Sukses

Tom Lembong Kritik Program Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo-Gibran

Co-Captain Timnas AMIN Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong kembali menyindir program susu gratis yang diusung pasangan Prabowo-Gibran

Liputan6.com, Jakarta Co-Captain Timnas AMIN Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong kembali menyindir program susu gratis yang diusung pasangan Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka. Menurut Tom Lembong, ada yang lebih efektif pada konteks upaya untuk menurunkak angka stunting.

Diketahui, Prabowo-Gibran menjagokan program makan siang gratis dan susu gratis untuk konsumsi anak di Indonesia. Salah satunya guna menurunkan angka stunting. Namun, Tom Lembong kurang sepakat dengan ide tersebut.

Dia melihat peluang dari adanya 70 persen ikan laut hasil tangkapam malah harus dibuang kembali dalam tidak baik. Mengantisipasi itu, Tom mengaku telah menemukam teknologi untuk mengubah ikan 'sampah' tadi menjadi bubuk protein.

"Nah sebetulnya, beberapa teman-teman dari Melek APBN dan juga mas Mikail Baswedan dan tim saya pernah me-review teknologi untuk mengolah ikan-ikan yang diluar spek (spesifikasi) menjadi bubuk protein," ujar Tom dalam sesi diskusi di kawasan Senayan, Jakarta, dikutip Sabtu (10/2/2024).

Lebih Efektif Cegah Stunting

Dia mengatakan, langkah ini bisa jadi upaya untuk memerangi stunting. Poin utamanya adalah meningkatkan konsumsi protein di anak-anak dan masyarakat.

"Dan pak Anies sudah bicara, saya sudah re-tweet kalau kita mau mengatasi stunting, kalau kira mau meningkatkan konsumsi protein di keluarga kita, kita lebih percaya kepada perikanan, bukan kepada susu," tegasnya.

Dia menilai, ide untuk mengumpor 1,5 juta sapi untuk memproduksi susu tidak akan lebih optimal ketimbang mengonversi ikan jadi bubuk protein tadi. Dia memandang, sebaiknya anggaran tersebut bisa dialihkan untuk memperkuat sisi pengolahan ikan.

"Ngapain kita impor 1,5 juta sapi untuk naikin produksi susu? Sementara 70 persen dsri ikan yang kita tangkap dibuang lagi ke laut. Ya mendingan uang itu kita pakai untuk membangun industri pengolahan yang bisa mengolah ikan-ikan," kata dia.

"Kalau di Pantura Jawa, teman-teman, itu istilahnya adalah ikan rucah atau saya dikasih tau itu sebenarnya namanya ikan sampah. Jadi ikan yang memang tidak sesuai spek. Kami percaya bahwa ikan-ikan itu bisa diolah menjadi saus ikan, menjadi bubuk protein," imbuh Tom.

 

2 dari 3 halaman

Banyak Ikan Dibuang

Pada kesempatan ini, Tom Lembong menaksir ada 70-80 persen ikan hasil tangkapan nelayan itu dibuang. Pasalnya, spesifikasi ikan tangkapan tidak sesuai, baik secara ukuran maupun bentuk.

Alhasil, ikan-ikan ini terpaksa dibuang. Namun, bukan dirilis kembali dalam keadaan hidup, tapi dibuang dalam keadaan sudah mati.

"Di bidang perikanan, kira-kira 70-80 persen dari ikan yanh ditangkap itu ujungnya dibuang. Bahkan oleh nelayan itu sendiri," ungkapnya.

"Kenapa? Karena kita itu terbiasa pada suatu spek (spesifikasi) tertentu, kita terbiasa kalau ke super market atau ke pasar, di reatoran, kita hanya makan beberapa spesies saja, ya kita biasanya dengan bentuk ikan tertentu, ya kita terbiasa dengan ukuran ikan tertentu, mana pernah kita makan ikan kecil? Mana ada restoran yang menyuguhkan ikan kecil Jadi kebanyakan ikan yang ditangkap itu tidak sesuai spek. Akhirnya dibuang lagi ke laut dalam kondisi udah mati," paparnya.

 

3 dari 3 halaman

Program Prabowo Dikritik

Sebelumnya, Calon Presiden Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo menegaskan ketidaksetujuannya terhadap usul Capres Nomor Urut 2, Prabowo Subianto yang janji memberikan makanan bergizi untuk seluruh anak Indonesia.

Penolakan Ganjar itu diberikan dalam debat capres terakhir, Minggu (4/2/2024). Dalam kesempatan itu, Prabowo bertanya dan meminta persetujuan Ganjar, terkait gagasannya untuk memberikan makanan bergizi kepada seluruh anak-anak Indonesia guna mengatasi masalah stunting dan menghilangkan kemiskinan ekstrem.

"Kalau ngasih makannya kepada anak-anak untuk mencegah stunting, saya sama sekali tidak setuju, bapak, karena bapak terlambat. Stunting itu ditangani sejak bayi dalam kandungan. Ibunya yang dikasih gizi," ujar Ganjar Pranowo.

"Kalau kemudian gizinya baik, mereka melakukan cek rutin, maka akan ketahuan bahwa ibunya sehat, anaknya pertumbuhannya dilihat," imbuh dia.