak berniat untuk menjadikannya tempat tinggal utama.
"Belgravia menjadi kawasan dengan jumlah penduduk yang semakin lama makin sedikit," ujar Agen Real Estate, Alistair Boscawen.
Biscawen mengaku seolah bekerja di areal yang gila dimana harga rumah dijual di kisaran US$ 7,5 juta hingga US$ 75 juta.
Para pembelinya tentu saja, masyarakat kelas menengah dari berbagai negara di dunia seperti Rusia, Kazhastna, Asia Tenggara, dan India. Bagi mereka, London tampaknya hanya menjadi tempat persinggahan dari kepemilikan properti di kota lain seperti New York, Moscow, dan Monaco.
London bukanlah satu-satunya kota di dunia dimana kalangan miliarder sering kali meninggalkan properti mewah ketika tengah menetap di tempat tinggal mewah lain. Hal ini setidaknya terjadi juga di beberapa bagian kota Manhattan, AS.
Bedanya, Belgravian lebih banyak dihuni oleh para miliarder yang berasal dari berbagai negara di dunia.
"Makin banyak areal di pusat kota London yang menjadi kawasan mahal bagi warga lokal," ungkap laporan Smith Institute, kelompok peneliti di London.
Pimpinan partai oposisi di Parlemen Inggris, Paul Dimoldenberg mulai menganggap situasi ini telah mencapai titik kesabahan dan mulai menjadi perhatian serius para pembuat kebijakan.
"Beberapa orang kaya di dunia membeli properti di negara ini hanya untuk tujuan investasi," keluhnya. "Banyak diantaranya hanya tinggal di saat musim panas dan tak banyak berkontribusi bagi masyarakat lokal."
Dalam laporannya pada 2011-2012, Savills menemukan 34% pembeli properti di kawasan elit London seperti Kensington, Chelsea, dan Mayfair seperti halnya Belgravia, berasal dari warga asing. Jumlah ini naik 24% dibandingkan sebelum krisis pada 2007.
Di sejumlah lokasi eksklusif, 59% warga asing tercatat banyak melakukan penjualan properti.
Kondisi ini menyebabkan, beberapa bagian dari kota London menjadi lebih mendunia sekaligus lebih mahal dan kosong. (Shd)