Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ke Istana Negara, Jakarta. Salah satu perintahnya adalah menggenjot produksi beras Tanah Air.
Mentan Amran mengungkapkan salah satu cara yang akan diambil untuk menggenjot produksi beras adalah meningkatkan distribusi air ke sawah-sawah. Caranya, dengan memompa air dari sungai yang pembangunannya akan dilakukan oleh PUPR.
Baca Juga
"Itu lah yang kita lakukan (untuk) meningkatkan produksi, yang pertama adalah pompanisasi yang ada sungai besar seperti Bengawan Solo, Cimane dan lain-lain. Kita memasang pompa untuk menaikkan airnya ke sawah," kata Mentan Amran di Istana Negara, Jakarta, Selasa (13/2/2024).
Dia membidik sejumlah sentra pertanian baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Harapannya, aliran air bisa meningkatkan produksi lahan-lahan tadi. Program ini sudah dilaporkan Mentan Amran ke Jokowi.
Advertisement
"Kami laporkan ke bapak Presiden adalah kita bagaimana mengairi sawah-sawah di Pulau Jawa dan Luar Jawa yang wilayah itu ada sungai, ada seperti Sungai Bengawan Solo, kita bisa pompa airnya naik ke petani, naik ke sawah digunakan oleh petani," bebernya.
Titik Lokasi Pertanian
Sementara itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya masih menunggu titik-titik lokasi pertanian untuk dialiri air. Setelah itu, pihak PUPR akan mencari titik air terdekat.
Utamanya, akan menyasar daerah persawahan yang lebih tinggi dari jalur irigasi. Melalui pompa tadi, air akan bisa menjangkau sawah, alhasil, produktivitas akan meningkat.
"Di daerah Jawa ini 500 ribu hektare, (sawah untuk diairi), menanam lebih efisien lebih efektif lebih luas, daerah-daerah yang irigasi di bawah, sawah di atas kita pompa. Kita pompa 500 ribu di Jawa dan luar Jawa 500 ribu," jelasnya.
Â
Kapan Mulai?
Lebih lanjut, Basuki masih belum bisa memastikan kapan program ini dimulai. Namun, ada 2 target musim tanam, yakni, musim tanam April-September dan Oktober-Maret.
"Nah ini saya tunggu, kan musim tanam ada Asep (April-September) dan Okmar (Oktober-Maret)," kata dia.
Kendati masih perencanaan, Basuki belum bisa menaksir berapa biaya yang dibutuhkan. Sehingga penentuan anggaran untuk pompanisasi sawah ini belum ditentuka.
"Pompa dari PUPR. Belum tahu (besaran anggaran), tergantung lokasinya kita pas-kan pompanya, kapasitasnya. Saya lihat lokasinaya dulu," pungkas dia.
Advertisement
Beras Langka hingga Harga Meroket, Ternyata Begini Kondisi di Petani
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi buka-bukaan penyebab beras langka dan harga beras di pasaran yang terus meroket. Ia lantas mengambil harga beras premium, yang kini sudah banyak di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 13.900 per kg.
Sebagai perbandingan, Bayu memaparkan data harga gabah petani di hampir semua sentra produksi yang sudah melampaui Rp 7.500 per kg. Sementara harga beras melonjak dua kali lipat setelah dihitung presentase dari berat beras yang dihasilkan dari penggilingan gabah (rendemen).
"Cara menghitung dari gabah ke beras gampangnya kali dua. Karena rendeman sekitar 50-55 persen. Memang ada yang 60 persen. Saya ambil gampangnya saja untuk menghitung, sekitar 50 persen," jelas Bayu di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Selasa (13/2/2024).Bayu lantas memaparkan perbandingan harga beras dan gabah di beberapa kota. Semisal Karawang, dimana harga gabah di tingkat petani Rp 7.150 per kg dan beras premium Rp 14.333 per kg.
Lalu di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, dengan harga gabah Rp 7.900 per kg dan beras premium Rp 14.050 per kg. Kemudian di Ngawi, dimana harga gabah Rp 8.200 per kg dan harga beras premium Rp 15.700 per kg.
"Data tadi konfirmasi hal tersebut, bahwa di tingkat produsen gabah sudah Rp 8.000, di daerah produksi harga beras sudah R 15.000. Ini terjadi praktis di seluruh Indonesia," imbuh Bayu.
Â
Stok Beras
Kondisi tersebut membuat stok beras di pasar ritel modern langka. Pasalnya, ritel modern semisal Alfamart, Indomaret dan lain-lain tak bisa menjual beras premium di atas harga eceran tertinggi.
"HET untuk beras premium adalah Rp 13.900 (per kg). Anda bisa bayangkan, ritel modern kira-kira berani enggak melanggar HET? Enggak berani. Reputational problem," ungkap Bayu.
"Kalau sampai ketahuan, maka itu akan timbulkan masalah bagi si ritel modern. Dan orang tidak peduli, misal Alfamart yang ada di daerah mana, yang kena seluruh Alfamart, karena tanggung jawab manajemen," tegasnya.
Alhasil, pengusaha produsen beras tak ingin menjual rugi ke ritel modern. Sehingga mulai mengurangi pasokan beras ke sana.
"Mereka mulai kurangi pasokan ke ritel modern. Kalau kita masuk ke pasar tradisional, itu tersedia berasnya, ada. Cuman mahal di atas HET (beras). Ini lah situasi gambaran perberasan sekarang," pungkas Bayu.
Advertisement