Liputan6.com, Jakarta Tahun Baru Imlek dan Hari Valentine mendorong harga emas mengalami volatilitas yang relatif kecil pergerakannya pada minggu kemarin.
Harga emas pada minggu tersebut bergerak dalam kisaran sempit USD 10 antara antara USD 2,020 dan USD 2,030 per ounce.
Baca Juga
Survei Emas Mingguan Kitco News terbaru menunjukkan, bahwa menjelang minggu terakhir bulan Februari harga emas akan bertahan stabil dengan postur bullish yang relatif seimbang.
Advertisement
Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day, memproyeksikan harga emas minggu ini akan mengalami peningkatan.
"Setelah sebelumnya melemah karena indikasi bahwa Federal Reserve akan menunda penurunan suku bunga setelah ekspektasi optimis, pasar kini mengabaikan isu-isu tersebut.Fundamental yang mendasarinya positif dan mendukung emas," kata Day, dikutip dari KitcoNews.com, Senin (26/2/2024).
Sementara itu, ahli strategi pasar senior di Forex.com James Stanley, juga memproyeksikan hal sama. Harga emas akan mengalami peningkatan.
“Saya mempertahankan posisi ‘naik’ untuk minggu ini. Pembeli USD memiliki peluang terbuka setelah laporan IHK minggu lalu tetapi mengingat reaksi terhadap komentar Austan Goolsbee tentang tidak 'terbalik' mengenai angka inflasi tunggal, hal ini menunjukkan kepada saya bahwa Fed benar-benar tidak ingin menerima sikap hawkish. pilihan kebijakan saat ini. Ini sebenarnya bukan hanya satu angka inflasi: CPI Inti telah berfluktuasi sekitar 4 persen selama lima bulan terakhir, namun fakta bahwa The Fed telah meremehkan hal ini sangatlah berarti. Dan reaksi pasar sejauh ini tampaknya setuju," jelasnya.
Faktor Lain
Menurut Stanley, faktor lainnya yang mendorong peningkatan harga emas adalah sikap dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang telah bersikap tegas mengenai penurunan suku bunga dan mengingat besarnya alokasi Euro dalam kuotasi DXY. Hal ini juga dapat terus memberikan tekanan pada USD pada minggu depan, yang ia perkirakan akan menjadi dampak positif untuk emas.
Disisi lain, Kepala strategi mata uang di Forexlive.com Adam Button, menilai sebaliknya mengenai kemungkinan respons The Fed terhadap harga emas.
"Jika kita mendapatkan lebih banyak kejutan data ekonomi positif, The Fed akan mulai kehilangan bias dovishnya. Jika demikian, kita bisa melihat penurunan emas yang signifikan," kata Button.
Dibayangi Data Inflasi
Selanjutnya, Broker Komoditas Senior di RJO Futures Bob Haberkorn, mengatakan harga emas untuk minggu depan masih dibayang-bayangi oleh data inflasi, risiko geopolitik yang mungkin akan terjadi, ditambah dengan pemilu AS tahun serta, ekspektasi The Fed, akan mendorong harga emas tetap pada level USD 2.000 per once.
Dia mengatakan bahwa minggu depan, hal utama yang harus diperhatikan oleh pedagang emas adalah imbal hasil Treasury dan saham.
“Kekuatan di pasar ekuitas AS benar-benar membatasi apa yang bisa dilakukan emas pada minggu ini,” pungkasnya.
Advertisement