Sukses

UMKM Asal Bogor Ini Berhasil Ekspor hingga Australia Berkat Pendampingan LPEI

Yulianah mengikuti program Khusus Rintisan Eksportir Baru (Coaching Program for New Exporters/CPNE) dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

Liputan6.com, Jakarta - Pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) asal Bogor, Jakarta Candle, Yulianah mengakui sangat terbantu dengan program yang diberikan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) alias Indonesia Eximbank. 

Yulianah mengikuti program Khusus Rintisan Eksportir Baru (Coaching Program for New Exporters/CPNE) dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Dia menuturkan, program dari LPEI sangat membantu produknya hingga bisa ekspor ke Singapura dan Australia

"Sangat terbantu dan berhasil untuk pemasaran ke luar negeri. Kita mendapat ilmu tentang bagaimana bisa menarik klien, cara menangani klien baru, dan peraturan perdagangan keluar negeri karena setiap negara beda-beda aturannya,” kata Yulianah dalam FGD LPEI, Senin (19/2/2024). 

Yulianah menambahkan bantuan LPEI sangat terasa dari sisi promosi. Ini karena UMKM nya mendapat fasilitas untuk hadir di beberapa acara besar untuk mengenalkan produk lilin hiasnya. 

"Produk kita banyak dipromosikan, setelah itu langsung banyak yang menghubungi kita. Kita juga difasilitasi untuk mengikuti Trade Expo Indonesia pada 2018, dari sana kita banyak dapa klien,” ujar Yulianah. 

Yulianah memulai bisnis sejak 2011 hanya dengan modal Rp 5 juta, kini produk lilin miliknya berhasil terjual sampai Singapura dan Australia. Tak main-main, omZetnya sampai menyentuh Rp 700 juta per tahun. 

2 dari 4 halaman

Kejar Potensi Ekspor Rp 314 Triliun, LPEI Buka 3 Klaster Desa Devisa di Jawa Timur

Sebelumnya diberitakan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur membuat tiga cluster baru Desa Devisa di Bojonegoro dan Gresik, Jawa Timur. Fokusnya, untuk produk kerajinan home decor, produk rotan, dan kerupuk.

LPEI akan melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada 640 perajin dari 22 desa di Bojonegoro dan Gresik, yang tercakup dalam tiga cluster Desa Devisa. Pendampingan program Desa Devisa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperluas akses pasar tujuan ekspor hingga akhirnya dapat mendorong peningkatan pendapatan masyarakat desa tersebut.

Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa mengatakan, potensi ekspor Jawa Timur sangat besar mencapai USD 20 miliar per tahun atau setara Rp 314 triliun (kurs Rp 15.700 per dolar AS). Menjadikannya provinsi ketiga terbesar dengan nilai ekspor tertinggi di Indonesia.

"Untuk itu, pada akhir tahun lalu LPEI juga memperkuat kemitraan dalam membangun ekosistem ekspor dengan menjalin kerja sama dengan Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) tentang pengembangan ekspor nasional," kata Ilham, Kamis (8/2/2024).

Dengan mengidentifikasi potensi ekspor pada tiga produk tersebut, LPEI melalui program Desa Devisa memberikan serangkaian pelatihan dan pendampingan terhadap UKM Ekspor, perajin, dan mitra binaan agar bisa menembus pasar ekspor.

"Kolaborasi antara LPEI dan Pemprov Jawa Timur ini menciptakan peluang besar bagi para perajin dan mitra binaan di Bojonegoro dan Gresik untuk meningkatkan daya saing produk lokal untuk berani mendunia menuju pasar ekspor dan memiliki dampak sosial, lingkungan, dan berkelanjutan," ujar Ilham.

 

3 dari 4 halaman

Kerajinan Home Decor

Ilham melanjutkan, LPEI akan terus memberikan dukungan teknis kepada para perajin. Termasuk penerapan standar produksi ekspor, benchmarking ke pabrik-pabrik yang telah sukses menembus pasar internasional, dan mengajak mitra binaan untuk berpartisipasi dalam pameran internasional, seperti Ambiente di Jerman.

Menurut informasi LPEI, Klaster Desa Devisa Bojonegoro terletak di Kecamatan Kasiman, menghasilkan kerajinan home decor unik dari limbah kulit jagung yang diolah oleh 65 perajin. Para perajin yang sebagian besar ibu-ibu mendapatkan pelatihan untuk mengolah limbah kulit jagung menjadi berbagai produk kerajinan seperti lamp sheet, wall decor, dan cermin dinding hias.

Dalam satu bulan, para perajin menghasilkan berbagai produk home decor hingga 5.000 barang per bulan dengan harga jual antara Rp 40.000-200.000 per produk. CV Grandis Home sebagai mitra binaan LPEI akan menyerap hasil kerajinan untuk dijual ke pasar ekspor di Belanda dan Korea Selatan.

 

 

4 dari 4 halaman

Tembus Pasar Ekspor

Sementara Desa Devisa Rotan di Gresik berpusat di Desa Domas yang telah terkenal memproduksi kerajinan rotan seperti kursi, meja, dan produk anyaman lainnya sejak 1994. Sekitar 350 perajin, dimana 70 persen diantaranya perempuan, memproduksi berbagai kerajinan rotan sesuai keinginan pembeli, baik itu dari segi desain modern maupun klasik.

Produk ini dipasarkan oleh Koperasi Produsen Kriya Giri Sejahtera yang menjadi mitra binaan LPEI untuk memasarkan produk hingga ekspor ke Jepang.

Program ketiga yakni Desa Devisa Kerupuk Ikan yang dikelola oleh BUMDes Pahala di Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Sekitar 225 perajin kerupuk di BUMDes Pahala mengolah ikan segar menjadi kerupuk. Untuk menjaga kualitas dan rasa kerupuk, perajin menggunakan komposisi ikan lebih banyak, untuk 1 kg kerupuk dibutuhkan dua kilogram ikan segar.

Pendampingan LPEI kepada Desa Devisa Kerupuk Ikan menargetkan untuk menembus pasar ekspor ke Thailand, Malaysia, dan Belanda dalam waktu dekat. Capaian ini tidak lepas dari kolaborasi yang erat antara LPEI dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Hingga tahun 2023, LPEI bersama Pemprov Jawa Timur memberikan pelatihan dan pendampingan kepada 149 Desa Devisa yang menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi dengan Desa Devisa terbanyak di Indonesia.