Sukses

Rupiah Ditutup Melemah Tipis, Dolar AS Masih Perkasa

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 15 poin terhadap dolar AS dalam perdagangan pada Selasa sore (27/2)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali melemah di awal pekan pada Selasa, 27 Februari 2024.

Beberapa komentar dari pejabat Federal Reserve memperkuat gagasan pelemahan USD, karena mereka memberi isyarat bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk melonggarkan kebijakannya.

Dolar AS tetap mendekati level tertinggi tiga bulan karena gagasan ini,” ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Selasa (27/2/2024).

Saat ini, pasar berfokus pada data indeks harga PCE yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, dan diperkirakan akan menunjukkan angka yang masih stagnan.

Hal itu memberikan sedikit dorongan bagi The Fed untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga.

“Sebelumnya, pembacaan kedua data PDB kuartal keempat diperkirakan akan menunjukkan sedikit perlambatan pada perekonomian AS, namun tidak sampai pada titik di mana The Fed akan terdorong untuk melakukan pelonggaran kebijakan,” papar Ibrahim. Selain itu, indeks harga konsumen masih sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Januari 2023.

Adapun Bank of Japan yang diperkirakan akan mengakhiri pengendalian kurva imbal hasil dan kebijakan suku bunga negatifnya pada tahun ini, karena inflasi yang tinggi berpotensi memberi bank sentral lebih banyak dorongan untuk melakukan hal tersebut secepatnya.

“Namun memburuknya kondisi perekonomian di Jepang berpotensi menunda rencana BOJ, terutama karena perekonomian secara tak terduga jatuh ke dalam resesi pada kuartal keempat,” kata Ibrahim.

Rupiah Ditutup Melemah

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 15 point dalam perdagangan pada Selasa sore (27/2), walaupun sebelumnya sempat melemah 30 point dilevel Rp. 15.645 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.630.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.630 - Rp.15.690,” Ibrahim memperkirakan.

 

2 dari 2 halaman

Utang Pemerintah Melambung pada Januari 2024

Pelaku pasar kini terus mengamati perkembangan utang pemerintah yang terus melonjak.

Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan, posisi utang pemerintah telah mencapai Rp8.253,09 triliun atau setara 38,75 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada Januari 2024.

Besaran utang pada awal 2024 kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Posisi utang pada awal tahun tersebut kembali meningkat jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2023 yang sebesar Rp8.114,69 triliun.

Namun, rasio utang yang tercatat pada Januari 2024 masih di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2024-2027 di kisaran 40 persen. “Jika dirincikan, mayoritas utang pemerintah pada Januari 2024 tercatat berasal dari utang dalam negeri dengan proporsi 71,60 persen. Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa SBN yang mencapai 88,19 persen,” papar Ibrahim. SBN Domestik

Lebih lanjut, pada akhir Januari 2024 lembaga keuangan memegang sekitar 45,9 persen kepemilikan SBN domestik, terdiri atas perbankan 27,4 persen dan perusahaan asuransi dan dana pensiun 18,5 persen.

“Kepemilikan SBN domestik oleh BI tercatat sekitar 18,7 persen yang digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter,” Ibrahim menyoroti. Adapun, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 14,8 persen termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.

Kemenkeu juga mengungkapkan bahwa kepemilikan investor individu di SBN domestik terus mengalami peningkatan sejak 2019 yang hanya di bawah 3 persen menjadi 7,7 persen per akhir Januari 2024.