Sukses

Literasi Keuangan Minim, Pengantin Baru Sebaiknya Atur Uang Pelan-pelan

pengantin baru tak perlu memikirkan hal yang terlalu kompleks. Cukup berpikir rencana jangka pendek untuk sepekan, dan itu bisa dicatat lewat media sederhana semisal pakai kertas dan pena.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih dihadapkan dengan angka literasi keuangan yang masih minim, berbanding terbalik dengan tingkat inklusi keuangan. Angka inklusi keuangan mampu mencapai 85 persen, berbanding dengan literasi keuangan yang hanya mencapai 49 persen.

Kondisi ini patut diwaspadai di tengah gencarnya perluasan akses kredit digital, khususnya bagi para pengantin baru agar lebih bijak secara finansial guna membina keluarga barunya.

Menyikapi situasi tersebut, Senior Digital Marketing Manager PT JULO Teknologi Finansial Darwin Nursamsur coba membagikan tips mengelola keuangan efektif pasca pernikahan secara praktis.

 

"Mungkin sulit rasanya bagi banyak orang untuk memulai kebiasaan perencanaan keuangan karena terdengar ribet, padahal bisa banget dimulai pelan-pelan," ujar Darwin, Minggu (11/2/2024).

 

Menurut dia, pengantin baru tak perlu memikirkan hal yang terlalu kompleks. Cukup berpikir rencana jangka pendek untuk sepekan, dan itu bisa dicatat lewat media sederhana semisal pakai kertas dan pena.

"Nanti begitu sudah terbiasa, baru mulai alokasi persentase tiap bulannya. Apalagi setelah menikah, perencanaan keuangan sangat penting untuk memfasilitasi pernikahan yang kuat dan stabil," imbuhnya.

Harus Punya Pemahaman yang Memadai

CEO & Cofounder JULO, Adrianus Hitijahubessy pun terus mengajak masyarakat untuk semakin berdaya dengan peningkatan literasi dan inklusi finansial melalui perluasan akses kredit digital.

Sejalan dengan Roadmap OJK terbaru mengenai Pengembangan dan Penguatan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) 2023-2028 terkait peningkatan literasi keuangan masyarakat.

Adrianus lantas berkaca pada 7 tahun pengalamannya bersama JULO, yang mampu menyalurkan total kredit melebihi Rp 15 triliun kepada lebih dari 2 juta pengguna di seluruh Indonesia sejak 2016.

Meski begitu, ia tetap mengambil perhatian pada masyarakat yang semakin terpapar dengan jasa keuangan tanpa dibarengi dengan pemahaman yang memadai.

*Oleh sebab itu, peningkatan inklusi serta literasi keuangan secara bersamaan menjadi bagian untuk membuat masyarakat Indonesia semakin berdaya secara finansial," tegas dia.

2 dari 3 halaman

OJK Sebut Literasi Keuangan Orang Indonesia Makin Baik, Ini Buktinya

Sebelumnya, Katadata Insight Center (KIC) melalui platform tSurvey merilis indeks literasi keuangan bertajuk Literasi dan Inklusi Keuangan (LINK). Indeks ini bertujuan mengukur tingkat pemahaman masyarakat terhadap berbagai produk dan layanan jasa keuangan di Tanah Air.

Berdasarkan indeks Link 2023, terkini Indonesia mendapat skor indeks literasi keuangan sebesar 69,7. Selain itu, hasil riset juga menunjukkan inklusi keuangan nasional memperoleh skor awareness sebesar 64,3 persen.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan, skor indeks literasi keuangan ini cukup tinggi. Hal ini terbilang positif karena menandakan masyarakat mulai teredukasi literasi keuangan dengan baik.

“Kalau masyarakat teredukasi dengan baik, ini bisa menghindarkan masyarakat dari skema penipuan, namun di sisi lain juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Friderica dalam acara peluncuran indeks literasi dan inklusi keuangan (LINK) dikutip Selasa (12/12/2023).

Pada indeks ini, terdapat tiga parameter pengukuran, yakni perilaku keuangan, sikap terkait keuangan, dan pengetahuan keuangan.

Indeks Link dibuat menggunakan metode kuantitatif survei terhadap 5.000 responden berusia 18-55 tahun. Riset dilakukan dengan platform data collection tSurvey yang mampu menjangkau responden secara akurat dengan memanfaatkan kapabilitas telco data insight. Sedangkan penyelenggaraannya digelar pada 12-16 Juni 2023.

Sebelumnya, dalam indeks literasi keuangan yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic CO-Operation Development (OECD) 2020, Indonesia memperoleh skor 66,5. Skor ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-6 di lingkup global.

3 dari 3 halaman

Indeks Literasi Keuangan

Chief Executive Officer Katadata Metta Dharmasaputra mengatakan, hasil indeks literasi keuangan mencerminkan perkembangan sektor keuangan yang kian dinamis. Hasil dari indeks ini diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat.

“Semoga ini hasil survei ini nanti bisa berguna bagi masyarakat Indonesia,” kata Metta.

Dalam acara yang sama, Direktur Eksekutif KIC, Adek Media Roza mengungkapkan skor indeks literasi nasional menunjukkan sejauh mana masyarakat memahami produk keuangan. “Indeks ini bisa dimanfaatkan untuk membantu memperluas penetrasi layanan keuangan di masyarakat” ujar Adek.

Adek juga mengatakan, metodologi survei yang dilakukan Katadata mengadopsi metodologi yang dilakukan oleh OECD. Hasil indeks Link juga tidak jauh dari skor yang didapat dari indeks OECD. “Sehingga kami cukup optimistis survei ini mengonfirmasi survei OECD,” kata Adek.

Di sisi lain, Direktur Human Capital and Compliance BNI Mucharom, mengatakan hasil indeks ini menunjukkan kemajuan pada literasi keuangan di Indonesia. Perbandingan itu dapat dilihat lewat indeks literasi keuangan OJK pada 2019 yang hanya memperoleh skor 38,03%.

“Ini menjadi modal penting dan fondasi kuat untuk kesejahteraan finansial masyarakat di Indonesia,” kata Mucharom.