Sukses

Yuan China Merajalela, USD Masih Jadi Mata Uang Terkuat Dunia?

Peningkatan penggunaan aset digital seperti stablecoin, yang sangat terikat dengan dolar, cenderung meningkatkan profil internasional USD.

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengungkapkan alasan dunia terus bergantung pada dolar Amerika Serikat atau USD, dan dominasi mata uang tersebut dalam perdagangan internasional, yang merupakan keuntungan utama bagi perekonomian AS di panggung global.

"Komentar baru-baru ini yang memperingatkan kemungkinan penurunan status dolar AS menimbulkan kekhawatiran tentang dampak sanksi terhadap Rusia, disfungsi politik AS, peningkatan aset digital, dan upaya Tiongkok untuk meningkatkan penggunaan renminbi," ujar Waller dalam sebuah konferensi yang disponsori oleh Global Interdependence Center, dikutip dari US News, Senin (19/2/2024).

Namun, dia melanjutkan, tidak satu pun dari kekhawatiran tersebut yang menyebabkan penurunan signifikan dalam peran USD dalam perekonomian dunia.

Waller juga mengakui, peningkatan penggunaan aset digital seperti stablecoin, yang sangat terikat dengan dolar, cenderung meningkatkan profil internasional mata uang AS tersebut.

Juga pada saat terjadi tekanan internasional, investor berbondong-bondong beralih ke Departemen Keuangan AS sebagai cara untuk menstabilkan nilai aset mereka.

"Saya tidak memperkirakan dolar AS akan kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan dunia dalam waktu dekat, atau bahkan melihat penurunan signifikan dalam keunggulannya dalam perdagangan dan keuangan," ucap Waller.

"Perkembangan terkini yang diperingatkan oleh beberapa pihak dapat mengancam status tersebut, justru memperkuatnya, setidaknya sejauh ini," imbuhnya.

Diwartakan sebelumnya, indeks dolar Amerika Serikat atau USD menguat pada Jumat, 16 Februari 2024.

USD menguat ketika data menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran AS turun 8.000 menjadi 212.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 10 Februari.

2 dari 3 halaman

Rupiah Stagnan Hari Ini 16 Februari 2024, Diramal Menguat Lagi ke 15.600 Senin Pekan Depan

Rupiah ditutup stagnan dalam perdagangan akhir pekan, walaupun sebelumnya sempat melemah 50 point dilevel 15.623 per USD dari penutupan sebelumnya di level 15.622 per USD.

"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.590-15.650,” ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Jumat (16/2/2024).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 mengalami surplus sebesar USD 2,02 miliar selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus neraca perdagangan kali ini ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar USD 3,32 miliar.

BPS mencatat, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia adalah India dengan surplus sebesar USD 1,38 miliar. Di susul oleh Amerika Serikat denhan surplus sebesar USD 1,21 miliar dan Filipina mengalami surplus USD0,63 miliar.

Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Tiongkok defisit sebesar USD 1,38 miliar dengan komoditas utamanya bahan bakar mineral, bijih logam, terak, dan abu, kemudian logam mulia dan perhiasan atau permata.

3 dari 3 halaman

USD Menguat

Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat atau USD menguat pada Jumat, 16 Februari 2024.

USD menguat ketika data menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran AS turun 8.000 menjadi 212.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 10 Februari.

"Hal ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat. Data lain menunjukkan produksi industri AS bulan lalu turun lebih lemah dari perkiraan -0,1 persen, terendah sejak Oktober," papar Ibrahim.

Namun, indeks manufaktur Empire State membaik menjadi -2,4 pada bulan Februari, setelah turun ke -43,7 pada bulan Januari, angka terendah sejak Mei 2020.

Demikian pula, indeks manufaktur Fed Philadelphia naik menjadi 5,2 di bulan Februari, jauh di atas ekspektasi, setelah naik ke -10,6 di bulan Januari.