Sukses

Harga Minyak Mentah Dunia Turun Tipis Imbas Kenaikan Stok AS

Harga minyak mentah berjangka beragam pada hari Rabu karena persediaan minyak mentah AS meningkat.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah berjangka beragam pada hari Rabu karena persediaan minyak mentah AS meningkat. Sementara OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak hingga kuartal kedua.

Dikutip dari CNBC, Rabu (29/2/2024), Kontrak West Texas Intermediate untuk bulan April turun 33 sen, atau 0,42% menjadi USD 78,54 per barel. Brent berjangka bulan April naik 3 sen, atau 0,04%, menjadi USD 83,68 per barel.

Stok minyak mentah komersial AS naik 4,2 juta barel pada minggu lalu, menurut Administrasi Informasi Energi. Peningkatan persediaan yang dicatat oleh pemerintah federal lebih rendah dari lonjakan 8,4 juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute.

Stok Minyak AS Naik

Persediaan minyak di AS meningkat karena laju kilang yang memproses minyak mentah menjadi produk jadi menurun dalam beberapa pekan terakhir.

Minyak mentah AS dan patokan global bersiap untuk naik 6,3% pada bulan ini. Harga minyak dunia kontrak berjangka bulan pertama diperdagangkan dengan harga premium hingga bulan-bulan berikutnya.

Premi untuk pengiriman segera dibandingkan pengiriman selanjutnya biasanya merupakan tanda pengetatan pasar minyak mentah.

OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga kuartal kedua, kata sumber kepada Reuters. Kartel dan sekutunya pada November lalu sepakat untuk memangkas 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama.

Pemotongan produksi OPEC diperkirakan akan membatasi risiko penurunan harga minyak mentah, sementara kapasitas cadangan yang ditahan oleh kartel akan membatasi risiko kenaikan, sehingga secara efektif menjaga Brent dalam kisaran $70 hingga $90, menurut catatan penelitian dari Goldman Sachs yang diterbitkan minggu ini.

 

2 dari 2 halaman

Konflik Timur Tengah

Harga minyak mentah bulan ini juga mendapat dukungan dari konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon dan militan Houthi yang melanjutkan serangan mereka terhadap pelayaran komersial di Laut Merah.

Namun Goldman memandang premi risiko geopolitik pada harga minyak tidak terlalu besar dan produksi minyak mentah tidak terpengaruh oleh konflik yang terjadi saat ini.