Sukses

Bos Bapanas Bilang Harga Gabah Mulai Turun, Beras di Pasaran Bisa Makin Murah?

Harga beras di tingkat konsumen adalah 2 kali lipat harga gabah kering di petani. Asumsinya, jika harga gabah berada di Rp 7.100 per kilogram, maka harga beras seharusnya tak jauh dari Rp 14.200 per kilogram.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan saat ini harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sudah mulai turun. Menurutnya, hal ini bisa mempengaruhi harga beras di pasaran.

Arief mencatat, harga rata-rata nasional gabah kering panen sudah menyentuh Rp 7.100 per kilogram. Angka ini dinilai mengalami penurunan dari sebelumnya yang pernah mencapai Rp 8.600 per kilogram.

"Harga gabah sendiri sudah terkoreksi mulai dari Rp 8.600, Rp 8.000, rata-rata nasional hari ini Rp 7.100 (per kilogram). Biasanya kalau harga beras itu apa kata harga gabah," ucap Arief di Hotel The Margo, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).

Secara sederhana, kata dia, harga beras di tingkat konsumen adalah 2 kali lipat harga gabah kering di petani. Asumsinya, jika harga gabah berada di Rp 7.100 per kilogram, maka harga beras seharusnya tak jauh dari Rp 14.200 per kilogram.

"Jadi kalau cara mudahnya 2 kali, gitu. Kalau harga gabah Rp 8.000 (per kg) maka harga beras itu akan Rp 16.000 (per kg). Nah kita harapkan dengan harga gabah yang sudah Rp 7.000 itu artinya bisa mengkoreksi harga beras yang ada di pasar," jelasnya.

Dia mencatat sebagian wilayah sudah masuk periode panen. Misalnya, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, hingga Demak. Kemudian, tercatat pula Sumatera Selatan yang mulai panen.

Menyoal harga beras di pasaran, Arief menegaskan, jika ada yang menjual dengan harga di bawah Rp 13.000, dipastikan itu berkat intervensi pemerintah setelah mengguyur stok Bulog.

"Jadi kalau melihat harga beras yang hari ini harganya di bawah Rp 13.000 itu adalah beras intervensi dari pemerintah. Karena gak mungkin penggiling padi bisa memproduksi beras dengan harga di bawah itu tanpa bantuan beras Bulog untuk melakukan intervensi," tuturnya.

2 dari 3 halaman

Stok Bulog

Dia menjelaskan, saat ini Bulog ditugaskan untuk mengamankan stok 1,2 juta ton beras. Catatan terakhir, Bulog menyimpan 800 ribu ton beras, kemudian masih ada 500-600 ribu ton yang masih dalam perjalanan.

"Jadi memang kita harus terus menjaga stok di 1,4 (juta ton)," kata dia.

Guna mengendalikan harga di pasaran, pihaknya juga turut mengguyur beras ke pasar ritel moderen maupun pasar tradisional.

"Ritel moderen dan pasar tradisional juga terus menerus kita isi. Karena memang kita perlu waktu meng-convert dari (kemasan) 50 kilo ke 5 kilo dan mendistribusikan. Tapi saya pastikan bahwa stok ini cukup sampai dengan lebaran," tegas Arief Prasetyo Adi.

3 dari 3 halaman

Harga Beras Sulit Turun

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan biaya pokok produksi beras di tingkat petani semakin meningkat. Hal itu, berpengaruh pada harga jual beras di pasaran.

Arief memandang, kondisi tersebut menjadi salah satu faktor sulitnya menurunkan harga beras. Di samping itu, harga beras di dunia yang juga sedang mengalami tren kenaikan.

"Terkait harga beras nantinya, variabel cost sudah mengalami kenaikan, mulai dari pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh USD 650-670 per metrik ton," kata Arief dalam keterangannya, dikutip Sabtu (24/2/2024).

Dia menjelaskan, atas kondisi-kondisi tadi, cukup sulit untuk harga beras turun. Apalagi jika dibandingkan dengan harga beras sekitar 2-3 tahun lalu. Namun, satu hal yang dipastikannya adalah stok yang cukup. 

"Jadi agak sulit untuk mengatakan harga beras nanti akan turun seperti 2-3 tahun lalu. Tapi yang terpenting adalah ketersediaan stok secured (diamankan) terlebih dahulu," ucap dia.

Pada proses penyerapan itu, pihaknya tengah bersiap menghadapi panen raya beras. Nantinya, Perum Bulog akan menyerap hasil panen petani dalam negeri.