Liputan6.com, Jakarta Rupiah ditutup stagnan dalam perdagangan akhir pekan, walaupun sebelumnya sempat melemah 50 point dilevel 15.623 per USD dari penutupan sebelumnya di level 15.622 per USD.
Baca Juga
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.590-15.650,” ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Jumat (16/2/2024).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 mengalami surplus sebesar USD 2,02 miliar selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Advertisement
Surplus neraca perdagangan kali ini ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar USD 3,32 miliar.
BPS mencatat, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia adalah India dengan surplus sebesar USD 1,38 miliar. Di susul oleh Amerika Serikat denhan surplus sebesar USD 1,21 miliar dan Filipina mengalami surplus USD0,63 miliar.
Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Tiongkok defisit sebesar USD 1,38 miliar dengan komoditas utamanya bahan bakar mineral, bijih logam, terak, dan abu, kemudian logam mulia dan perhiasan atau permata.
USD Menguat
Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat atau USD menguat pada Jumat, 16 Februari 2024.
USD menguat ketika data menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran AS turun 8.000 menjadi 212.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 10 Februari.
“Hal ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat. Data lain menunjukkan produksi industri AS bulan lalu turun lebih lemah dari perkiraan -0,1 persen, terendah sejak Oktober,” papar Ibrahim.
Namun, indeks manufaktur Empire State membaik menjadi -2,4 pada bulan Februari, setelah turun ke -43,7 pada bulan Januari, angka terendah sejak Mei 2020.
Demikian pula, indeks manufaktur Fed Philadelphia naik menjadi 5,2 di bulan Februari, jauh di atas ekspektasi, setelah naik ke -10,6 di bulan Januari.
The Fed: Belum Saatnya Penurunan Suku Bunga Lebih Awal
Pejabat The Fed saat ini masih memperingatkan agar tidak bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal.
Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa meskipun bank sentral telah membuat kemajuan dalam menurunkan inflasi, dia masih belum siap untuk menyerukan penurunan suku bunga. Bostic juga mengatakan inflasi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menurun ke target bank sentral sebesar 2 persen. Adapun Presiden Fed San Francisco Mary Daly yang juga akan menyampaikan pidato hari ini.
Seperti diketahui, Pejabat The Fed telah berulang kali memperingatkan bahwa bank sentral tidak terburu-buru menaikkan suku bunga, mengingat perekonomian AS, inflasi dan pasar tenaga kerja masih kuat.
Advertisement
Suplus Negara Perdagangan Turun, Kurs Rupiah Dibuka Loyo Hari Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjelang akhir pekan ini dibuka melemah. Pelemahan rupiah seiring surplus neraca perdagangan RI yang turun pada Januari 2024.
Pada awal perdagangan Jumat pagi, kurs rupiah dibuka turun 37 poin atau 0,24 persen menjadi 15.660 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.623 per dolar AS.
"Dari dalam negeri, data trade balance yang menunjukkan penurunan ekspor dan surplus yang terus turun juga bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Jumat (16/2/2024).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut pada Januari 2024 sebesar USD 2,02 miliar, namun lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Desember 2023 sebesar USD 3,29 miliar.
Nilai ekspor Indonesia Januari 2024 mencapai USD 20,52 miliar atau turun 8,34 persen dibanding Desember 2023 yang sebesar USD 22,41 miliar.
Sentimen Positif untuk Rupiah
Sementara itu, sentimen positif untuk rupiah datang dari hasil pemilihan umum (pemilu) RI yang berlangsung damai pada 14 Februari 2024 dan pemilihan Presiden (pilpres) dan Wakil Presiden RI yang berpeluang satu putaran sehingga bisa membantu penguatan rupiah.
Dari sisi global, Ariston menuturkan rupiah masih bisa melemah terhadap dolar AS hari ini karena laporan-laporan penurunan pertumbuhan di beberapa negara besar seperti Jepang, Inggris dan perlambatan ekonomi di China, yang bisa menjadi kekhawatiran pasar.
Kondisi itu dapat mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS. Tapi di sisi lain, data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) pada Januari semalam yang menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya bisa menjaga dolar AS tidak terlalu kuat. Penurunan ritel tersebut bila berlanjut bisa menurunkan inflasi AS ke depan.
Ariston memperkirakan potensi pelemahan rupiah hari ini ke area 15.650 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke arah 15.580 per dolar AS.
Advertisement