Sukses

Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Jatim di Atas Rata-Rata Nasional

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan yang tinggi. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, tingkat inklusi keuangan di Jawa Timur pada tahun 2022 mencapai 92,99 persen, melebihi rata-rata nasional sebesar 85,10 persen.

Begitu juga dengan tingkat literasi keuangan di tahun 2022, di mana Jawa Timur mencatatkan angka 55,33 persen dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 49,68 persen. Fakta tersebut sekaligus menegaskan tingginya kebutuhan akan produk keuangan dan solusi perlindungan yang komprehensif bagi masyarakat di provinsi tersebut.

Berkaca dari hal tersebut, Sun Life Indonesia kembali meningkatkan penetrasi pasar asuransi di wilayah Jawa Timur, dengan menambah Kantor Pemasaran Mandiri (KPM) di kota Surabaya.

Berlokasi di Jalan Sumatra No. 108 - Gubeng, kehadiran KPM ini menjadi langkah strategis bagi Sun Life Indonesia untuk mempertegas komitmennya dalam menghadirkan kemudahan akses dan layanan asuransi yang lebih luas lagi bagi para tenaga pemasar serta nasabah di kota tersebut.

“Surabaya menjadi salah satu pasar yang sangat penting bagi Sun Life, dan pembukaan KPM baru ini menjadi langkah strategis bagi kami dalam menjangkau kebutuhan masyarakat lebih luas. Tingginya tingkat literasi dan inklusi keuangan di Surabaya menandakan bahwa masyarakat di Jawa Timur memiliki kebutuhan dan kesiapan yang tinggi akan solusi keuangan yang dapat memberikan perlindungan dan stabilitas masa depan," kata Chief Agency Officer Sun Life Indonesia Shierly Ge dikutip Senin (12/2/2024)

"Sebagai respons terhadap permintaan yang meningkat, kami terus menambah jumlah tenaga pemasar di Surabaya dan mengembangkan inovasi produk yang komprehensif untuk memastikan bahwa setiap individu bisa mendapatkan akses mudah, pelayanan, serta solusi perlindungan yang berkualitas dari Sun Life Indonesia," lanjut dia.

Penambahan KPM di Surabaya ini, menurut Shierly, bisa lebih memperkuat pemahaman dan pemanfaatan jasa keuangan di tengah masyarakat Jawa Timur yang sedang berkembang, terutama kota Surabaya.

 

2 dari 4 halaman

Perluas Jangkauan Asuransi

Shierly juga menegaskan bahwa Sun Life Indonesia masih terus berkomitmen dan konsisten dalam memperluas jangkauan layanan asuransi ke seluruh lapisan masyarakat, dengan menawarkan solusi keuangan dan proteksi yang holistik.

“KPM Surabaya Gubeng ini telah kami rancang semakin sempurna dengan adanya ruang training, pantry, area meeting, serta diskusi. Kehadiran fasilitas ini diharapkan dapat menjadi tempat yang ideal bagi tenaga pemasar dan nasabah untuk mendiskusikan rencana keuangan mereka dengan lebih nyaman. Sejalan dengan visi Sun Life di Indonesia, kami ingin terus membantu masyarakat mencapai kemapanan finansial yang berkelanjutan, sambil turut mendorong pemerataan inklusi dan literasi keuangan di Jawa Timur,” ujar Agency Director sekaligus pemilik KPM Surabaya Gubeng  Wirasto Koesdiantoro.

“Para tenaga pemasar Sun Life Indonesia memegang peranan penting dalam mewujudkan strategi bisnis kami untuk memperkuat kehadiran kami di seluruh jalur distribusi, termasuk distribusi keagenan. Kami percaya bahwa melalui inovasi produk, program, dan layanan, Sun Life Indonesia dapat menjadi mitra yang tepercaya bagi jutaan keluarga Indonesia dalam merencanakan dan mencapai masa depan yang lebih cerah,” tutup Shierly.

3 dari 4 halaman

OJK Kantongi 39.000 Aduan dari 2022-2024, Paling Banyak Perbankan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengantongi sebanyak 39.866 aduan yang masuk dalam kurun waktu 1 Januari 2022 hingga 23 Januari 2024. Paling banyak aduan terkait dengan masalah di perbankan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, angka aduan ini bukan menjadi satu hal yang dipandang negatif. Secara agregat, angka aduan ini cukup kecil dilihat dari pelayanan secara keseluruhan.

"Tingkat pengaduan yang terus meningkat ya, ini jangan dipandang selalu negatif yang pertama tentu transaksi juga semakin meningkat ya tentu kalau dilihat agregat secara proporsional juga enggak signifikan," ungkap Friderica dalam Media Briefing, di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Mengutip bahan paparannya, dalam kurun waktu yang sama, OJK menangani 665.809 layanan. Dengan jenis layanan pertanyaan sebanyak 580.919 atau 87,3 persen, layanan informasi sebanyak 45.024 atau sebesar 6,8 persen, serta pengaduan sebanyak 39.866 atau sebesar 6 persen.

"Layanan yang 319.000 tadi, 39.000-nya merupakan pengaduan, jadi kadang-kadang enggak semua 300.000 tuh merupakan aduan ya, yang aduan nih kita lihat nih sekitar hampir 40.000 pengaduan," tegasnya.

Jika dirinci pada kategori aduan yang masuk, sektor perbankan menjadi yang paling banyak dengan 19.064 aduan. Ini berkaitan dengan masalah restrukturisasi kredit, perilaku petugas penagihan, hingga masalah agunan.

"Produk yang sering diadukan ke OJK itu kredit multiguna ya kredit tanpa agunan, kemudian model kerja kartu kredit ya, tabungan, terus KPR ini juga banyak disampaikan," ungkapnya.

Kemudian, diikuti oleh financial technology atau fintech peer-to-peer lending dengan 9.226 aduan. Lingkupnya perilaku petugas penagihan atau debt collector, penipuan, hingga kegagalan transaksi.

 

4 dari 4 halaman

Sektor Pembiayaan-Asuransi

Selanjutnya, ada di sektor Pembiayaan dengan 7.816 aduan. Ribuan aduan itu melingkupi perilaku debt collector, restrukturisasi, hingga penipuan.

"Nah ini ada beberapa yang kita highlight ya modusnya misalnya tindakan penagihan disertai dengan kekerasan fisik, baik itu kekerasan fisik maupun verbal, tindakan penagihan disertai dengan ancaman penyebaran data pribadi, penagihan dan menghubungi nomor telepon di luar kontak darurat dan sebagainya itu banyak sekali," paparnya.

Lalu, sektor Asuransi dengan 3.007 aduan. Melingkupi klaim produk, premi asuransi, dan pembatalan polis. Terakhir, sektor Pasar Modal dengan 185 aduan. Melingkupi pencairan dana, kegagalan transaksi, sampai penipuan.

"Kalau di sektor asuransi bisa kita tebak permasalahan yang sering muncul apa, pasti kesulitan klaim ya ini persoalan klasik yang setiap hari kita terima aduan persoalan klaim ya," kata dia.

"Misalnya ketika dia mengajukan polis dia tidak jujur, ternyata punya riwayat sakit dan lain-lain ada juga yang memang dipersulit. Jadi kita harus melihat bagaimana sih duduk permasalahannya," imbuh Friderica.