Liputan6.com, Jakarta Pinjaman senilai hampir Rp 7 triliun dari China Development Bank (CDB) untuk menambal pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah cair. Lantas, berapa besaran bunga utang tersebut?
Diketahui, utang senilai Rp 6,89 atau hampir Rp 7 triliun itu sudah dicairkan ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Kemudian, itu diteruskan ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Baca Juga
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan besaran bunga utang pinjaman China tersebut. Ditetapkan ada dua besaran bunga, tergantung pada fasilitas pinjaman yang diberikan. Yakni, pinjaman dengan mata uang dolar Amerika Serikat (USD), dan pinjaman dengan mata uang renminbi atau Yuan China (CNY).
Advertisement
"Bunganya untuk dolar itu 3,2 persen. Kalau untuk yang renminbi-nya itu range-nya 3,1 persen," ungkap Arya di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Dia menjelaskan, besaran bunga utang itu bisa dipenuhi dan dibayar oleh KAI melalui konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pemegang saham dari KCIC.
Mengingat lagi, penumpang yang saat ini menggunakan Kereta Cepat Whoosh dinilai sudah cukup banyak. Bahkan, disebut sudah sesuai dengan proyeksi penumpang untuk memenuhi target pendapatan tadi.
Bisa Dibayar
Melihat tren ini, Arya optimistis utang tersebut bisa dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan. Sebelumnya, disebut tenor pinjaman utang dari CDB itu mencapai 35 tahun.
"Tapi yang pasti sekarang tercapai lah, penumpangnya sesuai," tegasnya.
Â
Struktur Utang CDB ke KAI
Sebelumnya, China Development Bank (CDB) diketahui telah mengucurkan pinjaman sekitar Rp 7 triliun untuk menambal pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh. Dana tersebut diketahui sudah cair sejak 7 Februari 2024.
Mengutip Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pencairan pinjaman CDB ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI itu dibagi dalam 2 fasilitas. KAI sendiri merupakan pemimpin konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pemilik mayoritas PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
"PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah menandatangani Perjanjian Fasilitas dengan China Development Bank untuk pembiayaan cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung," sebagaimana dikutip Liputan6.com, dari dokumen tersebut, Selasa (13/2/2024).
Â
Advertisement
Dua Fasilitas
Pencairan utang itu dibagi dalam dua fasilitas. Fasilitas A senilai USD 230.995.000 atau USD 230,9 juta. Angka ini setara dengan Rp 3,6 triliun (kurs: Rp 15.635).
Kemudian, Fasilitas B dengan mata uang Yuan China (CNY) 1.542.787.560 atau setara USD 217.080.000 dengan kurs berlaku CNY 7,107 per dolar AS. Angka ini setara dengan Rp 3,39 triliun (kurs: Rp 15.635).
"Pencairan pinjaman telah diterima PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada tanggal 7 Februari 2024 sebagai berikut: a. Fasilitas A: USD 230.995.000,00 (dan) b. Fasilitas B: RMB Ekuivalen USD 217.080.000,00 (CNY 1.542.787.560,00 rate 1/7,107 tanggal 5 Februari 2024)," seperti dikutip.
Pencairan tersebut langsung diteruskan ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) per 7 Februari 2024. PT PSBI sendiri terdiri dari PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII.