Liputan6.com, Jakarta - Warga Malang terkaget-kaget dengan kenaikan harga pangan beberapa hari terakhir. Tak tanggung-tanggung, harga cabai menyentuh Rp 90 ribu per kilogram (kg) sedangkan telur ayam melonjak ke Rp 30 ribu per kg.
Mamik (70), pedagang Pasar Kebalen Malang, mengatakan bahwa sejumlah harga pangan mengalami kenaikan secara bertahap sejak sebelum pemilu 2024. Para pedagang mengira harga bahan pangan akan turun setelah pemilu, tetapi pada kenyataannya hal tersebut tidak terjadi. Bahkan cenderung terus merangkak naik.
Baca Juga
“Saya kira habis pemilu ini harga harga sudah stabil ternyata puncaknya malah terjadi akhir-akhir ini” terangnya, Senin (26/2/2024).
Advertisement
Kenaikan drastis terjadi pada harga cabai. Saat ini harga cabai menyentuh Rp 90.000 per kg. Sedangkan harga sebelumnya masih di kisaran Rp 40 .000 per kg. Artinya, kenaikannya hampir 100%.
“akhir-akhir ini hampir naik semua. Mulai dari telor yang sekarang di harga Rp 30 ribu, ayam Rp 35 ribu, bawang merah juga naik,"kata dia.
"Yang paling drastis ada cabai merah dari Rp 40 ribu menjadi Rp 90 ribu Kalau cabai merah kecil alhamdulillah menurun yang tadinya Rp 75 ribu hari ini tadi jadi Rp 60 ribu, tambah Mamik.
Kenaikan ini juga berpengaruh terhadap omzet penjualan pedagang sayur dan bahan pokok, karena akibat dari kenaikan ini, Mamik harus mengurangi stok daging dan ikan.
“Pasti omzetnya berkurang, yang biasanya bisa menyediakan ikan dan juga daging-dagingan sekarang harus dikurangin karena harganya naik juga yang beli juga nggak banyak," kata dia.
Tidak banyak yang diharapkan Mamik. Pedagang kecil ini ingin pemerintah bisa menekan harga pangan sehingga harganya stabil.
Bahaya, Bos Bapanas Sebut Harga Beras Sulit Turun Lagi
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan biaya pokok produksi beras di tingkat petani semakin meningkat. Hal itu, berpengaruh pada harga jual beras di pasaran.
Arief memandang, kondisi tersebut menjadi salah satu faktor sulitnya menurunkan harga beras. Di samping itu, harga beras di dunia yang juga sedang mengalami tren kenaikan.
"Terkait harga beras nantinya, variabel cost sudah mengalami kenaikan, mulai dari pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh USD 650-670 per metrik ton," kata Arief dalam keterangannya, dikutip Sabtu (24/2/2024).
Dia menjelaskan, atas kondisi-kondisi tadi, cukup sulit untuk harga beras turun. Apalagi jika dibandingkan dengan harga beras sekitar 2-3 tahun lalu. Namun, satu hal yang dipastikannya adalah stok yang cukup.
"Jadi agak sulit untuk mengatakan harga beras nanti akan turun seperti 2-3 tahun lalu. Tapi yang terpenting adalah ketersediaan stok secured (diamankan) terlebih dahulu," ucap dia.
Pada proses penyerapan itu, pihaknya tengah bersiap menghadapi panen raya beras. Nantinya, Perum Bulog akan menyerap hasil panen petani dalam negeri.
Advertisement
Proyeksi BPS
Proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Maret mendatang produksi beras dapat mencapai 3,51 juta ton dengan luas panen 1,15 juta hektar.
"Sekarang fokus kita dalam menghadapi panen nanti adalah bagaimana tetap menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh. Harga beras hari ini tentu karena NTPP (Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan) saat ini sangat baik, di angka 116,16," ujarnya.
“Saat panen mulai naik, harga di petani kita akan jaga agar tidak sampai jatuh terlalu dalam. Ini merupakan tugas NFA dalam menjaga keseimbangan dari hulu sampai hilir, di mana petani senang dan semangat menanam, lalu penggiling dapat pasokan GKP (Gabah Kering Panen) serta masyarakat juga bisa membeli beras dengan harga baik," sambung Arief Prasetyo Adi.