Sukses

Jepang Masuk Jurang Resesi, Jerman Melompat Jadi Negara Ekonomi Terbesar Ketiga di Dunia

Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang merosot pada laju tahunan sebesar 0,4 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Jepang alami kontraksi yang tidak terduga seiring lemahnya konsumsi domestik. Hal itu membuat ekonomi Jepang masuk jurang resesi dan kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah Jerman.

Dikutip dari CNN, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang merosot pada laju tahunan sebesar 0,4 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2023. Demikian disampaikan Kantor Kabinet pada Kamis, (15/2/2024).  

Pada kuartal ketiga, ekonomi Jepang alami kontraksi 3,3 persen. PDB kuartal keempat jauh meleset dari perkiraan pertumbuhan 1,4 persen, dalam jajak pendapat ekonom Reuters.

Adapun negara disebut masuk resesi jika ekonominya alami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Data itu menegaskan ekonomi Jepang kini menjadi negara keempat terbesar di dunia setelah Jerman dalam dolar Amerika Serikat pada tahun lalu.

Dikutip dari CNBC, sepanjang 2024, PDB Jepang secara nominal tumbuh 5,7 persen dibandingkan 2023 menjadi 591,48 triliun yen atau USD 4,2 triliun berdasarkan nilai tukar rata-rata pada 2023. Jerman alami pertumbuhan nominal PDB  6,3 persen hingga mencapai 4,12 triliun euro atau USD 4,46 triliun.

Konsumsi pribadi yang menyumbang separuh perekonomian turun 0,2 persen karena konsumen Jepang berjuang melawan kenaikan harga makanan, bahan bakar, dan barang-barang lainnya.

Analis Japanmacro, Neil Newman kepada CNN menuturkan, Jepang impor 94 persen kebutuhan energi dasar dan 63 persen makanan, sehingga melemahnya yen secara signifikan berkontribusi terhadap biaya hidup lebih tinggi.

"Konsumsi pribadi sangat lemah dan ekspektasi pasar akan tetap datar,” ujar dia.

Ia menuturkan, sayangnya hal ini akan menjadi lebih buruk pada Januari setelah gempa di Jepang. "Orang-orang berhenti berbelanja pada saat terjadi bencana alam,” tutur dia.

2 dari 4 halaman

Jepang Masuk Jurang Resesi

Sebelumnya diberitakan, perekonomian Jepang mengalami resesi teknis, setelah secara tak terduga kontraksi pada kuartal terakhir 2023, data sementara pemerintah menunjukkan.

Melansir CNBC International, Kamis (15/2/2024) resesi terjadi setelah lonjakan inflasi menghambat permintaan domestik dan konsumsi swasta di negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia itu.

Laporan produk domestik bruto terbaru memperumit kasus normalisasi suku bunga bagi Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda dan dukungan kebijakan fiskal untuk Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Hal ini juga berarti Jerman mengambil alih posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun lalu dalam hal dolar.

Data sementara menunjukkan produk domestik bruto Jepang mengalami kontraksi 0,4 persen pada kuartal keempat 2023 dibandingkan dengan tahun lalu, menurun ke 3,3 persen pada periode Juli-September 2023.

Angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen dalam jajak pendapat para ekonom.

 

3 dari 4 halaman

Inflasi Jepang

Namun ekonom menilai, angka PDB Jepang masih mungkin diperdebatkan."Apakah Jepang kini telah memasuki resesi masih bisa diperdebatkan," kata Marcel Thieliant, kepala Capital Economics untuk Asia-Pasifik, dalam catatan kliennya.

"Sementara lowongan pekerjaan melemah, tingkat pengangguran turun ke level terendah dalam sebelas bulan sebesar 2,4 persen pada bulan Desember. Terlebih lagi, survei yang dilakukan oleh Bank of Japan menunjukkan bahwa kondisi bisnis di semua industri dan ukuran perusahaan berada dalam kondisi terkuat sejak tahun 2018 pada kuartal keempat,” tambahnya.

"Bagaimanapun, pertumbuhan Jepang diperkirakan akan tetap lamban tahun ini karena tingkat tabungan rumah tangga telah berubah menjadi negatif," jelas Thieliant.

Konsumsi swasta Jepang turun 0,2 persen pada kuartal keempat dibandingkan kuartal sebelumnya, berbeda dengan perkiraan median yang memperkirakan ekspansi sebesar 0,1 persen.

Sementara itu, inflasi inti Jepang telah melampaui target BOJ sebesar 2 persen selama 15 bulan berturut-turut. Namun, BOJ masih melanjutkan rezim suku bunga negatif terakhir di dunia.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Langkah BOJ Selanjutnya?

Namun, angka PDB yang lebih lemah dari perkiraan pada hari Kamis akan mempertanyakan preferensi BOJ terhadap inflasi di Jepang yang didorong oleh permintaan domestik, yang lebih berkelanjutan dan stabil.

Bank sentral Jepang itu meyakini kenaikan upah akan menghasilkan spiral yang lebih bermakna dan mendorong konsumen untuk berbelanja.

Banyak pelaku pasar yang mengharapkan BOJ untuk menjauh dari rezim suku bunga negatif pada pertemuan kebijakan bulan April, setelah negosiasi upah musim semi tahunan mengkonfirmasi tren kenaikan upah yang berarti.

Namun, angka pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan menunjukkan tingginya inflasi merugikan konsumsi domestik, meskipun ada prospek upah yang lebih tinggi, dan mungkin memperkuat alasan untuk kebijakan moneter yang lebih longgar dalam jangka waktu yang lebih lama.