Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini beras premium sulit ditemui di pasar ritel modern. Salah satu penyebabnya karena harga yang tidak sesuai dari produsen dan harga eceran tertinggi (HET) yang berlaku di ritel modern.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah sejauh ini tidak akan memberikan subsidi kepada ritel modern terkait beras, sebagaimana yang telah Pemerintah lakukan pada kasus Minyak Goreng beberapa waktu lalu.
Baca Juga
"Beras belum ada (skema subsidi untuk ritel), karena inikan masalahnya tanam-panen, cadangannya stoknya kan masalah itu, even harga tinggi pun karena masalah itu," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Susiwijono, menjelaskan, alasan beras premium di ritel modern langka lantaran ritel modern enggan menjual beras premium di bawah harga produsen. Hal itu akan merugikan ritel modern.
Advertisement
"Kenapa kemarin di ritel modern stok hilang dan harga tinggi. Ritel modern itu kan harusnya membeli beras dari petani padi. Tapi kan jualnya ada HET, HET itu masing-masing daerah berbeda. Katakanlah HET nya Rp 12.000, kalau dipetaninya stok nya karena belum panen jadi harganya Rp 13.000, terus suruh jual Rp 12.000 bakal rugi ritelnya," jelasnya.
Oleh karena itu, untuk antisipasinya Pemerintah melakukan operasi ke pasar ritel modern dengan menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog.
"Makannya kemarin Presiden memerintahkan harus melakukan operasi pasar SPHP," ujarnya.
Lebih lanjut, Susiwijono membeberkan masalah utama beras langka dan mahal di ritel modern disebabkan adanya pergeseran masa tanam dan masa panen. Seharusnya masa tanam dilakukan pada September 2023, namun mundur menjadi Desember 2023, lantaran adanya perubahan iklim.
Panen Padi
Alhasil, mundurnya masa tanam tersebut juga berpengaruh terhadap masa panen padi, yang seharusnya panen bisa terjadi pada akhir Februari dan awal Maret 2024, justru diprediksi panen raya akan dimulai pada pertengahan Maret 2024.
Selain permasalahan masa tanam dan masa panen. Minimnya stok beras dalam negeri juga dipengaruhi oleh telatnya impor beras masuk yang dilakukan Pemerintah.
"Nah, untuk beras paling tidak percepatan untuk impor supaya stok cepat terisi, market itukan hukumnya supply demand. Kalau stok Pemerintah tidak ada ya harga tinggi terus. Makannya percepatan impor untuk cadangan tadi CBP," pungkasnya.
Harga Beras Dipastikan Bakal Turun saat Ramadan 2024
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah memastikan pasokan beras saat bulan suci ramadan tahun ini terpenuhi, bahkan harganya diprediksi turun karena stok akan melimpah seiring masuk masa panen raya padi.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, menuturkan, berdasarkan hukum pasar, jika pasokan barang melimpah, sementara permintaan sedikit harga akan turun.
"Di jamin pertengahan Maret pasti sangat aman, (ramadan) sangat aman, nanti panen tiba kemudian yang realisasi impor ini masif, enggak datang semuanya," kata Susiwijono saat ditemui di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Ia menegaskan, ketika panen raya pada Maret 2024 nanti sudah terlaksana, Pemerintah akan segera menggelontorkan pasokan beras ke seluruh daerah.
"Begitu stok tinggi, maka hukum pasarnya pasti harga turun dan pasokannya digelontorkan semuanya," ujarnya.
Susiwijono mengatakan, masalah utama beras langka dan mahal di ritel modern disebabkan adanya pergeseran masa tanam dan masa panen. Seharusnya masa tanam dilakukan pada September 2023, tetapi mundur menjadi Desember 2023, lantaran adanya perubahan iklim.
Alhasil, mundurnya masa tanam tersebut juga berpengaruh terhadap masa panen padi, yang seharusnya panen bisa terjadi pada akhir Februari dan awal Maret 2024, justru diprediksi panen raya akan dimulai pada pertengahan Maret 2024.
Selain permasalahan masa tanam dan masa panen. Minimnya stok beras dalam negeri juga dipengaruhi oleh telatnya impor beras masuk yang dilakukan Pemerintah.
"Tanam dan panen ini akan berpengaruh ke supply dan pasokan. Jadi, kunci masalah-masalah komoditas pokok itu dua, yakni pasokan dan harga. Untuk yang beras ini begitu kondisi di dalam negeri pasokannya telat, realisasi impornya juga belum datang masih banyak yang di jalan," ujar dia.
Â
Â
Advertisement
Bos Bulog: Stok Beras Aman hingga Juni 2024
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengklaim pasokan beras saat ini mulai mendekati normal, jelang memasuki bulan Ramadhan dan Lebaran 2024.
Adapun kebutuhan beras Indonesia pada 2024 mencapai 31,2 juta ton. Ini berdasarkan prognosa neraca pangan nasional periode Januari-Desember 2024 yang disusun oleh Badan Pangan Nasional.
Bayu mengatakan, kebutuhan beras nasional hingga Juni 2024 sudah terpenuhi. "Kebutuhan setiap tahun memang kita lakukan per enam bulan," ujar dia dalam keterangan tertulis, Kamis (29/2/2024).
Menurut hasil pemantauannya, kondisi stok beras di Pasar Johar Karawang mulai mendekati normal berkat suplai hasil panen dari Jawa Tengah. Di sisi lain, ia menyebut tambahan pasokan dari beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 300 ton per hari membuat pasokan beras di Karawang sudah mendekati pasokan normal sebagaimana biasanya.
"Sebelumnya pasokan di Pasar Johar cuma 500 ton per hari. Dengan tambahan SPHP 300 ton, pasokan menjadi 800 ton per hari. Ini sudah mendekati pasokan normal di Pasar Johar yang rata-rata sebesar 1.000 ton per hari. Nanti akan masuk lagi dari daerah-daerah lain yang mulai panen sehingga harga mulai stabil kembali," ungkapnya.
Upaya Bulog
Ia menyatakan, Bulog akan terus melakukan berbagai langkah dan upaya dalam mengendalikan harga beras, sehingga dapat menjaga stabilitas di pasaran. "Sehingga diharapkan beras di pasaran dapat segera kembali ke kondisi normal," imbuhnya.
Bulog disebutnya bakal terus mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP), baik melalui penyerapan hasil panen ataupun memanfaatkan kuota impor yang telah diberi penambahan 1,6 juta ton. Adapun menurut informasi terakhir yang diberikan, Bulog saat ini menguasai sekitar 1,39 juta ton beras CBP.
"Stok cadangan beras pemerintah di Bulog saat ini jumlahnya sangat cukup untuk kebutuhan penyaluran, kebutuhan selama puasa dan lebaran," kata Bayu.
Advertisement