Sukses

Sempat Bernilai USD 5,7 Miliar, Kini Vice Media Terpaksa PHK Ratusan Karyawan

Sebelumnya, Vice telah melakukan PHK seiring penutupan program TV andalannya.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan media Amerika-Kanada, Vice Media berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ratusan pekerjanya.

Melansir BBC, Minggu (25/2/2024) PHK di Vice Media terkait dengan pemberhentian penerbitan konten di Vice.com, menurut memo dari kepala eksekutif perusahaan itu, Bruce Dixon.

Dixon mengatakan Vice berencana untuk "bermitra dengan perusahaan media mapan untuk mendistribusikan konten digital kami".

Perusahaan media termasuk Channel 4, Los Angeles Times, dan Business Insider juga memangkas pekerjaan tahun ini.

 

Dixon mengatakan "tidak lagi hemat biaya bagi kami untuk mendistribusikan konten digital seperti yang kami lakukan sebelumnya," kata Dixon dalam memo tersebut.

 

"Sayangnya, ini berarti kami akan mengurangi tenaga kerja kami, menghilangkan beberapa ratus posisi," ungkapnya.

Dikatakan juga, pengumuman PHK akan dilakukan dalam beberapa pekan mendatang.

Pada Mei 2023, Vice Media mengajukan kebangkrutan di AS dan dibeli oleh Fortress Investment Group.

Sebelum mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11, sebuah prosedur untuk menunda kewajiban perusahaan AS kepada kreditornya, Vice telah melakukan PHK seiring penutupan program TV andalannya.

Diluncurkan pada tahun 1994 sebagai majalah pinggiran bernama Voice of Montreal oleh Shane Smith, Gavin McInnes dan Suroosh Alvi, Vice Media beroperasi di lebih dari 30 negara.

Perusahaan ini bernilai USD 5,7 miliar pada tahun 2017 dan pernah digembar-gemborkan sebagai bagian dari perusahaan garda depan yang akan mendisrupsi lanskap media tradisional dengan konten yang modern, dan berfokus pada kaum muda yang mencakup media cetak, acara, musik, online, TV, dan fitur film.

2 dari 3 halaman

Produsen Truk Listrik California PHK 10% Karyawan

Pembuat truk dan SUV listrik yang berbasis di California, Amerika Serikat, Rivian mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 10 persen karyawannya.

PHK di Rivian terjadi di tengah kerugian triwulanan dan pasar kendaraan listrik di AS yang semakin kompetitif.

"Bisnis kami menghadapi lingkungan makroekonomi yang menantang, termasuk suku bunga yang tinggi secara historis dan ketidakpastian geopolitik, dan kami perlu membuat perubahan yang terarah sekarang untuk memastikan masa depan kami yang menjanjikan," tulis pendiri dan CEO Rivian, RJ Scaringe dalam sebuah pesan email kepada karyawan, dikutip dari CNN Business, Jumat (23/2/2024).

Diketahui, Rivian memiliki total 16,700 karyawan tetapi tidak mengungkapkan berapa banyak dari mereka yang dianggap sebagai karyawan bergaji.

Dalam dua kesempatan berbeda, produsen EV itu telah memberhentikan 6 persen tenaga kerjanya karena perusahaan berupaya mengurangi kerugiannya.

Penjualan kendaraan listrik belum berkembang secepat tahun lalu, dan produsen mobil menyalahkan tingginya suku bunga sebagai penyebab perlambatan tersebut.

Pada saat yang sama, Tesla secara agresif juga memangkas harga kendaraannya, sehingga memberikan tekanan pada produsen mobil lain. Ford, misalnya, baru-baru ini mengumumkan akan memangkas harga Mustang Mach-E, pesaing langsung SUV Tesla Model Y.

Rivian Laporkan Kerugian di Akhir 2023

Pada kuartal keempat 2023, Rivian melaporkan kerugian sebesar USD 1,5 miliar atau setara Rp. 23,3 triliun, dibandingkan kerugian sekitar USD 1,7 miliar atau Rp. 26,5 triliun pada periode yang sama tahun 2022.

Perusahaan memproduksi 57,000 kendaraan tahun lalu dan mengirimkan 50.000 unit kendaraan ke pelanggan.

Dalam surat pemegang sahamnya, Rivian mengatakan pihaknya memperkirakan pengiriman akan sama tahun ini meskipun mereka memperkirakan akan mencapai laba kotor yang moderat pada akhir tahun 2024.

Rivian akan meluncurkan model baru yang lebih kecil dan lebih murah, yaitu SUV R2S dan pikap R2T pada bulan Maret mendatang, tetapi kendaraan tersebut diperkirakan baru akan diproduksi pada tahun 2026. 

3 dari 3 halaman

Raksasa Perbankan Morgan Stanley PHK Ratusan Karyawan di Unit Ini

Raksasa perbankan investasi asal Amerika Serikat, Morgan Stanley berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan di unit manajemen kekayaannya.

PHK di Morgan Stanley ini menjadi yang terbaru dari serangkaian pemangkasan pekerja yang dilakukan perusahaan-perusahaan perbankan di Wall Street sejak tahun 2023.

Dikutip dari The Straits Times, Jumat (16/2/2024) sumber terkait melaporkan bahwa PHK akan terjadi pada kurang dari 1 persen karyawan di unit manajemen kekayaan Morgan Stanley.

Meskipun harapan akan terjadinya soft landing terhadap perekonomian telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan-perusahaan perbankan di AS masih berupaya memangkas biaya di tengah ketidakpastian seputar arah penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.

Kabar mengenai rencana PHK Morgan Stanley pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal.

Pada kuartal terakhir 2023, pendapatan dari unit manajemen kekayaan Morgan Stanley tidak berubah dibandingkan tahun sebelumnya, dan perkiraan margin jangka menengah untuk bisnis tersebut berada di bawah ekspektasi beberapa analis.

Sebagai informasi, unit ini menjadi penghasil uang penting bagi bank tersebut setelah melakukan akuisisi besar, termasuk Eaton Vance dan E*Trade, di bawah mantan CEO James Gorman.

Unit ini telah membantu Morgan Stanley mengurangi ketergantungan pada produk tradisional perbankan perdagangan dan investasi, yang pendapatannya dapat berfluktuasi.

Pada Januari 2024, CEO baru bank tersebut, Ted Pick, menegaskan kembali target yang ditetapkan oleh Gorman, yaitu mencapai aset yang dikelola sebesar USD 10 triliun.

Pengurangan tenaga kerja akan menjadi salah satu langkah signifikan pertama yang dilakukan Ted Pick, yang mengambil alih kepemimpinan pada awal tahun 2024.

Bank tersebut memiliki hampir 80.000 karyawan pada akhir tahun 2023, menurut laporan triwulanan terbarunya.