Sukses

Tak Cuma Hemat, Hidrogen Hijau Bisa Tekan Impor BBM 1,59 Juta Liter per Tahun

Pengembangan Hydrogen Refueling Station (HRS) membuktikan komitmen negara terhadap transisi energi pada sektor otomotif di kancah internasional.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria mengatakan pengembangan Hydrogen Refueling Station (HRS) oleh PT PLN Indonesia Power, subholding PT PLN (Persero) membuktikan komitmen negara terhadap transisi energi pada sektor otomotif di kancah internasional.

"Saya pikir itu bentuk komitmen negara yang hadir melalui inovasi dari BUMN dan Subholdingnya, kali ini PLN Indonesia Power telah membuktikannya di kancah internasional,” katanya dikutip dari Antara, Selasa (27/2/2024).

Dalam hal ini, lanjutnya, PLN Indonesia Power membuktikan telah menjadi pionir dalam pembentukan ekosistem transisi energi pada sektor otomotif.

"Saya yakin, PLN khususnya PLN Indonesia Power akan menjadi pemain utama dalam penyediaan hidrogen hijau untuk berbagai kebutuhan, khususnya untuk kendaraan berbahan gerak hidrogen," katanya.

Secara data, penggunaan HRS ini akan mampu menekan importasi 1,59 juta liter bahan bakar minyak atau BBM per tahun. Selain penghematan penggunaan BBM berbasis fosil, penurunan emisi dipastikan terjadi sebesar 4,15 juta kilogram per tahun.

PLN Indonesia Power turut ambil bagian pada pameran otomotif tahunan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 dengan membawa HRS yang sudah mampu mengalirkan hidrogen ke kendaraan.

Hilirisasi

HRS merupakan bentuk hilirisasi dari Green Hydrogen Plant (GHP) yang antara lain merupakan residu dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap/PLTGU dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU.

"Ini bukti komitmen korporasi terhadap pengembangan energi baru terbarukan dan pengembangan ekosistem kendaraan masa depan," kata Sofyano.

Menurut dia, upaya mengubah energi listrik, menjadi energi gerak otomotif itu perlu diapresiasi, hal itu penting untuk menjaga kelanjutan program transisi energi nasional yang merupakan turunan dari cita-cita global.

Untuk itu, tegasnya, skala produksi hidrogen hijau harus terus ditingkatkan dan langkah maju PLN Indonesia Power itu harus menjadi semangat masyarakat untuk menggunakan energi hijau. "Dengan ini, saya yakin cita-cita net zero emission/NZE pada 2060 akan tercapai lebih cepat," katanya.

2 dari 4 halaman

Hidrogen Hijau 4 Kali Lipat Lebih Murah dari BBM, Begini Hitungannya

Sebelumnya, PT PLN (Persero) tengah menyiapkan hidrogen hijau sebagai bahan bakar kendaraan bermotor yang empat kali lebih murah dari BBM. Selain itu, green hydrogen juga diklaim lebih ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan emisi.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, saat ini 21 pembangkit milik PLN telah mengeluarkan produksi 199 ton hidrogen hijau per tahun. Perseroan juga turut membangun hydrogen production di pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

"Ada tambahan sekitar 4,3 ton per tahun (hidrogen hijau dari PLTP Kamojang). Jadi totalnya ada 203 ton green hydrogen dari 22 pembangkit kami yang diproduksi oleh PLN," ujar Darmawan saat meresmikan pilot project Hydrogen Refueling Station (HRS) Senayan di Jakarta, Rabu (21/2/2024)."Kebutuhan dari PLN untuk pendinginan pembangkit kami hanya 75 ton. Artinya ada 128 ton green hydrogen yang bisa digunakan untuk sektor transportasi," terang dia.

Lebih lanjut, Darmawan juga membuat perbandingan antara menggunakan BBM dan hidrogen hijau. Ia menyebut ongkos pemakaian green hydrogen jauh lebih murah dari penggunaan BBM yang sebesar Rp 1.300 per km.

Tak hanya itu, bahan bakar bertenaga hidrogen hijau juga lebih hemat dibanding kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Dengan perbandingan, tarif home charging sebesar Rp 350-400 untuk jarak tempuh 1 km, sementara ultra fast charging Rp 555 per km.

"Berapa biaya menggunakan hidrogen kalau menggunakan hidrogen refueling station yang ada di sini? Biayanya hanya sekitar Rp 276 saja per km. Coba bandingkan dengan biaya menggunakan BBM, Rp 1.300 per km. Ini yang jelas, satu, BBM ada sebagian yang diimpor, kalau ini semuanya produk dalam negeri," ungkapnya.

 

3 dari 4 halaman

Produksi PLN

Darmawan mengabarkan, dengan tingkat produksi 128 ton per tahun, PLN bisa menyediakan energi untuk 438 mobil per tahun. Selain murah, hidrogen hijau juga disebutnya bisa mengurangi konsumsi BBM, 1,59 juta liter per tahun, hingga kontribusi terhadap penurunan emisi 4,15 juta kg CO2 per tahun.

"Sementara kalau BBM, 1 liter bensin emisi CO2 adalah 2,4 kg. Jadi untuk 1 km adalah sekitar 240 gram. Kalau ini emisinya adalah nol karena menggunakan green hydrogen," imbuh Darmawan.

"Jadi saya melihatnya energi impor digeser menjadi energi domestik, energi mahal menjadi murah, energi dengan emisi gas rumah kaca tinggi menjadi emisi gas rumah kaca yang sangat rendah," pungkas dia.

 

4 dari 4 halaman

PLN Resmikan SPBU Hidrogen Hijau Pertama Indonesia di Senayan

PT PLN (Persero) meresmikan pilot project Hydrogen Refueling Station (HRS) atau SPBU Hidrogen Hijau milik PLN Indonesia Power di Senayan, Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan, pilot project SPBU Hidrogen Hijau Senayan ini merupakan upaya perseroan bersama anak usaha untuk menjemput transisi energi di sisi hilir. 

"Kita membangun hydrogen refueling station, dan juga di sini ada Hydrogen Center. Saya yakin lewat peresmian ini PLN menunjukan karya nyata dan bukti konkret energi hidrogen adalah keniscayaan bagi Indonesia," ujarnya. 

Tak hanya HRS dan Hydrogen Center, PLN di tempat yang sama juga membangun charger electric vehicle berbasis hidrogen yang memiliki fungsi sama dengan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Di sana juga dibangun Hydrogen Gallery Room sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terkait hidrogen di Indonesia.

Ke depan, Darmawan melanjutkan, PLN juga bakal terus berkolaborasi dengan pemerintah dan pelaku industri untuk mendorong penggunaan hidrogen. Selain lebih hijau, pemakaian hidrogen juga lebih hemat biaya dari BBM. 

"Bisa kita melakukan pilot project bergeser menjadi yang berbasis pada energi baru terbarukan. Yang lebih murah, yang emisi gas rumah kacanya juga jauh lebih rendah," ungkap dia.