Sukses

IMF Was-Was, Resesi Jepang Berpengaruh ke Dunia

IMF mendesak bank-bank sentral dunia untuk berhati-hati terhadap pelonggaran suku bunga yang terlalu dini.

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa pihaknya mengamati perkembangan resesi yang terjadi pada perekomonian Inggris dan Jepang.

IMF menyoroti kinerja ekonomi Jepang yang lemah pada tahun 2023, yang dikhawatirkan. menambah risiko penurunan pada tahun 2024.

Sementara itu, ada indikator-indikator pemulihan di Inggris pada tahun ini, menurut IMF.

Mengutip US News, Selasa (27/2/2024) jutu bicara IMF Julie Kozack mengatakan kepada wartawan bahwa ituakan mempertimbangkan informasi baru mengenai perekonomian Jepang dan Inggris, ketika mereka menyiapkan perkiraan ekonomi global baru yang akan dirilis pada bulan April mendatang.

Kozack mencatat bahwa inflasi di berbagai negara telah mereda, namun "pekerjaan kebijakan moneter belum selesai.

IMF pun mendesak bank-bank sentral dunia untuk berhati-hati terhadap pelonggaran suku bunga yang terlalu dini.

Tetapi Kozack juga mengakui bahwa “Ketika inflasi dan ekspektasi inflasi jelas dan tegas bergerak menuju tingkat target, beberapa penyesuaian kebijakan moneter “mungkin diperlukan”.

Seperti diketahui, Jepang secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada akhir 2023 lalu, menggesernya dari  predikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Beberapa analis memperingatkan akan adanya kontraksi lagi pada kuartal ini karena lemahnya permintaan di China, lesunya konsumsi dan terhentinya produksi di salah satu unit Toyota.

2 dari 2 halaman

IMF: Ekonomi Jepang Loyo Imbas Pelemahan Konsumsi

Kozack mengatakan output Jepang yang lebih lemah dari perkiraan pada paruh kedua didorong oleh lemahnya konsumsi domestik dan investasi, meskipun pertumbuhan pada tahun 2023 secara keseluruhan tetap kuat berkat ekspor yang kuat.

“Kami melihat kinerja yang lebih lemah pada tahun 2023 dapat menambah risiko penurunan perekonomian Jepang,” tambahnya.

Sementara itu, IMF tidak memperkirakan protes petani yang sedang berlangsung di Prancis, Spanyol, dan negara-negara lain di Eropa akan berdampak besar pada output perekonomian negara-negara tersebut mengingat kecilnya peran pertanian di sana.

Namun dia mengatakan mungkin ada “dampak signifikan” terhadap harga jika protes terus berlanjut selama beberapa waktu.